Itu hanya halusinasi ku saja

1183 Words
Beberapa hari ini Mourent lebih sering menghabiskan waktunya berada di coffee shop di mana A Wan bekerja, karena dia ditinggal oleh Hanan ke Bandung untuk urusan pekerjaan yang awalnya hanya dijadwalkan selama 2 har.i Namun Hanan menghubunginya jika dia akan berada di Bandung selama satu minggu. Hanan mengatakan jika ada beberapa hal yang harus dilakukan selama di Bandung tapi dia tidak menyebutkan secara secara spesifik apa urusannya di Bandung, Mourent sama sekali tidak menaruh curiga karena Hanan tidak terbiasa berbohong padanya namun malam ini hari keenam Hanan berada di Bandung dia menghubunginya dan mengatakan sesuatu yang seharusnya Hanan katakan berapa beberapa hari yang lalu. "Ada apa?" tanya Mourent. Hanan tidak langsung menjawabnya dia menenangkan hatinya dulu ke Kak mempersiapkan kata untuk berkata jujur kepada Mouren. "Maafkan aku," ucap Hanan. "Apa? Apa yang harus aku maafkan?" Mourent sudah mencium bau-bau ketidak enakan mendengar kata yang keluar dari mulut Hanan, biasanya jika Hanan menghubunginya suaranya tidak rendah seperti ini dia akan bicara lancar meskipun tidak lantang, jika berbicara dengan nada lemah dan sedikit rendah itu berarti Hanan memiliki sesuatu yang ada di dadanya yang cukup sulit untuk diungkapkan kepada Mouren. "Aku berbohong padamu," ungkap Hanan. "Soal apa?" "Seharusnya aku sudah pulang dari Bandung beberapa hari yang lalu, aku mengatakan jika aku punya urusan sebenarnya tidak tidak ada urusan apa pun soal pekerjaan," Hanan mulai bercerita kepada Mourent karena dia merasa bersalah telah berbohong kepada Mouren dan juga karena dia sudah putus asa beberapa hari ini Hanan mencari yang Yang Rou We di Bandung namun tidak pernah menemukannya lagi pertemuannya dengan Yang Rou We hanya satu kali itupun tidak benar-benar bertemu Hanan hanya melihatnya dan dia tidak yakin jika Yang Rou We melihatnya kembali. Mourent tidak langsung merespon dan menimpali apa yang diutarakan oleh anan cuma dia menunggu sejenak apa saja yang sekarang sedang terjadi dan apa yang sudah dilakukan hannan di Bandung hingga dia menunda kepulangannya. "Aku melihatnya," ucap Hanan dengan suara lirih, dia menundukkan kepalanya, wajahnya nampak pucat dan sama sekali tidak b*******h. "Yang Rou We?" tebak Mourent. "Emm," jawab Hanan dengan gumaman. Mourent langsung bisa mengetahui siapa yang dimaksud dengan dia oleh Hanan karena di kehidupan Hanan. Tidak ada orang lain yang lebih penting daripada wanita dalam masa lalunya meskipun Maurent adalah istri sah-nya. "Kamu melihatnya di Bandung?" tanya Mourent. "Iya, aku melihatnya. Namun aku tidak bisa menemuinya." Dengan perlahan Hanan menceritakan bagaimana kronologi pertemuannya dengan Yang Rou We bukan pertemuannya melainkan Hanan melihat yang berada di depannya dengan jarak yang cukup dekat namun Hanan terlalu sakit hingga dia tidak bisa mengendalikan dirinya sendiri. Sedangkan Mourent bersikap sebagai seorang teman dan pendengar yang baik untuk Hanan dia tahu Hanan saat ini membutuhkan seseorang untuk mendengarkan apa yang ada di dalam hatinya Mourent tahu jika saat ini dia adalah satu-satunya orang satu-satunya teman yang dimiliki oleh Hanan tidak hanya teman Mourent juga berperan sebagai satu-satunya keluarga yang dimiliki oleh Hanan. Bahkan Mourent sering lupa jika Hanan itu memiliki Ibu bernama dokter Santika karena selama menikah Hanan dan Mourent seperti menjauhkan diri dari kehidupan seorang dari wanita bernama dokter Santika itu. Mourent masih nampak tenang mendengarkan Hanan yang nampak kesal marah namun tidak berdaya dengan keadaan ini. "Bagaimana jika ku pergi ke Bandung untuk membantumu mencari Yang Rou We?" Mourent menawarkan diri untuk membantu Hanan. "Tidak usah, mungkin takdirku bukan saat ini bertemu dengan Yang Rou We, aku harus kembali ke Jogja untuk bekerja," balas Hanan. "Baiklah, kapan aku akan pulang?" "Mungkin besok." "Gunakan hari ini untuk beristirahat, buat dirimu baik sebelum pulang, karena tidak akan baik waktu di perjalanan kamu dalam keadaan seperti ini." "Iya, aku sudah ada di hotel dan aku akan bersikap untuk tidur." "Selamat tidur." "Ok." Panggilan itu terputus, namun tidak ada kelegaan yang di rasakan oleh Mourent, dia sedang berada di jalan menuju Coffee shop di mana A Wan bekerja, hatinya begitu rumit namun Mourent lebih mengkhawatirkan keadaan Hanan saat ini yang ada di Bandung, meskipun saat ini keadaan Mourent dia sendiri tidak tahu apa yang sedang dirasakan namun dia lebih memikirkan keadaan suaminya meskipun dia sangat tahu jika suaminya hanya memikirkan wanita lain bukanlah dirinya. Mourent tahu kedudukan apa yang dia miliki di dalam hubungan ini, dia hanya seorang pihak ketiga diantara hubungan Hanan dan Yang Rou We. Di beri kesempatan dan waktu untuk bersanding dengan Hanan itu adalah sesuatu untuk Mourent, cepat atau lambat meskipun itu mustahil tidak menutup kemungkinan jika Hanan bisa kembali lagi dengan Yang Rou We, karena di lihat bagaimana Hanan masih sangat mencintai Yang Rou We sampai detik ini. "Au ... maaf," ucap Mourent ketika dia menabrak seorang wanita pejalan kaki seperti dirinya. "Saya juga minta maaf," jawab wanita itu. Mourent terlalu banyak pikiran hingga dia tidak fokus dengan langkahnya sendiri dia hingga menabrak pejalan kaki lainnya yang berjalan berlawanan dengan langkahnya. Itu bukanlah masalah besar bagi warga Indonesia itu setelah mengatakan maaf semua masalah berlalu begitu saja, Mourent kembali melangkahkan kakinya menuju tempat tujuannya namun langkahnya terhenti ketika tiba-tiba dia tersadar dia teringat pada wanita yang baru saja dia tabrak. Mourent menoleh ke belakang dan masih bisa melihat punggung wanita yang baru saja dia tabrakan sama wanita itu berjalan dengan santai menyusuri menyusuri trotoar dengan langkahnya yang jejak rambutnya terurai panjang dimainkan oleh angin malam. "Yang Rou We?" gumam Mourent. Mourent hanya pernah melihat wajah Yang Rou We di media sosial tanpa pernah bertemu secara langsung dengan wanita dari masa lalu Hanan itu. Beberapa waktu yang lalu Mourent pernah mengirimkan foto wanita memakai masker yang menurutnya mirip dengan Yang Rou We, namun Hanan mengatakan jika itu bukan Yang Rou We. Kali ini Mourent kembali seperti melihat Yang Rou We di jalanan seperti beberapa waktu yang lalu tapi Mourent sekarang malah terpaku di tempatnya meskipun menurut Mourent wajahnya mirip seperti wanita yang ada di dalam media sosial itu tapi wajah wanita ini sedikit lebih dewasa jadi menurut Mourent itu bukanlah Yang Rou We mantan kekasih Hanan. Mourent takut jika dia hanya berhalusinasi dan karena sedang memikirkan Hanan dan Yang Rou We, jadi wanita yang dilihatnya seperti mirip dengan Yang Rou We karena halusinasi yang di buat oleh Mourent sendiri. "Pasti aku salah lihat," ucap Mourent, dia menggelengkan kepalanya sendiri beberapa kali untuk meyakinkan dirinya jika dia salah lihat orang, mungkin saja jika Yang Rou We berada di Jogja tapi Hanan mengatakan jika Yang Rou We berada di Bandung, mungkin saj itu bisa terjadi namun kemungkinannya cukup kecil, Mourent semakin yakin jika dirinya hanya berhalusinasi karena baru saja memikirkan Hanan dan Yang Rou We. Jadi Mourent tidak memikirkannya dan kembali melanjutkan langkahnya dia tidak akan sembarangan mengambil foto orang asing yang dia temui dan mengirimkan kepada Hanan karena dia takut salah lagi, yang malah membuat Hanan banyak pikiran, Mourent tidak memikirkan wanita yang baru saja dia tabrak dan memilih untuk melupakannya dan melanjutkan perjalanannya menuju Coffee shop di mana A Wan bekerja. Mourent yang tidak memiliki banyak teman dan kenalan di Jogja hanya bisa datang ke coffee shop selain untuk menikmati waktunya sendiri dia juga hanya mengenal A Wan, bukannya tidak ada pilihan lain untuk Mourent kunjungi namun dia cukup merasa nyaman berada di dalam lingkungan itu dan suasana tenang yang ada di coffee shop.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD