Kamu atau dia yang jadi orang ketiga

1039 Words
Mourent mulai menonton video yang ada di ponsel A Wan, awalnya dia belum menyadari jika wanita itu adalah dirinya sendiri, dia malah fokus ke lain. Hujan yang deras tidak mengoyakkan tubuh wanita itu untuk sedikit menggoyangkan tubuhnya di atas ayunan. Setelah beberapa saat dia baru dengan jelas melihat ekspresi wajah wanita itu yang datar, karena air Mourent tidak bisa dengan jelas melihat wajahnya sendiri tapi Mourent tidak mungkin tidak mengenali dirinya sendiri, tapi dia masih bertanya kepada A Wan, padahal dia sendiri sudah tahu jawabannya, dia langsung kembali teringat kejadian beberapa tahun yang lalu. "Ini ..., ini ...?" tanya Mourent pada A Wan. "Iya," Singkat padat dan jelas. "Emm," Mourent bergumam sambil mengangkat kedua alisnya, dia meminta penjelasan yang lebih pada A Wan tentang ini. "Aku menunjukannya pada Miss, itu karena aku ingin minta ijin, maaf telah mengambil video itu secara diam-diam." "Aku bahkan sudah lupa," jawab Mourent jujur. "Aku sudah menyimpannya bertahun-tahun, dan aku memang berniat meminta ijin jika di beri kesempatan untuk bertemu." Mourent tidak menjawab dia hanya mengerutkan keningnya sambil menatap wajah A Wan, dia memiliki banyak pertanyaan untuk A Wan namun dia tidak tahu harus memulainya dari mana, dan pada akhirnya dia hanya diam saja. "Jika Miss keberatan akan hal ini? Aku bisa menghapusnya." "Apa yang kamu sukai. dan apa tujuanmu mengambil video orang secara diam-diam?" "Tidak ada tujuan apapun. Aku hanya pejalan kaki yang sedang lewat, kebetulan melintas keindahan dan mengabadikannya, ini sangat indah di mataku?" "Bagian mana yang indah?" "Semua, kombinasi yang sangat pas." "Andai kamu tahu tentang kamu bilang kombinasi yang pas itu, ada hati yang sedang porak poranda dan mati rasa." "Itu sudah terlihat jelas, namun sayang hujan lebih kuat dari pada air matamu," Kedua mata itu saling bertemu dan memperhatikan satu sama lain. "Mungkin jika kamu memperlihatkan video ini beberapa bulan sebelum hari ini, aku mungkin masih bisa terbawa suasana, tapi sekarang itu berbeda aku sudah tidak memiliki kecenderungan dengan masa lalu." "Baguslah, Miss nampak seperti orang yang berbeda daripada orang yang aku temui di dalam hujan itu." "Aku sudah seperti terlahir kembali," Mourent tersenyum, dia sudah melupakan masa lalu dan bahagia dengan kehidupannya saat ini, jika mungkin dia mengetahui A Wan mengambil ini secara diam-diam sebelum menikah dengan Hanan, mungkin saat itu juga Mourent akan meminta A Wan yang menghapuskan saat itu juga, tapi sekarang itu baik-baik saja karena sudah tidak ada hubungannya. "Bisakah aku menyimpan hasil karyaku ini?" "Tentu," jawab Mourent sambil mengembalikan ponsel milik A Wan. "Miss tidak ingin mengabadikannya juga?" "Tidak terimakasih, itu bagian dari masa lalu yang pahit, aku sudah melupakannya kenapa harus aku mengenang akan hal itu?" A Wan menatap dengan lekat dan membisikkan kedalam hatinya, "A Wan dia milik orang lain, dia bukan untukmu, sebaiknya kamu menjauh sebelum jatuh terlalu dalam." A Wan menarik pandangannya dan melihat hujan sudah tidak sederas sebelumnya, dia tidak bisa terus duduk hanya berdua saja dengan Mourent, A Wan harus membuat tembok penghalang untuk dirinya sendiri dari Mourent, jika dia benar-benar jatuh lebih dalam itu sangat merepotkan, karena selain tidak bisa di miliki Mourent sudah bahagia saat ini dan itu sudah lebih dari cukup untuk A Wan. "Kamu mau kemana?" tanya Mourent saat melihat A Wan bangkit dan melepaskan jaketnya. "Saya harus pergi," jawab A Wan dengan wajah datar. "Bukankah masih hujan?" "Tidak apa." "Tapi, A Wan ...," Mourent sedikit berteriak saat A Wan tidak menunggu Mourent selesai bicara dia sudah berlari memecah hujan. "Ada apa dengannya?" Mourent terus memperhatikan seorang pemuda berlari di bawah jaket dengan gitar di punggungnya. Mourent menghela napas dan melihat hujan yang masih turun meski tidak sederas sebelumnya namun Mourent yakin jika dia melakukan hal yang sama seperti yang dilakukan A Wan, dia pasti akan basah kuyup, Mourent menengok ke atas awan masih Hitam dan dia mungkin akan terjebak di sini sendirian dalam waktu yang lama. Mourent memeluk dirinya sendiri karena angin cukup kencang dan nampaknya ini akan berlangsung cukup lama, dia kembali melihat ke arah ke mana A Wan pergi, entah mengapa jika pemuda itu menyembunyikan sesuatu darinya, tapi Mourent tidak tahu apa itu. Mourent mengambil ponselnya dan mengirim pesan pada Hanan jika dia akan pulang terlambat karena terjebak hujan, bukan ada niatan lain. Mourent hanya tidak ingin saat Hanan pulang dia tidak menemukan dirinya di rumah, sebelum Hanan khawatir dia berinisiatif memberitahunya terlebih dulu. "Kirim lokasi," balas Hanan di chatting mereka. "Baik," Mourent segera mengirimkan lokasinya pada Hanan, dia tidak berharap banyak pada Hanan untuk menjemputnya, mungkin Hanan menyuruh orang lain untuk menjemputnya di sini, Mourent memang istrinya tapi mereka belum sedekat itu. Tapi ternyata Mourent salah, Hanan menjemput sendiri Mourent yang sedang berteduh di depan ruko sendirian, dia memeluk tubuhnya yang terasa dingin, namun Hanan tidak langsung menghampiri Mourent, dia memberhentikan mobilnya berjarak sedikit jauh dari tempat Mourent berteduh. Hanan tidak melakukan apapun, dia hanya memperhatikan Mourent dari dalam mobilnya dengan sepasang wiper yang terus bergoyang membersihkan air hujan yang mengguyur kota pada hari ini. Hanan memukul setir mobilnya sendiri, kemudian mengadu jidatnya dengan stir mobil, dia nampak frustasi dengan ke adaan ini. Saat ini di depan matanya dengan sangat jelas ada seorang wanita yang jelas-jelas sudah sah menjadi istrinya dan dia juga nampak baik dan bertanggung jawab, namun otak Hanan yang sudah sulit untuk di ajak kompromi, di pelupuk matanya hanya ada Yang Rou We, dia pun bingung Yang Rou We yang menjadi orang ketiga dalam hubungannya dengan Mourent atau Mourent yang menjadi orang ketiga di dalam hubungannya dengan Yang Rou We. Sampai detik ini Hanan masih belum bisa memindahkan Yang Rou We dari dalam hatinya meski pengantinnya sudah ada di depan pintu. Hanan melakukan mobilnya lebih dekat ke Mourent kemudian mengambil payung dan akan menyusul Mourent yang ada di depan ruko sendirian dan dia nampak sudah kedinginan, dia memang belum bisa membuka hatinya untuk Mourent namun setidaknya dia bisa berperan sebagai suami yang baik, minimal tidak membuat anak orang menderita karena tidak di harapkan. Mourent tersenyum cukup lebar saat melihat suaminya keluar dari mobil dengan payung di tangannya, "Sudah lama di sini?" tanya Hanan sambil mengulurkan payung yang masih belum terbuka untuk Mourent. "Belum," jawab Mourent. Mourent mengambil payung dari Hanan kemudian mengemasi semua barang belanjaannya di bantu oleh Hanan, Sepasang pengantin baru itu masuk membawa banyak belanjaan. Perhatian kecil ini memang terlihat sepele tapi kebanyakan wanita menginginkannya.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD