Ketergantungan pada Mourent

1043 Words
Jogja, Januari 2022. Sebuah kotak makan berwarna pastel di pandangi oleh Hanan, dia tidak kunjung membuka kotak makanan yang setiap hari dia bawa dari apartemen, yang tentunya di siapkan oleh istrinya, Mourent. Namun pada akhirnya Hanan masih membuka kotak makan miliknya, dan tanpa berpikir lagi langsung melahapnya. Jam istirahatnya segera habis dan Hanan tidak ingin kehabisan waktu karena hanya diam saja melihat kotak makan miliknya. Pernikahannya dengan Mourent sudah hampir satu tahun berlalu namun hubungan mereka seperti masih ada di start belum menunjukkan tanda-tanda akan melaju. Hanan tidak menyalahkan Mourent karena sangat sadar jika di pernikahan ini Hanan adalah pihak yang bersalah. Hanan sangat tahu jika dia hanya memberikan harapan palsu untuk Mourent, bersembunyi di balik persahabatan agar Mourent tidak menuntut dirinya melakukan hal lebih kayaknya pasangan suami istri. Perjanjian awal mereka hanya akan menjadi teman terlebih dahulu setelah ada rasa suka baru mereka akan menjalani kehidupan layaknya suami istri pada umumnya, namun nampaknya itu tidak akan berhasil jika Hanan masih seperti ini. Namun Hanan tidak bisa menutup mata jika dia dengan sadar melihat Mourent sudah jatuh cinta padanya, dengan sikapnya selama ini semua orang akan bisa melihat jika Mourent dengan tulus mencintai Hanan, merawat Hanan dengan baik menjadi seorang istri yang sempurna namun Hanan yang tidak bisa memenuhi kewajibannya sebagai suami yang baik. Hanan tahu mungkin nanti ada hari di mana Hanan akan jatuh cinta pada Mourent karena kebaikan dan ketulusan yang sudah dia berikan pada Hanan, namun Hanan masih menolak kemungkinan itu karena nama Yang Rou We sudah terpatri di hatinya, dan itu tidak akan mudah untuk wanita manapun untuk menggantikannya walaupun hanya sedikit menggeser posisi Yang Rou We meski itu seorang wanita sebaik Mourent. Tapi Hanan mulai ketergantungan dan terbiasa dengan adanya Mourent di dalam kehidupannya, dari hal kecil yaitu makanan, sekarang Hanan sadar setelah dia ketergantungan dengan masakan yang di buat oleh Mourent, dulu Hanan bukan seorang yang memilih dengan makanan, Hanan bisa makan apapun meski sejak kecil Hanan me dapatkan larangan keras dari ibunya jika dia tidak.bisa makan makanan sembarangan apalagi itu yang tidak sehat, namun kenyataannya Hanan tetap memakannya meski itu secara sembunyi-sembunyi, dan Hanan tidak punya keluhan dengan apapun yang dia masukkan ke lambungnya. Namun sekarang Hanan tidak bisa makan di tempat sembarangan, ada sesuatu yang kita di lidahnya, bukan karena masakannya tidak enak tapi ada sesuatu yang kurang untuk Hanan, dan kejadian itu baru saja terjadi, dia di undang makan di restoran berbintang oleh temannya, namun anehnya Hanan tidak menemukan kepuasan di hidangan yang ada di depannya, padahal dulu restoran ini adalah salah satu tempat tujuan mereka sejak masih sekolah, tapi mengapa Hanan tidak menemukan kepuasan di hidangan itu meski tidak ada cita rasa yang berubah yang di rasakan Hanan. Hanan hanya menemukan kepuasan di masakan yang di buat oleh Mourent, secara tidak sadar dia memilih kelaparan di rumah sakit dari pada kenyang namun di rumah masih makan lagi karena belum merasa puas, dan pada akhirnya Hanan akan merasa jika perutnya akan penuh karena meski dia kenyang, Hanan tidak bisa menolak pesona makanan yang di buat oleh Mourent, meski itu makanan sederhana seperti nasi goreng Hanan tidak akan menolaknya meski perutnya penuh, Dan kebiasaan lainnya, Hanan yang dulunya sangat mandiri bisa melakukan semua pekerjaan yang menyangkut dirinya sendiri mendadak bodoh saat sudah hidup selama ini dengan Mourent, Hanan yang terbiasa mencuci pakaiannya sendiri sampai menyetrika itu bisa di lakukan Hanan, namun sejak ada Mourent Hanan bahkan tidak bisa menemukan kemeja yang akan ia kenakan. "Mourent, di mana kemeja hijau yang aku beli bulan lalu?" tanya Hanan dengan dia yang hanya menggunakan jubah mandi. "Ada, di tumpukan baju paling atas kiri," jawab Mourent yang sedang sibuk dengan kotak makan Hanan. "Aku sudah mencarinya dan tidak ada." "Benarkah?" Mourent malah ikut ragu, dianeeasa jika sudah mencurinya bahkan menyetrika baju kemeja itu sebelum memasukkan ke dalam tumpukan baju. Mourent meninggalkan pekerjaannya di dapur dan menuju kamar mereka yang hanya berjarak beberapa langkah saja dari dapur. Mourent langsung menghampiri Hanan di kamar yang sedang bersiap-siap, dia mengunakan celana panjang dan menunggu Mourent menemukan kemeja yang dia inginkan. "Bukankah ini yang kamu cari?" tanya Mourent dengan kemeja yang di inginkan Hanan yang sekarang ada di tangan Mourent. "Di mana kamu menemukan itu?" tanya Hanan dengan mengerutkan keningnya dan berjalan untuk mengambil kemeja dari tangan Mourent. "Di tumpukan paling atas sebelah kiri, bukankah aku sudah memberitahu tadi?" jawab Mourent sambil berlalu kembali ke dapur, dia juga malu sendiri berada di kamar yang Hanan masih mengganti pakaiannya. "Terimakasih," ucap Hanan sambil melihat tumpukan baju yang ada di depannya. "Bukankah aku sudah mencarinya sejak tadi, kenapa aku tidak melihatnya dan kenapa ketika Mourent yang mencarinya ketemu?" tanya Hanan pada dirinya sendiri dengan masih berdiri di depan almari. Namun dia segera meneruskan berpakaiannya karena dia sudah kehabisan waktu untuk pergi ke rumah sakit. "Nanti malam ingin makan apa?" tanya Mourent ketika Hanan sudah datang ke pantry untuk sarapan. "Apa saja, aku bisa memakan semua masakanmu," jawan Hanan tanpa melihat Mourent karena dia sedang fokus melihat sarapan yang nampak nikmat sambil mengulung lengan bajunya. Mungkin jawaban yang di lontarkan Hanan hanya sederhana baginya namun tanpa semengetahhuan Hanan dia sudah melelahkan hati istrinya, apalagi melihat Hanan memakan dengan lahap masakan yang dia buat tanpa menyisakan di piring miliknya. "Aku berangkat dulu," ucap Hanan sambil beranjak dan mengambil bekal yang di siapkan oleh istrinya. "Eh ... tunggu!" Hanan kembali melihat Mourent. "Apa? Apakah ada yang kelupaan?" "Aku lupa memberitahu jika aku nanti malam ada operasi, dan nampaknya akan pulang terlambat, jadi tidak perlu masak untukku." "Oh, begitu." "Emm ...," Hanan ingin mengatakan sesuatu namun tidak kunjung bicara dan Mourent menunggu dia bicara sambil memperhatikan Hanan. "Itu ...," lanjut Hanan namun tidak kunjung selesai juga. "Aku akan mengirim makan malam," potong Mourent, dia tidak sabar menunggu Hanan menyampaikan apa yang dia ingin utarakan. "Jika itu tidak merepotkan mu," jawab Hanan. "Tidak, itu tidak merepotkan," jawab Mourent dengan senyuman di bibirnya. "Baiklah, aku berangkat dulu." "Hati-hati di jalan." "Emm." Kali ini Hanan benar-benar pergi dibalik pintu, sedangkan Mourent tersenyum penuh kegembiraan melihat suaminya begitu menyukai masakan yang dia buat. Setelah selesai dengan urusan dapur, Mourent yang ngambil ponselnya dan mulai mencari resep baru dari ponselnya, entah dari aplikasi mana saja asalkan ada resep masakan yang menarik Mourent akan mencobanya, Mourent bisa menghabiskan waktu berjam-jam hanya untuk melihat tutorial memasak.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD