Lintas generasi

1032 Words
Yang Rou We masih duduk dengan tenang atas gundukan tanah di tengah sawah dan ada alwa di sampingnya menemani Yang Rou We menikmati keindahan alam, matahari hari ini sangat perhatian pada dua wanita itu, matahari tidak seterik seperti biasanya. "Kamu tidak ingin pulang?" tanya Alwa pada Yang Rou We. "Sebentar lagi Tante," jawab Yang Rou We sambil tersenyum kecil. "Seharusnya putraku tidak melakukan ini," ucap Alwa sambil melihat A Wan sedang membawa satu keranjang penuh sayur brokoli untuk lebih dulu di bawa pulang. "Aku sangat bangga padanya, meski banyak orang yang tidak menyukai A Wan." "Tidak ada yang sempurna di dunia ini, A Wan pemuda baik dan juga tampan, bukan salah dia jika ada beberapa orang yang tidak suka pada A Wan." "Aku tidak peduli dengan pendapat orang lain, namun aku tidak bisa melihat dia bersedih," jawab Alwa. "Mungkin A Wan juga akan berpikir yang sama seperti Tante, dia nampak sangat menyayangi Tante." Percakapan itu semakin melebar kemana-mana hingga Alwa keceplosan mengatakan tentang masa lalunya, padahal sekalipun dia belum pernah menceritakan tentang kehidupannya yang pahit kepada orang lain bahkan itu A Wan, dia hanya menceritakan kepada A Wan beberapa hal yang samar-samar tidak ada yang mendetail dia takut jika A Wan akan semakin terluka melihat apa yang sudah dia alami di masa lalu. Begitu manusia katika bercerita tentang kesedihan lawan bicaranya akan otomatis mengikuti langkah itu, secara tidak sadar yang awalnya Yang Rou We tidak ingin membuka permasalahan yang sedang dia alami ketika mendengar kisah yang di alami alwa maka sedikit demi sedikit Yang Rou We bisa membuka kepercayaan pada orang lain, dengan hanya pertanyaan kecil Yang Rou We langsung menjawab dengan jujur. "Di mana ayah dari bayi yang sedang kamu kandung?" tanya Alwa begitu lembut. "Dia baru saja menikah dengan wanita lain beberapa hari yang lalu, tepatnya saat aku pertama kali bertemu dengan A Wan, A Wan menemukanku saat aku hampir pingsan di pinggir jalan karena baru saja mendatangi acara pernikahan mantan kekasihku?" "Kenapa dia meninggal mu? Dia tidak ingin bertanggung jawab?" "Bukan, bukan seperti itu. Ini lebih rumit dari pada hanya seorang laki-laki yang memiliki hati buruk karena tidak ingin bertanggung jawab karena perbuatannya. Dia tidak buruk hanya saja aku dan dia tidak memiliki jodoh." "Kamu masih membelanya meski dia sudah meninggalkan kamu di saat kondisi seperti ini untuk menikahi wanita lain?" "Iya, karena sesungguhnya aku dan dia tidak ada yang salah, hanya itu ada sesuatu yang membuat kita tidak bisa menjalankan semua yang sudah di susun rapi sebelumnya." "Hatimu sangat baik," puji Alwa. "Tidak Tante, aku tidak sebaik yang kamu kira, aku sudah menjadi seorang wanita yang gagal, seorang anak yang gagal untuk orang tuaku juga wanita yang gagal karena tidak bisa menjaga kehormatanku sendiri, jika saja kondisi ku tidak seperti ini makan keadaanku tidak akan serbuk saat ini, kehilangan keluarga, pekerjaan, dan satu orang yang aku buat pegangan, akupun tidak bisa bersamanya." "Bagaimana bisa kamu masih begitu menghormatinya jika dia adalah sebab kehancuran yang sedang kamu alami dan ada hal yang harus kamu perjuangkan sendirian?" "Saya tidak memiliki alasan untuk itu Tante, hanya saja aku sangat mencintainya, hanya itu. Mungkin orang akan mencemooh apa yang aku katakan, mereka mungkin akan menyuruhku memakan cinta yang tak berwujud, namun itu yang sedang saya rasakan, saya tidak bisa membencinya walaupun kita tidak ditakdirkan untuk bersama." "Sebesar itukan cintamu padanya." "Saya tidak tahu sebesar apa cintaku padanya, mungkin tidak sedalam samudra yang sering orang katakan, namun saya hanya tidak bisa menggantikan posisinya dengan orang lain." "Mungkin jika nanti kamu menemukan seseorang yang lebih baik dari pada dia?" "Saya tidak tahu apa yang akan terjadi di masa depan, namun saya sudah pernah uji coba sebelumnya, dan saya gagal menemukan orang yang bisa menggeser posisi dia di dalam hati saya. Dan selama 4 tahun saya gagal membuat saya tertarik dengan orang lain, dan apalagi sekarang setelah sekian lama kita menjalin hubungan mungkin butuh seumur hidup untuk menemukan seseorang yang bisa mengalihkan perhatian saya pada orang lain." "Setampan apa dia? Atau kamu memiliki sesuatu yang memang sulit ditemukan di laki-laki lain." "Bukan ketampanan, kekayaan, atau keistimewaan lainnya. Semua itu bisa di miliki oleh banyak orang di dunia ini, namun kesalahan terletak pada saya, saya yang tidak bisa menemukan orang yang bpisa membuat nyaman seperti dia." "Rasa nyaman? Itu sudah cukup menutup hati untuk orang baru?" "Emm," jawab Yang Rou We dengan malu-malu, dengan sedikit menundukkan kepalanya. "Kamu beruntung memiliki seseorang yang bisa membuatmu nyaman hingga tidak bisa lagi kamu gantikan, Tante tidak tahu bagiamana rasanya di cintai sampai seperti itu, banyak orang yang ingin menikahi Tante dulu meski sampai saat ini jug ada namun entah mengapa Tante belum pernah bertemu dengan orang yang benar-benar tulus mencintai." "Yang beruntung itu malah Tante, karena apa ini cukup sulit dan merepotkan, malah menjadi beban tersendiri karena tidak bisa melupakan apa lagi sekarang tidak bisa bersama bukankah ini menyiksa diriku sendiri?" "Kita sama-sama beruntung, hanya saja dalam pengertian yang berbeda." Percakapan itu terus berlanjut hingga A Wan sampai datang kembali karena mereka tidak kunjung pulang, akhirnya Alwa dan Yang Rou We pulang, dengan berjalan kaki dengan masih terus berengkrama dan anehnya obrolan itu terus berlanjut hingga malam hari, A Wan seperti orang ketiga di antara mereka, jika itu bukan Yang Rou We yang banyak menyita waktu dan perhatian Bundanya mungkin A Wan akan melayangkan gugatan karena bundanya mengabaikan A Wan yang meluangkan waktu untuk pulang. Namun A Wan tidak bisa melakukannya karena saat ini yang menyita waktu dan perhatian Bundanya adalah seorang wanita yang depresi, A Wan malah menempatkan jika Yang Rou We itu adalah bundanya sedangkan Yang Rou We adalah psikologi, saudaranya, teman, keluarga atau menjadi siapapun yang menemani ibunya di mana di titik terendah di dalam kehidupan Bundanya, A Wan tahu jika yang di lalui Yang Rou We saat ini tidak mudah namun A Wan juga tahu jika yang di alami Bundanya lebih berat dan lebih sulit, karena hukum masyarakat sekarang di jaman Yang Rou We itu sangat jauh berbeda dengan jaman yang di lalui Alwa. Tidak bisa di pungkiri jika masa Alwa mengandung A Wan, dia mendapatkan banyak tekanan banyin dari lingkungan, masyarakat, dan cemoohan di sepanjang jalan. Dan lihatlah jaman sekarang, bumi sudah tua perlakuan pada nama gadis yang hamil di luar nikah sangat berbeda.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD