Aku belum menyentuh wanita sebelumnya

1017 Words
Mourent memeluk tubuhnya sendiri, jaket A Wan yang berada di atas pundaknya kini sudah dia gunakan dengan benar, deru ombak yang semakin besar di sertai dengan angin laut yang kencang berhembus memainkan rambut panjang Mourent. Dia duduk di kursi yang terbuat dari kayu yang ada di pantai itu, menunggu A Wan kembali dari membeli sesuatu untuk menghangatkan tubuhnya. Mourent pernah datang ke pantai ini bersama dengan Hanan dan bertemu A Wan di sini tapi sekarang hanya ada dia dan A Wan tidak ada lagi. Dan tentunya dengan status yang berbeda. Mourent melihat dari kejauhan jika A Wan sudah kembali dengan membawa dua hal di kedua tangannya dia begitu sibuk dengan apa yang dia bawa hingga ingin menghindari orang yang berlalu-lalang ingin saling bertabrakan dengannya. Mourent memicingkan matanya ketika melihat reaksi awan ketika hampir saja menabrak seorang wanita yang berjalan dari arah berlawanan dia menghindar begitu jauh daripada ketika ia berpapasan dengan seorang laki-laki. "Maaf, lama," ucap A Wan ketika baru saja sampai, dan menyerahkan sebuah cup berisi mi berkuah dan juga beberapa bakso di dalamnya. "Terimakasih," jawab Mourent. Mourent mengulurkan tangannya dan sengaja sedikit memegang tangan A Wan yang sedang memegang cup yang di ulurkan, dan Mourent tersenyum kecil saat A Wan dengan cepat menarik tangannya dengan cepat saat akan bersentuhan dengan tangan Mourent. A Wan dan Mourent menikmati makanan yang baru saja dibeli oleh A Wan selain mengisi perut mereka yang kosong Maka nanti juga akan menghangatkan tubuh mereka dari dalam. "Ada apa?" tanya A Wan. A Wan sadar jika sedari tadi Mourent mencuri pandang pada hanya memperhatikan semua hal yang dilakukan oleh A Wan. "Ada sesuatu di wajahmu," jawab Mourent, dia ingin mengulurkan tangannya untuk mengambilnya namun A Wan segera menjauh. "Aku bisa mengambilnya sendiri," jawab A Wan, berusaha mengusap wajahnya beberapa kali agar apapun yang ada di wajahnya menghilang. "Apa kamu belum pernah di sentuh seorang wanita sebelumnya?" Akhirnya Mourent bertanya juga karena dia melihat jika A Wan begitu menjaga jarak dengan dirinya. "Sudah," jawab A Wan lirih. "Siapa?" "Bunda." "Selain itu?" A Wan mengelengkan kepalanya, dia menatap Mourent sebentar kemudian mengalihkan pandangannya kembali ke makanan yang mengepul di tangannya. "Ada beberapa, tapi karena keadaaan darurat." "Kenapa.kmau tidak pernah menyentuh seorang wanita?" "Itu caraku menghormati seorang wanita," jawab A Wan. Mourent terdiam namun pandangannya masih tertuju kepada pemuda yang duduk di sampingnya aja cukup speechless dengan keadaan ini, dia belum pernah bertemu dengan seorang pemuda yang memperlakukan wanita sampai seperti ini, seorang laki-laki yang pemuda yang ditemui akan memiliki banyak cara untuk bagaimana caranya bisa bersentuhan dengan wanita tapi Mourent berpikir jika seorang laki-laki tidak ingin menyentuh seorang wanita di zaman sekarang hanyalah sebuah kebohongan besar tapi jika melihat pemuda yang ada di hadapannya ini kemungkinan untuk berbohong itu sepertinya tidak ada karena selama ini dia mengenal A Wan dia tidak suka berbohong dan tidak pandai berbohong jika dia mengatakan A maka itu yang sebenarnya terjadi. "Jangan memandangku seperti itu?" ucap A Wan. "Tenang saja saya masih manusia normal, seperti yang lainnya," imbuh A Wan. Mourent memiliki 2 mantan terindah Yang pernah mengisi kehidupannya berpikir jika Alexy dan Hanan adalah seseorang salah satu seseorang yang baik di dunia ini. Namun ternyata ketika bertemu dengan A Wan, Mourent kembali berpikir jika A Wan tentunya lebih baik dari keduanya. Mourent memiliki hubungan dengan Alexy cukup lama mereka menjalin hubungan sejak mereka masih sekolah bersama mengetahui sifat satu sama lain mengakui jika Alexy adalah seorang pemuda yang baik, cara memperlakukannya seorang wanita Dia sangat baik Mourent tidak bisa menutup matanya hanya karena Alexy telah menyakiti hatinya satu kesalahan yang dilakukan oleh Alexy tidak bisa menutupi seribu kebaikan yang sudah dilakukan oleh Alexy selama ini. Mourent mengakui jika Alexy sangat baik terhadap wanita manapun dia tidak pernah menyakiti perasaan Mourent, Alexy memperlakukan wanita dengan lemah lembut tidak akan mendapatkan pekerjaan berat pada seorang wanita yang dia kencani. itu bukan hanya mendapat Mourent hanya karena Mourent memiliki hubungan baik dengan Alexy, tapi itu memang kenyataannya begitu banyak wanita yang ingin menjalin hubungan dengan Alexy di masa lalu karena kebaikan yang dimiliki oleh Alexy dan juga parasnya yang cukup menarik membuat begitu banyak wanita bersaing bersama dengan Mourent untuk meraih hatinya. Dan tentu saja yang beruntung adalah Mourent dia menjalin begitu banyak wanita iri padanya ketika Mourent memiliki hubungan dengan Alexy hingga Mereka ingin mencari laki-laki yang tidak jauh berbeda dengan Alexy, Alexy karena dianggap oleh mereka seseorang yang cukup sempurna saat itu. Mantan terindah Mourent adalah Alexy dan mantan suami terindah tentu saja Hanan. jika saja keadaan berpihak pada Mourent mungkin saat ini Mourent adalah salah satu wanita yang beruntung di dunia ini karena menikah dengan seorang bernama Hanan. Dia seorang dokter dan Tidak diragukan lagi kebaikannya memperlakukan seorang wanita, namun sayangnya wanita itu bukan Mourent. Mourent berpikir jika dia akan kesulitan bertemu seseorang yang lebih baik dari 2 mantan terindah nya tapi sekarang ketika dihadapkan dengan pemuda yang ada di sampingnya dia sepertinya harus berpikir ulang karena pemuda ini jauh lebih baik dari 2 mantan terindah nya memang dia terlihat dingin tapi tidak kepadanya. jika A Wan tidak mau menyentuh seorang wanita karena itu caranya dia untuk menghormati seorang wanita lalu bagaimana dia akan memperlakukan wanita kedepannya seorang yang agar menjadi pendamping hidupnya bukankah laki-laki seperti itu akan memperlakukan wanita sangat baik, ketika mengetahui fakta ini jika A Wan tidak mau menyentuh seorang perempuan selain ibunya. Mourent mulai berpikir memang selama ini A Wan begitu dingin dan tidak pernah berinteraksi dengan seorang wanita secara berlebihan, Mourent juga mengingat bagaimana A Wan tidak mau menyentuhnya beberapa kali saat mereka bersama. Mourent masih sekali melihat A Wan yang duduk disampingnya pemuda yang begitu tenang cenderung dingin namun di hatinya memiliki kehangatan yang tidak dimiliki oleh kebanyakan Pemuda lainnya. "Apa yang Miss pikiran?" tanya A Wan membuyarkan lamunan Mourent. "Tidak ada," jawab Mourent sedikit canggung. "Jika tidak ada, mengapa Miss tidak mengangkat panggilan yang masuk?" Mourent mulai tersadar jika ponsel yang ada di tasnya berbunyi, cukup mengherankan karena dia tidak mendengar suara dari nada dering ponselnya. Mourent mengenyampingkan rasa malunya pada A Wan dia segera kembali mengambil ponselnya, meskipun ragu untuk menerimanya karena panggilan itu dari nomor yang tidak di kenal.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD