Betapa cantiknya istri orang

1037 Words
Hanan terbangun saat mendengar suara penanak nasi yang beralih dari lampu merah ke lampu hijau, yang membedakan jika nasi di dalamnya sudah matang. Hanan sebelumnya tidak pernah mendengar suara penanak nasi di pagi hari saat dia tidur. Setelah memperhatikan sekeliling ternyata Hanan tidur di sofa ruang tengah, semalam saat Hanan akan tidur di sofa televisi masih menyala dan mangkuk yang berisi buah semalam masih ada di meja di depannya, tapi saat ini tidak ada lagi di atas meja itu. Hanan mencium aroma nasi yang baru saja masak, dia juga mencium aroma makanan yang sudah matang. Hanan bangkit dari sofa dan langsung ke dapur tapi sesampainya di sana Hanan sama sekali tidak menemukan siapapun. Ini baru jam lima pagi tapi Mourent sudah menanak nasi dan juga masak untuknya, Hanan masuk ke kamar dan kamar itu sudah begitu bersih, semua nampak bersih dan rapi, Hanan tidak lagi melihat seprai semalam, Mourent sudah menggantinya dan membersihkan kamar ini begitu rapi. Gorden tinggi itu juga sudah di buka meskipun di luar matahari belum muncul, Hanan mencari Mourent di balkon mungkin saja wanita itu ada di sana setelah membersihkan rumah dan memasak untuknya. Tapi Hanan juga tidak menemukan Mourent di sana. Hanan beralih mencari Mourent kebelakang karena Hanan mendengar mesin cuci yang sedang beroperasi tapi tetap tidak ada, Hanan hanya melihat jika mesin itu sedang berputar untuk membersihkan seprai yang mereka gunakan semalam dan ada juga selimut tebal yang ada di dalam keranjang di samping mesin cuci yang belum di cuci oleh Mourent, padahal seingat Hanan, Mourent baru kemarin Mourent yang menggantinya. Hanan tidak menemukan Mourent di manapun, dia sudah mencari Mourent di setiap sudut apartemen ini tapi Mourent tatap tidak di temukan oleh Hanan di manapun. Hanan akan kembali ke kamar lagi untuk mengambil ponselnya dan menghubungi Mourent tapi belum juga Hanan sampai ke kamar, dia sudah melihat ponsel Mourent tergeletak di dapur di samping penanak nasi. "Di mana kamu?" tanya Hanan pada dirinya sendiri. Hanan berjalan mondar-mandir dan melihat jika sandal milik Mourent yang biasannya di gunakan sehari-hari Mourent ada tapi Hanan tidak melihat sepatu joging milik Mourent. "Apakah dia joging?" tanya Hanan pada dirinya sendiri, dia merasa lega jika Mourent benar-benar hanya joging. Karena kemungkinan Mourent joging Hanan merasa lega dan dia akan membersihkan dirinya tapi ketika dia mencium aroma masakan Mourent, Hanan memilih untuk sarapan lebih dahulu, meskipun ini masih pagi sangat pagi sekali Hanan akan tetap memakannya karena mungkin ini akan berbeda jika sudah tidak lagi hangat. Untuk pertama kalinya Hanan sarapan di bawah jam enam pagi, dan hanya karena Hanan tidak ingin masakan buatan Mourent akan dingin. Sambil memakan sarapan paginya Hanan berpikir kapan Mourent mengerjakan semua pekerjaan rumah ini tanpa Hanan mendengar suara sedikitpun, apakah Mourent bekerja begitu hati-hati hingga dia tidak menimbulkan suara sedikitpun agar tidak menganggu tidur Hanan, mungkin juga Hanan terlalu kecapean karena dia tidur sudah lebih dari dini hari, dia mendengarkan Mourent menangis semalam, dan baru setelah tidak mendengarkan suara apapun dari dalam kamar Hanan pindah ke sofa dan mulai merebahkan dirinya. Dan Hanan hanya tidur selama 3 jam sampai dia di bangunkan oleh suara penanak nasi. Meskipun Hanan tahu jika kemungkinan Mourent joging tapi saat dia menyantap makanan yang ada di depannya ada perasaaan kosong di hatinya, apartemen ini cukup luas jika hanya dia seorang yang menempati, selama ini apartment ini nampak hidup meskipun tidak ada orang lain selain dia dan Mourent, tidak ada bayi atau anak kecil yang membuat gaduh sepanjang hari tapi menurut Hanan rumah ini tetap hidup dengan kehadiran Mourent yang selalu membuat nyaman Hanan, Hanan begitu betah di rumah meskipun dia tidak melakukan apapun. Sangat berbeda dengan dulu, Hanan selalu ingin keluar rumah karena rumahnya yang dulu begitu kosong meskipun banyak orang di dalamnya. Waktu berlalu begitu cepat dan sekarang sudah pukul delapan namun Hanan tidak melihat jika Mourent akan pulang sedangkan dia harus pergi ke rumah sakit, Hanan tidak bisa menunggu Mourent karena dia harus bekerja. Hanan memperlambat langkah kakinya, dia masih berharap akan bertemu Mourent sebelum dia pergi bekerja. Tapi tatap saja Hanan tidak bertemu dengan wanita yang berstatus istrinya itu. Hanan menginjak gas dan melaju dengan kecepatan normal dan di saat itu dia melewati seorang wanita yang duduk di atas trotoar dengan seorang bocah laki-laki m nikmati es krim di jam 8 pagi. "Apakah enak?" tanya Mourent pada bocah laki-laki di sampingnya yang nampak lusuh. "Emm, enak sekeli," jawab bocah laki-laki itu dengan antusias sambil menjilat es krim yang dingin. Mourent tersenyum melihat bocah laki-laki itu, Mourent juga memegang satu es krim dia menggigit es krimnya sendiri, Mourent sama sekali tidak peduli dengan pandangan orang lain pada dirinya, dia hanya ingin berbagi dengan bocah laki-laki tidak beruntung ini, dia harus memulung sepagi ini karena dia sudah tidak memiliki ayah, laki-laki yang harus memenuhi kebutuhan bocah laki-laki ini. "Untuk membeli makan," Mourent menyodorkan dua dua puluh ribuan pada bocah laki-laki itu dan bocah laki-laki itu langsung berbinar. "Terimakasih Mbak," ucapnya dengan bersemangat. "Iya, cepat beli makan sebelum kamu bekerja," ucap Mourent. "Baik, aku akan beli makan sekarang," ucap bocah laki-laki itu sambil beranjak. "Hati-hati." "Iya. Semoga kita bisa bertemu lagi dan aku bisa membalas kebaikan mu," ucap bocah laki-laki itu penuh energi. Mourent tersenyum lebar melihat kebahagiaan pada bocah laki-laki yang kini sudah berlari menjauh darinya, kebahagiaan seseorang itu tidak sama, kadar bahagia seseorang tidak bisa di samakan satu sama lain karena anak itu begitu bahagia hanya karena mendapatkan satu potong es krim dan yang dua puluh ribu untuk mengisi perutnya, yang menurut Mourent itu tidak akan mendatangkan kebahagiaan untuk dirinya. Mourent beranjak dari trotoar sebelumnya memasang earphone di telinganya dan membawa semua barang belanjaannya. Awalnya Mourent memang hanya ingin joging namun dia terlalu capek karena semalam dia tidak bisa tidur, maka Mourent mengisi waktunya dengan bersih-bersih dan ketika selesai Mourent ingin menghirup embun pagi, maka Mourent memilih untuk joging, padahal Mourent salah satu manusia yang malas untuk joging. Mourent pulang dengan langka pelan satu tangan menentang belanjaan yang dia beli di pinggir jalan dan satu tangan memegang es krim, dia memakannya sambil berjalan menyusuri trotoar menuju apartemennya. Yang tidak di ketahui oleh Mourent ada sepasang mata yang sedang memperhatikan Mourent sejak tadi, saat Mourent duduk dengan bocah laki-laki itu, menikmati es krim bersama. "Betapa cantiknya istri orang," gumam A Wan sambil memperhatikan Mourent.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD