Bersikap baik

1075 Words
Di ruangan ini, satu duduk di maja belajar dengan setumpuk tugas sedangkan satunya memegang novel dengan sampul hitam di sofa, mereka menunduk fokus dengan apa yang sedang mereka pegang, Hanan menepati janjinya jika dia hanya ingin datang tanpa mengganggu Yang Rou We yang sedang belajar. Ini sudah berjalan dua jam, dan Yang Rou We belum menolehkan kepalanya SMA sekali ke arah Hanan, sedangkan Hanan mencuri pandang dari samping pada Yang Rou We, dia merasakan matanya sudah sakit, meski buku ini bagus namun dia sudah memandanginya selama dua jam satu bab berisi 1000 kata dan Hanan cuma butuh waktu 4 sampai 5 menit untuk membaca setiap bab nya, 5 di kali 2 jam, kurang lebih Hanan sudah menghabiskan 24 bab. Matanya sudah terasa berair, dia bangkit menuju kamar mandi, saat di kamar mandi Hanan melihat ada pensil di sana. "Kenapa ada pensil di sini?" kata Hanan dalam hati, tapi dia hanya melihatnya sambil buang air kecil, namun saat dia akan kembali tangannya memanjang dan mengambil pensil itu beserta dirinya, dia memainkan pensil itu, mungkin dia berpikir jika pensil ini di gunakan seperti gadis-gadis pada umumnya, mereka mengunakan pensil ini sebagai pengganti susuk rambut saat dia belajar, karena tidak menemukan karena atau penjepit rambut. Hanan ingin mengembalikan pensil itu ke meja belajar Yang Rou We namun kemudian membatalkannya karena nampaknya Yang Rou We sedang sangat serius menyalin sebuah isi buka, dia melihat secara bergantian dengan tempo cepat dan Hanan tidak ingin merusak konsentrasi Yang Rou We dengan dia datang dan mengajaknya bicara. Jadi Hanan membawa pensil itu bersamanya kembali ke sofa, dan berniat kembali berkutat dengan novel yang sudah 24 bab nya di baca. Namun Hanan tidak sengaja membuka bagian belakang novel, ada dua bagian kosong yang memang di peruntukan untuk pemilik buku untuk mengisinya, Hanan sekilas terpikirkan sesuatu, dia sedang melihat lembaran kosong dan tangannya memilih sebuah pensil bukankah ini lebih akan menyenangkan dari pada membaca, dan Hanan tersenyum dan mulai membuat goresan dengan tangannya. Dengan senyuman di bibirnya Hanan melihat objek di depannya sedang fokus dengan apa yang ada di depan matanya, kini gambaran di depan mata Hanan sudah tertoreh dengan sangat rapi di lembaran kosong itu, tangan itulah dengan sangat lincah dan tanpa hambatan saat menggoreskan tiap-tiap garis di buku itu, dari satu goresan jadilah sebuah karya mahal yang di ciptakan oleh Hanan. "Kapan rencana akan pulang?" tanya Yang Rou We tanpa menoleh sedikitpun, dia masih menunduk dan tidak melihat ke arah Hanan, jika dia sedikit saja menggeser sudut pandang mungkin dia akan tahu jika saat ini dia sedang di lukis oleh Hanan. "Sebentar lagi," jawab Hanan dengan tersenyum pada Yang Rou We meski gadis itu tidak melihatnya. "Berapa cantiknya," gumam Hanan melihat Yang Rou We kemudian melihat hasil goresannya sendiri. Hanan sebenernya sudah selesai dengan lukisannya, dia hanya ingin merapikan beberapa bagian agar nampak sempurna. Setelah menimbang-nimbang dengan senyumannya akhirnya Hanan menutup novel itu dan tersenyum puas, dia bangkit untuk mengembalikan novel itu pada tempatnya. "Aku pulang dulu," ucap lirih di samping Yang Rou We. "Emm," Yang Rou We sedikit mengangkat kepalanya untuk tersenyum pada Hanan. Hanan sudah berpamitan dan kini waktunya untuk pulang, dia memasukkan ke dua tangannya ke saku dan berjalan dengan perasaan puas, Yang Rou We sejak tadi berusaha menahan dirinya tapi sekarang saat Hanan membuka pintu dia malah membalikkan tubuhnya untuk melihat Hanan yang memunggunginya, dia membuka pintu dan menghilang setelahnya. Ada sedikit yang kurang karena Yang Rou We mengharapkan gerakkan kecil dari Hanan yaitu harapan kecil jika Hanan akan membalikkan tubuhnya untuk melihatnya tapi Hanan tidak melakukan hal itu. Setelah lima menit Yang Rou We tidak tahan sendiri kemudian mengambil ponselnya dan membuat panggilan untuk Hanan. "Apakah aku meninggalkan sesuatu?" tanya Hanan setelah panggilan itu tersambung. "Tidak," jawab Hanan lirih. "Oh. Lalu, kenapa kamu menghubungi aku?" "Terimakasih," ucap Yang Rou We. "Untuk? Terimakasih untuk apa?" "Tidak tahu." "Ha?" Hanan binggung, namun kemudian dia tertawa, "Ha ... ha ..., bagiamana kamu bisa berterimakasih tentang hal yang kamu saja tidak kamu ketahui." "Entahlah aku hanya ingin mengatakan hal itu, mungkin kamu sudah bersikap baik dan menepati janji yang kamu buat untuk tidak mengganggu waktu belajarku." "Oh ... bukan masalah, aku memang seorang yang baik dan manis." "Mulai ngelunjak?" ucap Yang Rou We. "Kamu aneh ya?" "Apa?" "Aku berada di apartemen mu lebih dari dua jam dan hanya beberapa kali kamu bicara padaku, tapi setelah aku pergi kamu menelpon dan mengajakku bicara." "Ach sudahlah," ucap Yang Rou We kesal karena dia nampak konyol di depan Hanan. "Ok, maaf. Aku hanya tidak ingin ada rasa canggung di antara kita. Jujur aku ingin seperti dulu lagi." "Menjadi anak yang konyol?" "Setidaknya aku tidak harus membuat banyak alasan jika hanya ingin melihatmu." "Sudahlah percakapan ini tidak akan pernah ada habisnya, aku akan melanjutkan belajarku." "Kamu sudah belajar cukup lama." "Lima menit lagi aku selesai," jawab Yang Rou We sambil mulai menutup beberapa buku miliknya. "Jika tahu begitu aku tidak akan pulang dengan cepat menunggu kamu selesai belajar," Goda Hanan. "Hanan ...?!" Yang Rou We bersikap jika Hanan ada di depannya dan dia sedang melotot padanya. "Aku bercanda." "Baiklah, hati-hati di jalan." "Terimakasih. Selamat malam." "Malam." "I love you." "I love you to," jawab Yang Rou We tanpa sadar dia hanya membalas dan mengikuti apa yang di katakan Hanan. "Yes," ucap Hanan dengan setelah berteriak, dan itu yang menyadarkan Yang Rou We. "Aku ...." Yang Rou We tidak lagi ingin melanjutkan penjelasan yang akan di berikan pada Hanan karena panggilan itu sudah di putus oleh Hanan. Dia akan membuat panggilan lagi pada Hanan untuk menjelaskan jika dia tidak sadar mengatakan itu,namun jari-jarinya tidak mengijinkan hal itu, dia hanya tersenyum kecil dan meletakkan ponselnya. Dia tidak ingin melanjutkan tugasnya, dan sekarang dia hanya ingin pergi tidur dan mimpi indah. Dia mengeleng beberapa kali sambil tersenyum kecil, dia merasa konyol pada dirinya sendiri. *** Yang Rou We menuruni tangga apartemennya, dia sudah siap akan berangkat ke universitas namun langkahnya terhenti saat melihat seorang yang tidak asing di matanya, pemuda itu menyandarkan tubuhnya di tembok dengan satu kakinya terangkat yang juga menapak ke tembok. "Hai ...?" sapa Hanan saat melihat jika orang yang dia tunggu sudah turun dari apartemennya. "Apa ini?" Yang Rou We mempertanyakan kelakuan Hanan pagi-pagi datang ke tempat tinggalnya, meski itu sudah sangat nampak jika Hanan sedang menjemputnya tapi Yang Rou We mempertanyakannya. "Berangkatlah ke universitas bersamaku?" pinta Hanan. "Konyol," jawab Yang Rou We sambil berlalu melewati Hanan. Dia berkata begitu karena saat Hanan akan menjemputnya Hanan harus melewati universitas yang menjadi tempat tujuan mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD