Memilikimu

1146 Words
Hanan dan JK sedang menikmati permainan basket, Hanan tidak ikut main hanya JK saja, karena terlalu fokus ke lapangan Hanan tidak mengetahui kejadian seseorang yang sudah berdiri di belakang Hanan. Sepasang tangan tiba-tiba melingkari pinggang Hanan, tentu saja Hanan terkejut dia ingin melepaskan pelukan tangan itu. Namun ternyata JK juga mengetahui kejadian itu, JK mengeleng dengan cepat, "Siapa?" tanya Hanan tanpa mengeluarkan suara dari mulutnya, namun gerakan bibirnya.bisa di baca oleh JK. "Yang Rou We," jawab JK dengan cara yang sama, kemudian JK mengajukan ibu jarinya setelah itu dia kembali lagi ke lapangan untuk bergabung dengan teman-temannya, meski belum saatnya dia bergabung tapi setidaknya dia pergi dari tempat ini jika tidak JK akan menjadi orang ketiga, sangat tidak mengenakkan menjadi obat nyamuk. Hanan yang mengetahui dari JK jika yang memeluknya adalah Yang Rou We dia tidak lagi ingin melepaskan pelukan itu, dia hanya diam saja ditempatkan menunggu apa yang akan di lakukan Yang Rou We. Padahal dia ingin melompat kegirangan karena Yang Rou We datang karena inisiatif dirinya sendiri untuk menemuinya, bagaimana dia tidak senang, Hanan sudah menahan diri untuk tidak menghubungi Yang Rou We apalagi menunjukkan wajahnya pada Yang Rou We, ini sudah berjalan setengah bulan dan Hanan sangat tersiksa akan hal itu namun dia harus menahan dirinya, 4 tahun sudah di lewatinya dan Hanan menargetkan satu bulan untuk menjauhi Yang Rou We dan ternyata belum sampai satu bulan Yang Rou We sudah datang sendiri padanya. "Han ...," panggil Yang Rou We dengan suara lirih, dia masih memeluk tubuh Hanan dengan erat, menaruh pipinya di punggung Hanan. "Emm," jawab Hanan juga dengan lirih. Yang Rou We sengaja menutup matanya agar dia tidak melihat orang lain sedang mengawasi mereka berdua. Sejak dari apartemen dia sudah berniat menemui Hanan, apalagi kejadian dua hari lalu saat Logan dengan terang-terangan menargetkan dirinya, Yang Rou We semakin ingin mempercepat dia dan Hanan berbaikan, namun setelah sekarang Hanan sudah dia peluk Yang Rou We k habisan kata-kata untuk di ungkapkan pada Hanan. Yang Rou We dengan perlahan melepaskan tautan tangannya dari tubuh Hanan, dan Hanan bermain dengan cepat. dia membalikkan tubuhnya hingga mereka saling berhadapan, Yang Rou We akan mengatakan sesuatu namun itu seperti tertahan di tenggorokannya, dia sudah membuka mulutnya namun tidak ada suara apapun yang keluar dari sana. Belum sempat Yang Rou We mengendalikan dirinya sendiri, Hanan sudah menangkup kedua pipinya dan menyatukan milik mereka dengan sangat dalam, dengan otomatis Yang Rou We menutup matanya, setelah beberapa saat Yang Rou We tersadar dan langsung melepaskan tautan mereka, mereka ada di pinggir lapangan yang penuh dengan mahasiswa bermain basket. "Bisa-bisanya kamu mencurinya di sini?" Protes Yang Rou We sambil memukul Hanan pelan. "Kenapa? Apa kurang romantis? Norak?" "Bukan, banyak orang." "Aku melakukannya bukan tanpa sebab, aku sedang di bakar cemburu karena dua hari lalu ada seorang yang mencoba mendekati bidadari ku." "Ha?" Yang Rou We terkejut karena ternyata saat pertemuannya dengan Logan dua hari yang lalu juga sampai ke telinga Hanan. "Jika sampai laki-laki itu berani lagi mendekati wanitaku, mungkin saat ini aku sudah bergulat dengannya di lapangan basket," ucap Hanan tidak main-main. Saat Hanan mengatakan lapangan basket Yang Rou We langsung melihat ke sampingnya yang sedang ada beberapa mahasiswa sedang memperhatikan mereka dan menunda permainan mereka beberapa waktu. Dan Yang Rou We menemukan satu orang yang berdiri di sedang menatapnya. "Logan?" gumam Yang Rou We. "Jangan sebut namanya," ucap Hanan sambil mencubit dagu Yang Rou We yang melihatnya, Hanan mendekatkan wajahnya lagi pada Yang Rou We untuk kedua kalinya, ini lebih ringan dari sebelumnya dan kemudian Hanan memeluk tubuh Yang Rou We. "Meski laki-laki itu lebih segalanya dariku, aku mohon jangan pilih dia," ucap Hanan sambil memeluk tubuh Yang Rou We lebih erat. Yang Rou We juga membalas pelukan Hanan, dia tahu jika Logan masih terus mengawasi mereka berdua namun Yang Rou We tidak peduli karena saat ini dia bahagia karena ternyata Hanan tidak sungguh-sungguh untuk melepaskannya. *** Sejak saat itu Yang Rou We dan Hanan sudah menjalin hubungan, jadian yang tertunda selama 4 tahun lamanya, dan kini dia menuwai buah manis cinta mereka berdua yang berawal dari cinta masa lalu. Mereka seperti pasangan normal lainnya, kuliah bersama meski beda jurusan dan gedung, tahun-tahun mereka lewati bersama dengan senyuman merekah, pertengkaran pasti ada di sebuah hubungan namun pertengkaran kecil yang dengan mudah terselesaikan. Bahkan setelah lulus mereka sama-sama pulang ke kampung halaman, Hanan langsung magang di rumah sakit ibunya dan Yang Rou We berdiri dengan kakinya sendiri dengan mandiri, meski ayahnya bisa membantu Yang Rou We lewat pengaruhnya tapi Yang Rou We menolak tawaran manis dari ayahnya. Yang Rou We lebih memilih dengan susah payah membangun pertahanannya sendiri sendiri, dan setelah melewati banyak rintangan dia bisa bekerja di salah satu perusahaan dan di bagian pemasaran. Hari ini mereka sedang menghabiskan waktu weekend bersama dengan berjalan-jalan, dan tanpa sengaja bertemu dengan kakak laki-lakinya yang sedang nongkrongnya dengan teman-temannya. "Yang Rou We," panggil kakaknya yang sudah berdiri di samping Hanan dan Yang Rou We yang sedang menikmati makanan mereka. "Mas," ucap kaget Yang Rou We ketika mendapati kakak laki-lakinya yang bernama Yang Yuan. "Siapa ini?" Yang Yuan langsung menanyakan perihal laki-laki yang duduk satu meja dengan adiknya, meski biasanya dia bersikap konyol di depan orang-orang terdekatnya tapi dia masih ingat jika dia seorang kakak yang harus bersikap seperti kakak laki-laki saat adik perempuannya jalan dengan laki-laki yang tidak di kenalnya. "Mas Yuan?!" Yang Rou We menekankan jika dia tidak menyukai cara Yang Yuan. "Mas, kenalin saya Hanan." Hanan dengan sopan mengulurkan tangannya sambil berdiri untuk menghormati kakak Yang Rou We. "Yang Yuan, kakak Yang Rou We," jawab Yang Yuan membalas uluran tangan Hanan, meski dengan wajah datarnya. Berbeda dengan Hanan yang tersenyum sangat lebar meski saat ini dia tidak hanya ingin tersenyum bahkan saat ini ingin tertawa lepas karena mana mungkin Hanan tidak tahu jika laki-laki yang berdiri di depannya ini adalah kakak kekasihnya, laki-laki yang sudah membuat kesalahpahaman di antara Hanan dan Yang Rou We yang mengakibatkan mereka bertengkar dan tidak bisa bertemu 4 tahun lamanya. "Kita bicara lagi nanti di rumah," kata Yang Yuan, kemudian pergi dari meja Hanan dan Yang Rou We. "Kamu sebesar ini masih di awasi oleh kakakmu?" tanya Hanan setelah Yang Yuan kembali ke mejanya sendiri. "Ya begitulah," jawab Yang Rou We sambil melirik Yang Yuan yang masih melihatnya meski sudah kembali ke mejanya. "Kamu sudah dewasa dan sudah bekerja, kakakmu masih posesif seperti ini." "Makannya aku lebih tenang hidup di Jerman, aku sudah dewasa bukankah tanpa di awasi dan di kekang aku bisa menjaga diriku sendiri?" "Itu tandanya jika dia sangat menyayangi mu, kamu seharusnya bersyukur." "Tapi Hanan, ini keterlaluan. Aku sudah akan 28, bahkan banyak teman kita yang sudah berkeluarga dan memiliki anak." Wajah Yang Rou We nampak tidak enak di pandang, dan begitu pula dengan Hanan, dia merasa sedikit merasa ada sesuatu yang di luar kendalinya saat Yang Rou yang mengatakan jika banyak dari teman mereka yang sudah menikah dan memiliki anak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD