Pertemuan pertama A Wan dan Yang Rou We

1067 Words
Apa itu rasa sakit? Sesuatu yang bisa membuat air mata jatuh begitu saja tanpa bisa di kendalikan, jantung tidak bisa bekerja dengan baik tidak hanya jantung sebagian besar anggota tubuh tidak bisa beroperasi dengan semestinya karena mendapat perintah dari otak jika hatinya merasa sakit maka seluruh tubuh harus merasakan apa yang dirasakan oleh hati. Banyak definisi rasa sakit hati, itu semua tergantung dengan oleh siapa itu didefinisikan sendiri, tidak ada satu pertanyaan yang jawabannya hanya satu. Rasa sakit itu sangat sakit dirasakan setiap orang dan tidak bisa dibandingkan satu dengan lainnya, ada seorang wanita yang ditinggal meninggal suaminya ketika pernikahan mereka masih 5 tahun dan wanita itu mengatakan kepada dunia dia lebih baik diselingkuhi daripada harus ditinggal mati karena apa ketika ditinggal mati wanita itu tidak bisa lagi melihat suaminya orang yang dicintainya di dunia ini sedangkan jika ditinggal selingkuh setidaknya dia merasa sakit namun masih bisa melihat laki-laki itu bahagia dengan wanita lain. Jika rindu melanda masih ada kesempatan untuk melihatnya lagi. Namun pendapat itu tidak dibenarkan oleh seorang wanita yang diselingkuhi karena dia merasakan rasa sakit yang begitu dalam, dia juga mengatakan pada dunia jika lebih baik ditinggal mati daripada diselingkuhin ditusuk dari belakang, apa lagi selingkuh nya dengan sahabat sendiri orang yang dipercayainya, orang yang sudah dikenal dekat sekali layaknya keluarga rasa sakit itu tidak bisa digambarkan oleh wanita yang diselingkuhi. Tapi itu juga tidak bisa digunakan untuk seseorang yang sama-sama mencintai namun tidak bisa bersama karena banyak faktor yang menghalangi mereka untuk menyatukan perasaan mereka, dari kasta, kedudukan, bebet, bobot, agama, ras, dan masih banyak lainnya. Berjuang sudah, berkorban sudah, bersabar pun sampai di titik terendah, kunci gitar takdir berkata lain jika memang bukan jodoh apalah mau dikata meski cinta mereka tidak setinggi langit sedalam lautan namun jika Tuhan tidak merestui itu takkan pernah terjadi. Semua rasa sakit itu sama-sama sakitnya tergantung bagaimana orang menanggapinya karena kapasitas orang itu berbeda, kapasitas merasakan sakit itu juga berbeda orang hanya tergores bisa menangis darah namun ada yang jarinya hampir putus namun masih bisa tersenyum karena mental seseorang tidak bisa disamakan. Rasa sedih dan kebahagiaan itu memiliki karakter yang sama, kadar kebahagiaan orang tidak bisa di tolak ukur dari jenis hiburan, orang bisa tersebut bahagia jika dia bisa memiliki sesuatu yang mewah dan mendapatkan sampai target tertentu tapi ada juga orang bisa sangat merasa bahagia hanya karena bisa tidur dengan nyenyak dan merasakan manisnya sebuah makanan. Air mata itu tertahan di matanya melihat laki-laki yang sudah bersamanya selama 6 tahun kini bersanding dengan wanita lain yang sangat cantik di pelaminan, senyuman yang sangat akrab untuk Yang Rou We kini di tunjukkan untuk orang lain. Hanya butuh 3 bulan untuk Hanan mencari seorang istri, sedangkan yang dilakukan dirinya butuh tiga bulan untuk bisa keluar dari kamarnya. Itupun jika tidak mendengar acara pernikahan Hanan dengan wanita lain Yang Rou We mungkin belum menunjukkan dirinya pada dunia. "Betapa menggelikan ini," kata Yang Rou We di dalam hatinya. Dia butuh berbulan-bulan untuk muve on dan sampai detik ini masih gagal sedangkan orang yang dia tangisi 24 jam selama 7 hari sudah terbang tinggi dengan bidadari lainnya. Tangan Yang Rou We berada di perutnya yang buncit, dengan pandangan yang tulus ke depan, namun Yang Rou We nampaknya sudah tidak tahan dan akhirnya memutuskan untuk pergi dari acara itu. Selama tiga bulan lebih hidupnya di gantungkan pada Lina, Lina sudah banyak membantu Yang Rou We di fase Yang Rou We berada di titik terendah dalam kehidupannya, dan sekarang Yang Rou We cukup malu untuk kembali menyusahkan wanita itu. Kesadaran Yang Rou We hilang setelah rasa sakit yang tiba-tiba melandanya, saat Yang Rou We membuka matanya Yang Rou We sudah berada di sebuah klinik dan di sampingnya, sendirian. "Anda sudah bangun," Sapa seorang perawat pada Yang Rou We baru beberapa saat yang lalu membuka matanya. "Siapa nama Ibu?" tanya perawat itu dengan sopan pada Yang Rou We. "Yang Rou We," jawab Yang Rou We dengan suara lirihnya. Dan respon perawat itu terbengong sebentar setelah mendengar nama Yang Rou We, itu bukanlah kali pertamanya Yang Rou We mendapatkan respon seperti itu, dia menyadari jika namannya memang sulit dan tidak familiar bagi orang Indonesia. "Maaf tunggu sebentar," kata perawat itu dengan bahasanya yang bedhok Jawa tengah, perawat itu keluar sebentar kemudian kembali lagi dengan secarik kertas. "Yang," Yang Rou We menyebutkan namanya kata demi kata agar perawat itu menulisnya dengan benar. "Rou, r o u," lanjut Yang Rou. "We, W e." "Apakah seperti ini?" Perawat itu menunjukkan tulisannya dan Yang Rou We hanya mengangguk pelan. "Apakah ada sakit yang Ibu rasakan?" "Hanya pusing, dan sedikit nyeri di perut," jawab Yang Rou We. "Tidak apa, nanti dokter akan segera datang dan memeriksa Ibu Yang, Rou, We, lagi," Kata perawat itu sambil membaca nama Yang Rou We yang ada di kertas di tangannya. Perawat itu pergi dan tidak berselang lama seorang pemuda masuk dan dengan canggung mengapa Yang Rou We. "Bagaimana keadaan Mbak," tanya pemuda itu. "Lebih baik," Jawab Yang Rou We sambil memperhatikan pemuda yang ada di depannya, dan setelah berpikir sejenak Yang Rou We ingat jika pemuda itu yang beberapa saat yang lalu menolongnya saat dia mengalami kontraksi di luar gedung acara pernikahan Hanan. "Perkenalkan saya A Wan," Kata pemuda itu memperkenalkan dirinya. "Saya Yang Rou We," jawab Yang Rou We. "Ha? Maaf namanya sulit di ingat, panggilannya apa?" Kata A Wan jujur. "Rou We." "Baik, Mbak Rou We. Bisakah saya minta nomor keluarga Mbak, biar ada orang yang menjaga," kata A Wan dengan wajahnya yang datar, dia tidak bisa tersenyum pada orang asing, memang kepribadian A Wan yang dingin dan pendiam. "Emm ..., sebelumnya saya berterimakasih banyak telah membatu saya, tapi saya bisa mengurus diri saya sendiri." "Tapi? Bukankah suami Mbak harus tahu, dengan apa yang terjadi pada Mbak sekarang?" "Saya belum menikah," jawab Yang Rou We dengan sedikit senyuman ke A Wan. A Wan terdiam, memang bukan hal baru di jaman sekarang jika ada seorang wanita yang hamil dan dia ternyata tidak memiliki suami, dan itu bukan urusan A Wan, di agamanya sangat di larang akan hal itu, namun wanita di hadapannya ini jika di lihat sekilas bukan dari golongan A Wan, meski Yang Rou We dari golongan yang sama dengan A Wan itu juga bukan urusan A Wan, mereka hanya dua orang asing yang di pertemuan. "Tunggu sebentar," ucap A Wan saat mendengar jika ada panggilan masuk di ponselnya. "Assalamualaikum Bunda," ucap A Wan sambil berjalan keluar dari kamar Yang Rou We.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD