Perang dingin

1034 Words
Mourent mengembuskan napas panjang dari mulutnya, tenaganya banyak terkuras karena dia sudah berlari selama berjam-jam, saat kembali ke apartemen sudah bisa di pastikan jika Hanan sudah pergi bekerja. Tapi hari ini dia menemukan secarik kertas di atas meja dengan ponsel milik Mourent di sampingnya. "Aku ingin bicara padamu nanti malam," Mourent membaca apa yang ada di dalam secarik kertas itu dengan suara keras. Dia berpikir sebentar kemudian mengambil ponselnya dan membuang kertas itu di tempat sampah, kemudian pergi ke kamar mandi dan dia butuh istirahat. Mourent tidak peduli saat ini jam berapa ya dia tahu matanya terasa berat karena mengantuk dan badannya capek karena semua energinya sudah terkuras habis. Saat Mourent terbangun ini sudah lewat tengah hari, dia harus bersiap dan pergi untuk mengajar. Hari ini waktu berjalan begitu cepat untuk Mourent, dan saat Mourent kembali dengan beberapa makanan ternyata Hanan sudah sampai di rumah. Hari ini Mourent memang sengaja tidak ingin memasak, dia membeli beberapa makanan yang bisa dia dan Hanan makan untuk nanti malam. "Kamu sudah pulang," ucap Mourent saat melihat Hanan yang sudah ada di rumah, dia sedang menyiram tanaman kaktus yang di pelihara Mourent di dekat jendela. "Iya," jawab Hanan dengan senyuman kecil, kemudian dia kembali fokus pada tanaman yang ada di tangannya. Mourent menyiapkan makanan yang dia beli, Mourent sangat jarang membeli makanan di luar karena dia lebih suka masakan yang dia buat sendiri terlebih Hanan kurang puas jika dia makanan yang beli di luar, Hanan akan memilih menahan laparnya dan pulang ke rumah dari pada harus berhenti untuk makan di perjalanan. Hari ini Mourent tidak ingin masak, entah mengapa. Sebab itu dia membeli makanan untuk Hanan, sedangkan untuk dirinya sendiri, Mourent cukup malas makna hari ini. Mourent dan Hanan sebenarnya tidak perang dingin, namun ada kecanggungan karena dua hari tidak berkomunikasi. Namun Mourent mencoba tetap berperilaku biasa-biasa saja. Hanan segera menempati kursinya saat Mourent selesai menyiapkan makanan untuk Hanan, Mourent tidak ingin makan saat ini namun untuk menghindari pertanyaan dari Hanan, Mourent mengambil porsi seperempat dari porsi makannya dan dia makna secara lambat namun tatap saja Mourent selesai lebih cepat dari Hanan. "Bukankah ada yang ingin kamu bicarakan?" tanya Mourent sambil membersihkan piring yang baru saja gunakan. "Emm, besok saja," jawab Hanan setelah berpikir beberapa saat. "Oh," jawab Mourent. Mourent tidak tahu apa yang akan di katakan oleh Hanan namun jika dia tidak mengatakan sekarang itu berarti belum siap atau menunggu hak lainnya. Malam ini ruangan itu nampak sunyi meski ada layar besar di hadapan Mourent dan Hanan menyala dan mengeluarkan suara, namun Mourent dan Hanan tidak begitu banyak berkomunikasi seperti hari-hari sebelumnya, Mourent sedang fokus pada ponselnya yang dia sendiri tidak tahu ingin melihat apa, dan Hanan menonton acara sepakbola yang nampaknya kurang ia minati, Hanan mengganti saluran beberapa kali namun pada akhirnya kembali akhir ke acara bola itu. Mourent membuka konten masak dia memperhatikan konten memasak itu untuk mendapatkan resep baru, tapi lama kelamaan matanya terasa berat dan Mourent tertidur, namun Mourent belum benar-benar tertidur dia masih bisa mendengarkan konten masak itu, namun kemudian Mourent merasa jika tubuhnya di angkat dan tentu saja itu Hanan yang melakukannya. Mourent mengantuk, namun kesadarannya masih ada meski tidak begitu jelas. Mourent terus menutup matanya hingga Hanan menidurkan Mourent di ranjang. Hanan tidak ikut tidur, dia menyelimuti tubuh Mourent dan kembali keluar, namun hanya beberapa saat Mourent merasa jika Hanan sudah kembali ke kamar dan merebahkan tubuhnya di samping Mourent. Mourent tahu semuanya namun dia berlagak benar-benar tidur dan tidak mengerakkan tubuhnya sedikitpun di samping Hanan. Hanan memakai selimut yang sama dengan yang di gunakan Mourent, tangannya juga melingkar di pinggang Mourent, setelah beberapa menit Mourent merasakan jika kakinya mati rasa karena tidak bergerak sama sekali, akhirnya Mourent merubah posisinya dengan menutup matanya, seakan-akan dia bergerak namun masih di dalam bawah sadarnya. Mourent ingin merubah posisinya dengan memunggungi Hanan, namun Hanan mengarahkan tubuh Mourent malah untuk menghadap dirinya sendiri. Mourent tidak punya alasan untuk menolaknya, dia sedang berperan bagaimana bisa orang yang sedang tidur menolak arahan orang lain. Jadilah kini Mourent tidur dengan menghadap Hanan, yang membuat Mourent semakin membuat wajahnya senatural mungkin agar tidak terlihat jika sebenarnya rasa mengantuk yang dia rasakan semakin lama malah berkurang. "Maaf." Mourent mendengarkan jika Hanan mengatakan maaf padanya. Namun Mourent masih Ingin melihat apa yang akan dia lakukan oleh Hanan selanjutnya. Hanan berbaring di samping Mourent bukan untuk tidur melainkan memandangi wajah Mourent yang sedang tidur, sentuhan lebih Mourent rasakan di wajahnya, menyelipkan rambut Mourent ke belakang telinga, mengusap bibir Mourent dengan ibu jarinya, kemudian Hanan mendaratkan sebuah kecupan di kening Mourent. Mourent merasakan jika napas Hanan menabrak pipinya, tapi Mourent tidak berharap banyak setelah dua hari yang lalu di kecewakan oleh Hanan. Setelah menunggu beberapa akhirnya Mourent merasakan sedikit basah di bibirnya. Mourent juga merasakan jika tangan Hanan mulai aktif ke bawah tapi itu berhenti dan Hanan langsung menjauh dari Mourent, tidak hanya menjauh Hanan juga turun dari ranjang di mana Mourent masih berbaring sendirian di sana. Kamar itu gelap, ketika Hanan turun dari ranjang Mourent membuka matanya sebagian dan bisa melihat dari seliut Hanan yang mencengkram kuat rambutnya sendiri karena marah pada dirinya sendiri. Mourent sudah membuka matanya lebar dan Hanan tidak tahu akan hal itu. Sampai Mourent menghidupkan lampu tidur yang ada di atas nakas. Hanan langsung menoleh ke arah Mourent yang sudah setengah duduk yang baru saja menghidupkan lampu tidur. "Apa aku membangunkan tidur mu?" tanya Hanan langsung melepaskan cengkraman di rambutnya sendiri dan memasang wajah menyesal dan sedikit senyuman di wajahnya. "Apa yang sedang kamu lakukan?" tanya Mourent. "Aku, aku sedang tidak melakukan apapun," jawab Hanan dengan cepat namun dia semakin gugup ketika Mourent tidak bereaksi apapun dan hanya memandangi Hanan yang masih berdiri di samping ranjang. Kedua pasang mata Mourent dan Hanan saling bertatapan, dan nampaknya Hanan mengerti situasi ini dan tidak lagi menutupi semuanya. "Maaf, maafkan aku," ucap Hanan. "Untuk apa?" tanya Mourent dengan santai. Hanan ingin mengatakan jika Hanan takut jika Mourent akan merasa kecewa padanya seperti dua hari yang lalu, namun mulut Hanan tidak bisa mengatakan hal itu, kecanggungan semakin ketara di antara mereka. "Sudahlah," ucap Mourent. Dia kembali membaringkan tubuhnya dan menyembunyikan tubuhnya dibalik selimut yang besar, dia tidur dengan memunggungi Hanan yang masih berdiri di samping ranjang yang sibuk dengan pemikirannya sendiri.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD