Harusnya aku

1041 Words
Harusnya aku yang di sana Dampingimu dan bukan dia Harusnya aku yang kau cinta dan bukan dia ............ ........... ........... A Wan sambil menutup matanya sambil melantunkan lagu berjudul Seharusnya aku, entah mengapa hari ini dia ingin sekali menyayat lagu ini, apa mungkin dia sedang mengalaminya hingga A Wan sangat menghayati tiap baitnya. "Ada apa dengan anak ini?" tanya Yoseph pada dirinya sambil sibuk menyesuaikan kameranya. A Wan jarang sekali menyayikan lagu galau namun entah mengapa hari ini dia memilih sendiri lagu yang dia inginkan, karena dia biasanya hanya menyayikan lagu yang di minta oleh pengunjung. A Wan dan beberapa temannya membuat tempat untuk manggung di pinggir jalan, tidak ada panggung tidak ada apapun, hanya berbekal gitar dan keyboard, A Wan yang menyanyi dan teman wanitanya, dan ada yang memainkan keyboard dan membantu sedikit menyanyi, Yoseph sebagai orang yang bertanggung jawab atas banyak hal, kamera untuk melakukan siaran langsung, tempat, dan mengurusi request lagu yang di minta oleh pengunjung. Pengunjung bisa meminta request lagu dengan memasukkan kertas yang sudah berisi satu lagu dengan uang seikhlasnya namun kebanyakan mereka tidak pernah memberikan uang kurang dari 5000 lebih malah bisa. Jika mereka tidak bisa memainkan musik yang akan di bawakan dengan terpaksa mereka tidak m mengunakan musik manual. Namun hari ini A Wan tidak mengambil kertas di kotak request melainkan langsung bernyanyi dengan lagu pilihannya sendiri, dan dia nampaknya sangat menikmati hal itu. Yoseph mengambil kertas di kotak request dan memilah mana yang cocok dengan A Wan saat ini, Yoseph menemukan lagu galau tentang perselingkuhan dan dia langsung memberikan pada A Wan yang hampir menyelesaikan lagu pertama. A Wan tidak membutuhkan waktu istirahat setelah selesai dengan lagu pertama dia langsung menyambung dengan lagu kedua yang di berikan oleh Yoseph. Yoseph menaruh kedua tangannya di depan dadanya sambil memperhatikan A Wan yang lebih sering menutup matanya dari pada menatap pengunjung, A Wan bernyanyi langsung menghadap jalan yang penuh akan pejalan kaki, sedangkan kiri kanannya di sediakan beberapa meja dan kursi untuk pengunjung yang ingin berlama-lama dan bisa memesan makanan dan minuman pada restoran kecil di belakang tempat A Wan bernyanyi. Yoseph menyodorkan air dingin pada A Wan yang baru saja menyelesaikan tiga lagu dan kembali kebelakang dan di gantikan oleh teman wanitanya yang bernama Narnia. Dia wanita yang setengah laki-laki namun suaranya sangat lembut, jika dia memakai dress dan sepatu hak tinggi mungkin dia tidak kalah dengan putri Indonesia. "Bismillahirrahmanirrahim," ucap lirih Yoseph saat melihat A Wan sudah membuka tutup botol minuman dingin itu dan botol itu berhenti di depan bibirnya sedangkan dia sendiri sedang mengerjakan bibirnya tanpa suara, Yoseph melihat itu dan dia tahu jika A Wan sedang berdoa, dan Yoseph sangat tahu jika A Wan bergumam bismillahirrahmanirrahim. A Wan sama sekali tidak terkejut dengan hal itu karena dia sudah tahu dan cukup hafal dengan hal itu, A Wan menyerahkan botol itu dan dia menerimanya namun saat Yoseph meminumnya dia tidak akan membaca bismillahirrahmanirrahim. "Ada apa denganmu?" tanya Yoseph. "Apa?" A Wan menoleh. "Kamu seperti di tinggal menikah dengan pacarmu." "Memang," jawab A Wan tegas. Yoseph yang sedang minum malah tersedak dengan air dingin di dalam mulutnya. Yoseph terbatuk-batuk karena perkataan A Wan. "Apa kamu bilang?" Yoseph mempertahankan lagi karena dia tidak ingin salah dengar, namun dia tidak mendapatkan apa yang dia inginkan, karena A Wan hanya meliriknya sedikit tanpa mengatakan apapun lagi. "Apakah dia cantik?" Yoseph memancing dengan pertambahan lain. "Cantik, diakan perempuan!" jawab A Wan. "Syukurlah ...," Yoseph menghela napas. "Apanya yang syukur?" A Wan sedikit menaikkannya nada bicaranya. "Bukan begini maksud aku, tahu tidak jika selama ini aku takut tidur satu kamar denganmu." "Kenapa," A Wan bingung karena apa hubungannya tidur dengan syukur ini. "Aku kira kamu menyukai sesama jenis." "Astaghfirullah ...," A Wan sedikit berteriak namun segera di tutup mulutnya oleh Yoseph, karena mereka masih ada di tempat manggung mereka dan banyak yang memperhatikan. Namun mereka kembali teralihkan pada Narnia yang menyayikan lagu happy yang membuat para pengunjung ikut bernyanyi. "Bisa-bisanya kamu menganggap aku seorang gay ha?" A Wan nampak tidak terima. "Tunggu dulu, tapi bukankah itu tidak benar seharusnya kamu tidak marah dong ...?" "Tapi bisa-bisanya kamu berpikir seperti itu padaku?" "Itu karena kamu sendiri, kamu sama sekali tidak pernah tertarik dengan wanita manapun dan secantik apapun wanita itu." "Karena aku tidak menyukainya." "Tapi setidaknya kamu punya nafsu saat melihat Wanita seksi." "Itu namanya menjaga mata dodol," ucap A Wan sambil memukul ringan kepala Yoseph. "Ya karena kamu tidak tertarik dengan perempuan aku kira kamu tertarik dengan bukankah banyak seperti itu?" "Otak kamu tidak beres, aku saja tidak mau pacaran bukan berarti aku tidak tertarik dengan perempuan atau seperti katamu aku mempunyai kelainan seksual, Yoseph ... aku normal, ingat itu. Aku hanya belum bertemu dengan seseorang yang cocok dan mau menghabiskan waktunya bersamaku." "Wah ...," Yoseph sangat terpesona, bukan karena ucapan yang dikatakan oleh A Wan melainkan A Wan yang bicara panjang lebar dan banyak, ini adalah kali pertamanya Yoseph mengetahuinya. "Kamu bicara panjang sekali," tidak heran jika Yoseph yang teman sekamarnya terpana karena sudah lama mereka tinggal bersama A Wan tidak pernah bicara panjang, satu paragraf. Paling mentok itu cuma dua baris dan lebih sering, ya, tidak, maaf, ok, dan kata-kata yang super pendek. "Wanita mana yang sudah membuat suara emas ini bisa jantuh cinta?" Suara emas yang dimaksud oleh Yoseph bukan karena suara A Wan bagus melainkan mahalnya suara A Wan yang jarang bicara, meski sebenarnya suara A Wan benar-benar bagus, jika tidak bagus mana mungkin dia memiliki banyak pengunjung yang hanya ingin melihatnya bernyanyi. "Dia sudah menikah," jawab A Wan. "Wah sayang sekali, baru saja pertama kali jatuh cinta sudah ditinggal menikah aja." A Wan tidak membalas lagi kata Yoseph dia malah melamun teringat beberapa hari yang lalu saat dia membantu Mourent merebut tasnya dari jambret, Mourent terlihat sangat cantik bukan saat dia berpakaian rapi saat mengajar namun saat dia kelelahan, terengah-engah dan napasnya tidak teratur setelah berlari, A Wan sangat menyukainya. "Astaghfirullah," A Wan segera menekan perasaannya sendiri, dia membayangkan istri orang lain itupun dengan pikiran kotornya. "Ayolah A Wan, mencintai dalam diam saja, tapi kamu harus tahu batasan, kamu harus menghilangkannya karena dia sudah milik orang lain dan kamu tidak memiliki kesempatan lagi," ucap A Wan pada dirinya sendiri di dalam hatinya, jika itu di ucapkan pasti ada mulut Yoseph yang ikut nimbrung.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD