dua kali gagal

1022 Words
"Dari semua yang hilang aku merindukan diriku sendiri," gumam Mourent, dia bicara pada ombak yang ada di depannya. "Di mana aku bisa tersenyum sepanjang hari, tanpa banyak hal yang membebani pikiranku." Kakinya tertanam di dalam semakin dalam saat ombak datang menabrak tubuhnya. Buih-buih di pantai segera menghilang seperti itu pula kebahagiaan yang dia rasakan beberapa waktu yang lalu, dia merasa bahagia, begitu banyak merasakan bahagia tapi tidak bertahan lama. Mourent membalikkan tubuhnya saat merasa jika air laut mulai pasang, Mourent tidak memindahkan kakinya sejak mendekati bibir pantai, ombak itu hanya menyentuh telapak kakinya saja, namun semakin lama kini ombak sudah menyentuh lututnya dan pakaiannya hampir sebagian besar basah. Langkahnya mulai menjauhi pantai namun langkah itu sedikit melambat saat melihat sosok yang berdiri mengawasinya yang berdiri tidak jauh dari di mana dia berdiri. Namun Mourent terus berjalan mendekati A Wan yang melipat tangannya memperhatikan dirinya. "Kamu di sini juga?" tanya Mourent setelah jarak mereka berdua tidak begitu jauh. "Apa kamu datang untuk menyusul ku?" Mourent hanya berniat bercanda, menggoda A Wan dan ternyata A Wan memang datang karena dia tahu Mourent ada di sini. "Aku datang karena Miss," jawab A Wan. "Oh benarkah? Bagaimana kamu tahu jika aku berada di sini?" "Bukankah Miss sendiri yang mengatakan semalam jika Miss ingin datang ke sini?" A Wan balik bertanya. "Aku tidak mengingatnya?" Mourent mencoba memutar otaknya untuk mengingat di mana dia pernah mengatakan hal itu pada A Wan, namun A Wan bukanlah orang yang akan berbohong yang membuat Mourent berhenti berpikir yang akan menyakiti otaknya sendiri karena tidak menemukan jawabannya. "Ah sudahlah, aku tidak akan membuang tenaga untuk berpikir," ucap Mourent tidak ambil pusing. Untuk apa mencariku?" tanya Mourent. "Rindu," jawab A Wan di dalam hatinya. Namun lagi-lagi yang keluar dari mulutnya bukan kata yang baru saja dia pikirkan. "Saya mau minta tolong Miss," ucap A Wan. "Minta tolong apa?" "Bisakah Miss datang ke acara wisudaku besok? Aku tidak ada keluarga di Jogja dan semua keluarga ku yang ada di Banyuwangi kebetulan ada di luar negeri dan belum bisa pulang aku juga tidak ingin merepotkan mereka hanya untuk menghadiri acara wisudaku." "Tidak masalah, aku seorang yang pengangguran aku bisa datang," jawab Mourent. "Terimakasih." A Wan memerhatikan Mourent yang pakaiannya sedikit basah karena terkena air laut, A Wan melepaskan jaket yang di kenakan kemudian mengulurkan pada Mourent. Mourent menatap jaket yang di ulurkan oleh A Wan, dan kemudian menatap pemiliknya. "Apa?" "Gunakan ini, Miss basah pasti tidak nyaman." "Aku akan mengotori jaket mu," jawab Mourent. "Itu bisa di bersihkan," jawab A Wan masih dengan mengulurkan jaket di tangannya. "A Wan? Kenapa kamu sangat baik padaku?" tanya Mourent penuh selidik. "Kenapa butuh alasan untuk besok kepada sesama." "Tapi kamu begitu baik padaku, aku bisa melihatnya. Kamu seseorang yang memiliki kepribadian dingin namun tidak jika denganku?" "Aku hanya ingin baik pada seseorang yang pantas mendapatkannya." "Kenapa? Apa bedanya aku dengan yang lain?" "Karena Miss baik." "Hanya itu," tanya Mourent penuh selidik. "Karena ... karena aku menyukai Miss," jawab A Wan santai namun penuh ketegasan. "Sejak kapan?" Mourent sama sekali tidak kaget dengan pengakuan A Wan karena dia sudah menduganya dan hanya tidak memikirkannya selama ini. "Cukup lama," jawab A Wan. A Wan yang memiliki tubuh jauh lebih tinggi dari Mourent dengan mudah menaruh jaket miliknya di tempelkan di pundak Mourent. "Aku sudah tertarik pada Miss saat pertama melihat Miss main ayunan di tengah hujan." "Itu sudah lama sekali A Wan." "Aku tidak menyadari hal itu tapi setelah pertemuan kita selanjutnya aku menyadari hal itu dan sayangnya aku terlambat, Miss sudah menikah." Mourent menatap A Wan yang juga memandangnya, Mourent melihat A Wan dengan tatapan rumit, dia binggung harus menanggapi apa dengan pemuda yang ada di depannya yang baru saja mengutarakan isi hatinya selama ini padanya. "Maaf," gumam Mourent. "Mungkin aku sudah tidak percaya lagi dengan cinta," imbuh Mourent. "Apa luka yang Miss miliki saat ini begitu dalam hingga Miss tidak bisa membuka hati Miss lagi untuk orang lain?" "Aku tidak tahu, tapi masih terasa sakit yang aku rasakan, jika ini hanya satu kali mungkin aku masih bisa menyembuhkannya dengan mudah tapi rasa sakit yang aku rasakan ini sudah yang kedua kalinya, luka lama yang aku rasakan kini kembali hadir bersama luka baru." "Wanita sebaik ini, kenapa begitu banyak laki-laki yang menyakiti mu?" Mourent tidak menjawab, dia sudah tidak bersedih dengan keadaan ini. Namun ketika harus kembali membahas tentang cinta, Mourent masih enggan, Mourent enggan untuk kembali mengulang hal yang sama untuk tanggal ke tiga kalinya. Dua laki-laki yang ada di hidupkan bisa di katakan bukan laki-laki jahat hanya saja tidak di peruntukan untuk Mourent, kekasihnya pertama alexy seorang yang baik, hanya saja dia salah melangkah yang membuatnya terjerumus dan akhirnya menyakiti Mourent karena berselingkuh dengan teman baiknya. Dan laki-laki kedua yang di cintai Mourent dia juga bukan jodoh Mourent karena dia sudah mengisi hatinya dengan wanita lain dan Mourent cukup kesulitan untuk menggantikan posisinya. Mourent sudah berusaha menjadi seorang wanita yang baik untuk di cintai pasangannya, namun kegagalan demi kegagalan membuat Mourent insecure pada dirinya sendiri. Dia selalu bertemu laki-laki yang baik, dan Mourent begitu mencintai mereka namun Mourent tidak mendapatkan hal yang sebaiknya, mereka membuat luka memberikan luka yang dalam pada Mourent meskipun mereka tidak sepenuhnya berniat melakukannya. "Aku akan menemani Miss, aku akan menunggu Miss hingga Miss bisa membuka hati Miss lagi untuk ku," ucap A Wan, sambil melihat arah laut begitu pula Mourent. Deburan ombak yang semakin besar, siap untuk menelan siapa saja yang masuk ke dalamnya. "Kamu bisa mencari wanita lain A Wan, yang lebih baik dariku, kamu masih muda, tampan dan juga berpendidikan. Bukan hal yang sulit untuk mendapatkan wanita seperti apapun yang kamu inginkan," jawab Mourent. "Tidak, aku sudah menentukan pilihan, dan wanita yang beruntung itu hanya Miss, dan tidak ada wanita yang lain yang bisa membuat ku jatuh cinta." "A Wan, apa yang kamu lihat dari ku, aku seorang wanita yang sudah gagal dalam berumah tangga, tidak hanya sekali aku di tinggalkan oleh laki-laki karena wanita lain, apakah itu belum cukup untuk mu untuk membuktikan jika aku seorang wanita yang gagal?" "Bukan Miss yang salah, tapi mereka. Kesalahan terletak pada mereka, mereka bukanlah orang yang tepat untuk menjaga wanita sebaik dirimu."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD