Dekatkan atau lupakan.

1052 Words
Mourent tersenyum kecil ketika dia masuk ke dalam ruangan itu ada secangkir kopi di atas mejanya, dan tertulis nama coffee shop di mana A Wan bekerja, pandangannya langsung terarah pada A Wan yang duduk di barisan non 2 dari belakang. Namun sayangnya A Wan sedang menundukkan kepalanya, dia fokus pada buku yang ada di tangannya. Mourent bekerja profesional dia tidak akan mencampur adukkan urusan pribadi dengan pekerjaannya, A Wan juga seolah tidak melakukan apapun, dia masih tenang cenderung dingin seperti biasanya. Bimbingan berjalan dengan sangat baik lebih lancar dari biasanya, Mourent begitu semangat pertama karena dia mendapatkan Kopitiam dia inginkan semalam dan dia tidak ingin ada orang lain mengetahuinya apa yang sebenarnya ia rasakan. "Terimakasih," ucap Mourent pada A Wan selesai kelas. "Sama-sama." "Aku akan menggantinya," Mourent mengambil uang dari tasnya. "Tidak perlu." "Aku tidak enak," jawab Mourent. "Melihat Miss, bersemangat seperti ini aja, aku sudah merasa senang." "Apakah aku begitu bersemangat?" tanya Mourent nampak malu. "Lebih semangat dari pada biasanya." Mourent tersenyum sambil memijat tengkuknya sendiri. Mereka berdua tidak mengobrol lama, karena A Wan harus segera pergi, dia memiliki jadwal lebih awal saat ini. "Saya permisi dulu Miss." "Nampak buru-buru?" tanya Mourent. "Emm, iya," jawab A Wan lirih. "Takut semakin sulit melupakan jika dekat-dekat terlalu lama," imbuh A Wan di dalam hatinya, A Wan tersenyum kemudian pergi tanpa menoleh lagi. "Ya Allah, jika dia bukan jodoh hamba tolong bantu hati dan pikiran ini untuk melupakannya tapi jika Miss Mourent memanglah jodoh ku, maka mudahkanlah jalan ini untuk mendapatkannya, dan segerakan lah, hamba tidak ingin ada fitnah karena mayukai istri orang lain," ucap A Wan begitu mantap di dalam hatinya sambil berjalan memunggungi Mourent. Doa paling mustajab ketika habis sholat, namun tidak ada salahnya jika berdoa dengan sungguh-sungguh di manapun itu. Mourent sebenarnya ingin melihat acara musik yang akan di lakukan oleh A Wan di tempat biasanya tapi matanya tidak dapat di ajak kompromi, dia semalam tidak tidur, meskipun habis joging pagi tadi dia tidur tapi itu belum bisa membayar waktu yang di habiskan Mourent untuk bergadang, meskipun Mourent akan tidur sepanjang hari untuk mengantikan waktu malam yang dia gunakan untuk begadang itu tidak akan cukup. Itu sudah menjadi rahasia umum, entah mengapa tubuh Mourent seperti itu, mungkin juga karena Mourent tidak memiliki kebiasaan bergadang membuatnya merasa mengantuk sepanjang hari, meskipun Mourent baru saja meminum satu cup kopi yang di bawakan oleh A Wan. Mourent hanya melihat sekilas saat melintas trotoar di mana A Wan akan tampil, Mourent saat ini hanya ingin pulang dan merebahkan tubuhnya dengan nyaman, karena sesungguhnya bukan hanya raganya ada saja yang lelah otaknya juga letih. Benar saja Mourent langsung melemparkan tubuhnya ke ranjang dengan ceroboh dengan pakaian kotornya, namun dia belum benar-benar jatuh tertidur dia ingat jika dia belum masak untuk Hanan, dan Hanan tidak pernah makan di luar setelah mereka menikah. Mourent menyeret tubuhnya dengan malas untuk pergi ke dapur, dengan menguap beberapa kali, Mourent memasak apa saja yang ada di dalam lemari pendingin, dia hanya akan masak satu hidangan saja yang tidak akan memakan waktu, karena matanya sungguh tidak bisa di ajak kompromi. Dengan menguap beberapa kali Mourent akhirnya menyelesaikan satu hidangan yang hanya memakan waktu 10 menit, dia segera pergi kembali ke kamarnya, pakaiannya kotor tapi Mourent tidak ingin mandi, alhasil Mourent hanya mengganti pakaiannya dan sedikit membasuh wajahnya dengan air dingin. Air dingin tidak bisa mengusir rasa mengantuk yang Mourent miliki, dia tetap kesulitan hanya sekedar membuka matanya dengan lebar. Mourent segera merayap ke ranjangnya dan menyembunyikan tubuhnya di balik selimut yang baru saja di ganti kemarin dan tidak butuh waktu lama Mourent tertidur. Mourent tidur terlalu sore, karena rasa lelah yang dia rasakan, Mourent terbangun saat pukul 02:33, Mourent mendapati sebuah tangan melingkar di pinggangnya dan itu milik Hanan. Mourent tidak bisa melihat Hanan karena Mourent tidur dengan memunggungi Hanan, Mourent tidak ingin bergerak karena mungkin itu bisa membangunkan Hanan. Tapi Mourent sama sekali sudah tidak mengantuk. Mourent ingin turun untuk ke kamar mandi, dengan hati-hati Mourent memindahkan tangan yang melingkar di pinggangnya tapi baru saja Mourent ingin turun, tangan yang sudah berhasil di pindahkan oleh Mourent kini kembali lagi memeluk Mourent. Dan pelukan itu semakin erat menjerat Mourent di dalam pelukan Hanan, Hanan menempelkan wajahnya di punggung Mourent seraya bergumam di bawah alam sadarnya. "Jangan pergi, aku tidak ingin kamu tinggal." Mourent tidak bergerak dia mendengarkan apa yang di katakan oleh Hanan di dalam tidurnya, Hanan sangat jarang sekali bicara di dalam tidurnya seperti ini. "Yang Rou We, aku sangat merindukanmu." Mourent yang awalnya membuka matanya kini langsung menutup matanya sambil mengepalkan tangannya, dia sudah bertahan dengan keadaan ini selam setahun lebih, dia berpikir jika Hanan akan membuka hatinya untuk dirinya suatu hari nanti ketika Mourent sabar menanti, Hanan sudah tidak memiliki harapan lagi pada Yang Rou We tapi dia masih saja terus mengingat wanita itu meskipun di dalam tidurnya. Mourent bangun melepaskan diri dari pelukan Hanan, dia seorang wanita yang sudah memakai banyak kesabarannya untuk hubungan ini, dia memiliki hati terdiri dari darah dan daging bukan mesin yang tidak berperasaan. Meskipun Mourent tahu jika Hanan mencintai Yang Rou We tapi bukan berarti Mourent tidak akna marah jika seperti ini terus, namun Mourent tidak bisa melampiaskan kemarahannya pada orang lain, dia hanya bisa melakukannya pada dirinya sendiri. Jika boleh jujur Mourent masih mencintai Hanan sampai detik ini tapi Mourent tidak bisa bohong jika hatinya sakit melihat Hanan yang sama sekali tidak bisa melihatnya meskipun Mourent berada tepat di pelupuk matanya. Mourent binggung akan melakukan apa di jam seperti ini, Mourent berada di kamar mandi untuk waktu yang lama, dan dia pergi ke dapur dia ingin melakukan kewajibannya sebagai istri namun saat dia mengiris bawang merah tiba-tiba air matanya mengalir, Mourent tahu jika air mata ini reaksi matanya karena senyawa yang di keluarkan oleh bawang merah yang sedang dia iris tapi perasaannya yang campur aduk membuat Mourent semakin menangis. Namun tangannya tidak berhenti mengiris bawang merah, dia masih terus melanjutkan kegiatan masaknya dengan air mata yang terus mengalir dari matanya. Selesai masak dan bersih-bersih Mourent mengganti pakaiannya dan akan melakukan joging di pagi buta seperti yang di lakukan Mourent kemarin. Napasnya tersengal-sengal karena Mourent berlari cukup cepat mengelilingi lapangan beberapa kali hingga dia lemas dan merebahkan tubuhnya di pinggir lapangan. Sinar matahari datang menyinari wajahnya, Mourent memejamkan matanya dia pun tidak bisa melihat dengan benar ketika sinar matahari tepat ada di wajahnya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD