Banyuwangi, Bandung ke Jepang

1140 Words
Sepasang mata menatap jalanan yang riuh dari lantai dua dengan tatapan rumit, sepasang mata itu tidak peduli dengan begitu banyak orang yang sedang lalu lalang, dia hanya memperhatikan punggung sosok laki-laki yang berjalan gontai di tengah malam. "Yang Rou We ...," panggil Alwa. "Ya," jawab Yang Rou We segera membalikkan tubuhnya. "Kamu lihat apa?" tanya Alwa sambil ikut melihat ke bawah, "Nampak serius sekali?" "Tidak ada," jawab Yang Rou We, dia memang tidak suka berbohong pada Alwa namun sampai detik ini Yang Rou We sama sekali belum bisa terbuka jika itu masalah Hanan, sampai detik ini Alwa dan juga A Wan belum pernah melihat sekalipun wajah ayah dari Karim, di zaman yang super canggih ini itu bukanlah masalah besar jika hanya untuk mencari biodata seseorang namun Yang Rou We memilih untuk tidak memberi tahu wajah dan nama Hanan pada Alwa dan A Wan meski Yang Rou We bisa mendapatkan apapun tentang Hanan di media sosial. Itu sangat mudah apalagi Hanan berprofesi sebagai dokter, tinggal mencari di media sosial semua hal tentang Hanan akan di temukan. "Karim bangun dan dia memberimu," ucap Alwa. "Aku akan menidurkan dia lagi," jawab Yang Rou We, dia segera masuk ke dalam kamar dan ikut berbaring di samping Karim. "Anak ibu bangun," ucap Yang Rou We sambil melayangkan sebuah kecupan di kening Karim. Balita itu menyembunyikan wajahnya di pelukan ibunya dan Yang Rou We membalas pelukan dari tangan mungil Karim. Karim dengan cepat memejamkan matanya kembali sedangkan Yang Rou We hanya bisa membuka dan menutup matanya tanpa bisa terlelap tidur, pikirannya melayang jauh mengingat satu laki-laki yang senantiasa hadir di dalam mimpinya. Di dalam mimpinya Yang Rou We adalah orang yang berbeda, dia tidak akan malu jika menghamburkan dirinya ke pelukan Hanan. Tidak akan ada yang marah pada Yang Rou We karena memeluk laki-laki yang sampai detik ini masih di cintai oleh Yang Rou We. Istri Hanan tidak akan marah apalagi dokter Santika, di dunia mimpi Hanan dan Yang Rou We adalah penguasa dan tidak akan ada yang menjadi orang ketiga untuk cinta mereka. Namun di dunia nyata, Yang Rou We dan Hanan bagaikan orang asing, bahkan saat Hanan tanpa tahu memanggil nama Yang Rou We dengan lantang, Yang Rou We enggan menunjukkan dirinya di depan Hanan. Cukup menyakitkan melihat keadaan Hanan seperti ini. Selamat ini Yang Rou We nampak hidup dengan baik di mata orang namun itu tidak berlaku saat Yang Rou We sendirian, bayangan, kenangan yang dia buat bersama Hanan bertahun-tahun tidak akan mudah untuk Yang Rou We lupakan bahkan setelah Yang Rou We tahu jika Hanan sudah menikah hidup dengan baik dengan wanita lain, mengantikan posisi yang seharusnya di tempati oleh Yang Rou We. Yang Rou We sudah berusaha hidup dengan baik sekarang finansial, dia berdiri sendiri di kakinya sendiri untuk menafkahi putranya dan juga Alwa, Alwa adalah nenek terbaik di dunia untuk Karim, saat ini Yang Rou We memiliki urusan perkejaan di Bandung, dan itu memakan beberapa hari, Yang Rou We mengajak Alwa karena Alwa dan Karim itu tidak bisa di pisahkan ketika Yang Rou We ingin membawa serta Karim bersamanya maka Alwa juga harus ikut jika tidak Yang Rou We sendiri yang binggung karena Yang Rou We datang ke Bandung untuk berkerja bukan sedang liburan. Yang Rou We memiliki pekerjaan bagus karena pengalamannya dan performa yang bagus yang dia berikan kepada perusahaan, awalnya dia hanya pegawai kecil di sebuah cabang namun setelah atasannya tahu jika dia mantan pegawai di sebuah perusahaan besar Yang Rou We di pindahkan ke perusahaan pusat di Bandung. Dan belum sempat Yang Rou We benar-benar bekerja di Bandung, Yang Rou We malah mendapat panggilan di Jepang. Dia harus pindah ke Jepang bulan depan, Yang Rou We menjadi orang kepercayaan perusahaan untuk menilai karier di Jepang yang tergolong masih baru. Dan Yang Rou We tidak bisa meninggalkan Karim bersama dengan Alwa, bukan karena Yang Rou We tidak percaya dengan Alwa melainkan Yang Rou We tidak percaya dengan dirinya sendiri karena dia tidak bisa menahan rindu pada Karim, meski Yang Rou We sering meninggalkan Karim untuk bekerja namun Yang Rou We tidak yakin untuk kali ini karena Yang Rou We tidak bisa memastikan butuh berapa bulan sekali Yang Rou We bisa pulang ke tanah air. "Bukankah ini terlalu mendadak," ucap Alwa yang duduk sambil menikmati kue di depannya. "Maaf Tante, aku juga tidak tahu jika mendapatkan kepercayaan sebesar ini dari atasan." "Alhamdulillah, itu pencapaian yang bagus, tapi apakah perlu Tante juga ikut Jepang?" tanya Alwa ke Yang Rou We. "Aku juga tidak ingin merepotkan Tante, tapi bagaimana dengan Karim, selama ini semua berjalan dengan lancar karena ada Tante, aku tidak yakin jika Karim hanya hidup denganku akan baik-baik saja seperti ini, aku ... aku juga tidak bisa meninggalkan Karim di Indonesia, aku yang tidak bisa jauh dari Karim dalam waktu yang lama. Alwa terdiam, dia juga bimbang. Bukan masalah jika Karim hidup dengannya tapi dia juga kasihan jika Yang Rou We harus berpisah dengan Karim, balita seumuran Karim sangat mengemaskan dan itu membuat semakin terbayang-bayang bagi ibu muda seperti Yang Rou We. "Bagiamana jika A Wan yang memutuskan?" usul Yang Rou We. "Aku akan menghubunginya," jawab Alwa. "Jangan Tante," cegah Yang Rou We. "Bukankah kita butuh pendapat A Wan, kenapa sekarang kamu mencegah? Lalu bagaimana caranya kita dapat pendapat dia jika kita tidak menghubunginya?" Alwa yang sudah akan menghubungi A Wan menjadi binggung. "Bagaimana jika kita mengunjungi A Wan di Jogja? Kita datang diam-diam biar A Wan terkejut dengan kedatangan kita yang tiba-tiba." "Memangnya kamu tahu di mana A Wan tinggal?" "Apa Tante lupa jika aku lahir dan besar di Jogja?" "Ya Allah ... iya," jawab Alwa sambil menepuk dahinya sendiri. "Tante tinggal tanya alamat A Wan di mana atau kerjanya di mana, kemudian besar aku tahu daerah universitas A Wan." "Baiklah, baiklah," Alwa segera setuju dengan usulan Yang Rou We, Alwa begitu bersemangat ketika akan memberikan kejutan untuk putranya. Membayangkan wajah A Wan yang terkejut karena kedatanganku saja Alwa sudah sangat bersemangat. A Wan tahu jika Alwa, Yang Rou We dan Karim sedang ada di Bandung, namun mereka mengatakan pada A Wan jika mereka langsung pulang ke Banyuwangi karena urusan di Bandung sudah selesai. Dengan mudahnya Alwa mendapatkan informasi di mana A Wan bekerja. "Aku tahu coffee shop itu," bisik Yang Rou We saat Alwa menyebutkan nama coffee shop di mana A Wan bekerja. "Kamu masih kerja malam hari?" tanya Alwa untuk memastikan jika mereka tidak akan salah jam kerja A Wan. "Iya Bunda, aku masih kerja malam setelah dari ikut anak-anak di jalanan." Dengan mudahnya A Wan bercerita apapun pada Alwa tanpa ada kecurigaan apapun, karena dia terbiasa terbuka pada Alwa. A Wan sering bercerita tentang ikut anak-anak di jalanan untuk mencari uang tambahan, anak-anak jalanan yang di maksud A Wan di sini, acara musik yang di selenggarakan beberapa hari sekali dalam seminggu, dan Alwa juga tahu jika A Wan menjadi icon di acara musik jalanan itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD