Seorang balita tertidur pulas di pundak kecilnya

1384 Words
Jalanan begitu ramai dan penuh akan kendaraan umum dengan berbagai jenis, saat ini Hanan kebetulan sedang ada seminar di Bandung. Jalanan Bandung begitu padat di malam hari namun Hanan yang sudah selesai dengan acara seminarnya sedang jalan-jalan untuk mencari sesuatu yang bisa di makan. Dia hanya sendirian karena beberapa temannya yang memiliki profesi yang sama dengan Hanan sudah memiliki rencana sendiri, bagi Hanan menghabiskan waktu sendiri untuk saat ini bukanlah masalah besar cukup berbeda saat Hanan masih melajang dia tidak bisa pergi sendirian karena merasa ada yang kurang jika jalan-jalan seorang diri, tapi jika saat ini Hanan lebih suka pergi sendirian. Hanan sangat sering berpergian meskipun itu hanya beberapa kota yang tidak jauh dari Jogja atau ketika ada seminar kadang juga ketika ada beberapa acara yang menyangkut pekerjaan yang memberikan kesempatan untuk Hanan bepergian untuk liburan sekaligus hanya untuk mencari seseorang yang sudah hampir di satu tahun lebih hilang tanpa ada kabar dan wujudnya. Kedua tangan Hanan di masukkan ke dalam sakunya dia sekarang berdiri bersama dengan beberapa orang untuk menunggu lampu merah menyala untuk mobil dan lampu hijau untuk pejalan kaki, malam ini Hanan berjalan kaki untuk menikmati suasana Bandung di malam hari. Senyuman mengembang di bibirnya ketika melihat sepasang kekasih sedang bertengkar, bukan karena dia tidak simpati tapi biasanya pasangan yang hubungannya dihiasi dengan pertengkaran kecil akan bertahan untuk waktu yang lama, berbeda dengan hubungan yang datar namun ketika ada sedikit masalah akan goyah dan berakhir dengan perpisahan. Namun sayangnya senyuman itu tiba-tiba membeku saat dia melihat seorang wanita dengan tubuhnya yang semampai sedang berjalan ke arahnya dengan seorang balita tidur di pundaknya, wanita itu datang dari sebelah kiri Hanan berjarak delapan meter dan melangkah dengan kaki jenjangnya ke arahnya, tidak bukan ke arah Hanan melainkan dia juga akan menyebrang jalan seperti dirinya. Meskipun wanita yang rambutnya terurai itu memakai masker namun Hanan bisa mengenalinya hanya dengan satu pandangan, wanita itu Yang Rou We, tidak ada yang berubah dari wanita itu bahkan sorot matanya masih sangat di hafal oleh Hanan. Balita itu tidur dengan pulas di pundak Yang Rou We, Yang Rou We mengunakan kedua tangannya untuk membuat balita itu tidur dengan nyaman di pundak ibunya yang kecil namun kokoh. "Yang Rou We ...?" panggil Hanan, namun tidak sedikitpun ada suara yang keluar dari mulutnya, tangannya akan terulur namun namun tak sepenuhnya terulur. Yang Rou We berhenti tepat di hadapan Hanan jarak mereka begitu dekat hanya dua meter saja dari tempat berdiri Hanan namun Hanan seperti membeku di tempatnya tidak dapat melakukan apapun meski hanya mengeluarkan suara dari mulutnya. "Yang Rou We ...," Hanan lagi-lagi hanya bisa memanggil Yang Rou We di dalam hatinya. Satu detik dua detik tiga detik, waktu begitu cepat berlalu dan lampu hijau menyala di depan mereka, semua orang yang sudah menunggu lampu itu untuk beberapa waktu dengan cepat berjalan secara teratur namun tidak untuk Hanan dia masih terpaku di tempatnya berdiri namun pandangannya yang tak pernah lepas dari Yang Rou We dan juga balita yang ada di pundaknya. Jarak yang sedikit demi sedikit menjauh mulai menyadarkan Hanan dan puncaknya ketika lampu merah menyala lagi Hanan baru tersadar dengan apa yang ada di hadapannya. Di tempat itu tinggal Hanan sendirian semua orang sudah pergi dengan urusan mereka masing-masing termasuk Yang Rou We dan putranya. Tubuh Hanan ambruk ke jalan dia dan Yang Rou We sudah kembali terpisahkan oleh jalanan yang di penuhi oleh kendaraan umum, Hanan tidak mungkin menyusul Yang Rou We dan putranya selain tidak memungkinkan untuk Hanan lakukan karena padatnya kendaraan tubuh Hanan pun tidak bisa bergerak karena terlalu syok. "Yang Rou We ...? Yang Rou We ...? Yang Rou We ...?" panggil Hanan terus menerus, dia mengunakan tangannya untuk menopang tubuhnya, Hanan berusaha bangkit dari keterpurukannya dia harus bertemu dengan Yang Rou We apapun yang terjadi. "Yang Rou We ...? Yang Rou We ...? Yang Rou We ...?" Hanan bangkit meski kakinya belum sepenuhnya bisa berdiri dengan benar. Namun yang di tangkap oleh pandangannya memaksa Hanan untuk segera bangkit, Hanan masih bisa melihat Yang Rou We meski jarah mereka jauh, Yang Rou We masih berjalan dengan santai di sisi jalan yang berbeda, di antara mereka jalan raya yang membentang yang di penuhi dengan kendaraan dengan segala jenis, Hanan melangkahkan kakinya dengan sekuat tenaga yang ia miliki, jika dia tetap berada di tempatnya mungkin Hanan akan kembali kehilangan Yang Rou We. Hanan beberapa kali hampir terjatuh karena dia tidak memperhatikan jalannya melainkan terus melihat Yang Rou We yang ada di sebrang jalan, Hanan mengikuti Yang Rou We yang berjalan di trotoar namun di sisi jalan yang berbeda, namun Hanan yang terlalu gugup dan syok dengan apa yang dia temukan hari ini begitu ceroboh dan jatuh karena menabrak pengguna trotoar yang lain. Tubuhnya yang sudah tidak stabil jatuh terguling di trotoar, namun hanan masih terus berusaha melihat Yang Rou We yang masih terus berjalan bebas hambatan, sedangkan Hanan sudah jatuh terguling masih harus berurusan dengan orang yang dia tabrak. "Mas, ini jalan umumnya, jangan seenaknya saja," ucap seorang wanita muda, nampaknya wanita itu tersinggung karena Hanan menabraknya begitu keras, dan Hanan sama sekali tidak menunjukkan rasa bersalah sama sekali pada wanita itu. Hanan malah berusaha bangkit sendiri dengan pandangan masih pada Yang Rou We, Hanan takut jika Yang Rou We akan hilang dari sudut pandangannya. Hanan sama sekali tidak peduli dengan wanita yang baru saja dia tabrak dia hanya fokus pada Yang Rou We yang membuat wanita itu semakin marah pada Hanan. "Hai mas?" Wanita itu berdiri di hadapan Hanan dan Hanan malah menghindar karena wanita itu menghalangi pandangannya dari dia melihat Yang Rou We. Jarak mereka sudah jauh dan Hanan semakin panik karena jarak pandangnya semakin jauh dan dia takut jika Yang Rou We masuk ke dalam bangunan yang mana dan Hanan takut tidak mengetahuinya. Kekhawatiran Hanan terjadi, Hanan benar-benar kehilangan Yang Rou We saat dia harus berurusan dengan wanita yang dia tabrak. "Kamu sengaja, menabrak orang asing dan berlagak seperti ini?" Wanita itu masih marah karena Hanan sama sekali tidak peduli dengan kesalahannya bahkan Hanan tidak memandang korbannya. plak Sebuah tamparan mendarat di pipi Hanan yang akhirnya menyadarkan Hanan dengan objek di depannya. "Kamu pantas mendapatkannya," ucap wanita itu. Baru setelah mendapatkan satu tamparan di pipinya Hanan memandang wanita di depannya, wanita itu sudah tersulut emosi karena sejak tadi di abaikan oleh Hanan. "Maafkan saya, tapi saya sedang mengejarnya bayi saya jika tidak aku akan kehilangan jejaknya lagi," ujar Hanan jujur. Awalnya wanita itu tidak percaya namun setelah melihat wajah Hanan yang sangat serius dan memperhatikan kegugupan Hanan wanita itu percaya dan mau melepaskan Hanan. Hanan segera berlari namun dia sudah terlihat, dia tidak menemukan Yang Rou We karena keraknya yang jauh, Hanan tidak berputus asa, dia menyebrang jalanan yang padat seperti orang gila, Hanan tidak peduli dengan pendapat orang lain yang dia tahu sekarang dia harus menemukan Yang Rou We yang ada di sekitar daerah sini. Setelah perjuangan menyebrang jalan, mendapatkan makian dari banyak pengguna jalan terserempet, dan jatuh sudah Hanan lalui saat menyebrang, kini dia sudah sampai di sisi trotoar yang lain di mana Yang Rou We melintasinya beberapa saat yang lalu. Dengan napasnya yang masih memburu Hanan berlari ke arah mana kemungkinan Yang Rou We pergi, namun setelah beberapa saat berlari cukup jauh Hanan tidak menemukan sosok wanita yang dia cari. "Yang Rou We ..., Yang Rou We ..., Yang Rou We?" panggil Hanan sambil berputar-putar mencari keberadaan Yang Rou We. "Yang Rou We eeee ... eee ... ee ...?!" Hanan berteriak sekencang yang dia bisa, napasnya yang terputus-putus membuatnya tidak bisa berteriak dengan nyaring. Hanan sudah membuat pejalan kaki yang lainnya melihat Hanan karena Hanan yang tiba-tiba berteriak mengagetkan orang-orang yang ada di sana. "Yang Rou We, Yang Rou We, Yang Rou We," gumam Hanan sambil kembali merosot ke tanah. "Jangan pergi, jangan pergi lagi. Aku mohon," ucap Hanan sambil menundukkan kepalanya, dia menitihkan air matanya. jika saja beberapa saat lalu dia tidak begitu syok mungkin semua ini tidak akan berakhir seperti ini. Hanan hanya sekilas melihat wajah Yang Rou We di balik masker dan hanya melihat punggung Yang Rou We lebih lama, namun wajah balita yang sedang tidur pulas di pundak Yang Rou We kini melekat di ingatannya. "Anak kita laki-laki," gumam Hanan. Pundaknya bergoyang karena dia sedang terisak, Hanan memukul trotoar dengan genggam tangannya. "Kamu nampak lebih baik daripada yang aku pikirkan dan aku malah begitu buruk saat ini."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD