Biarkan dunia tahu jika aku ayah dari bayi ini

1087 Words
Ruangan ini begitu teratur hanya ada suara Mourent yang terdengar dan ada begitu pasang telinga yang sedang mendengarkan Mourent sedang memberikan materi, jam pelajaran berjalan dengan sangat cepat, sudah hampir dua jam Mourent berbicara namun dia hanya merasakan haus tanpa merasa lelah, karena ini adalah hari pertama dia masuk setelah 8 hari harus mengambil cuti karena suaminya Hanan, kecelakaan. Sebelum Mourent menutup pertemuan hari ini, Mourent tidak sengaja bertemu mata A Wan yang sedang menatapnya, A Wan segera mengambil pandangnya dari Mourent setelah tertangkap basah memandangi Mourent, Mourent juga kembali fokus untuk menutup pertemuan hari ini, pertemuan hari ini di sudah selesai setelah Mourent kembali duduk di tempatnya setelah mengucapkan salam perpisahan. "Miss," sapa seorang wanita yang nampaknya berumur lebih muda dari Mourent. "Ya," Mourent mendongak ke arah di mana wanita itu. "Terimakasih telah mengajar kami, aku takut jika Miss tidak akan mengajar kami lagi," ucap wanita itu. "Tidak, tidak. Saya hanya cuti karena suami membutuhkan saya karena dia habis mengalami kecelakaan." Mourent selalu ramah pada semua peserta didiknya tidak terkecuali, dan Mourent juga mengunakan bahasa Indonesia meski dia seorang pengajar bahasa Inggris, kadang Mourent malah memakai bahasa Jawa karena kebanyakan peserta didiknya mamakaia bahasa Jawa medhok di kesehariannya. Lagi dan lagi Mourent bertemu mata A Wan yang sedang mengawasinya, ketika A Wan sedang melintas di depan meja Mourent. Mourent dan yang lainnya sudah terbiasa depan sikap A Wan yang dingin dan jarang sekali berbicara jika dia tidak di ajak bicara terlebih dahulu. "Baikl, selamat berjumpa di pertemuan selanjutnya," ucap Mourent pada wanita yang sedang mengobrol dengannya. Kini Mourent tinggal sendirian di ruangan itu, dia keluar dengan perlahan dan teringat dengan apa yang di katakan Hanan tempo hari jika A Wan nampaknya menaruh hati padanya, Mourent tidak tahu akan hal itu dan jika Hanan tidak memberitahunya mungkin Mourent tidak akan pernah tahu dan memperhatikan A Wan. "Apakah perkataan Hanan benar?" tanya Mourent pada dirinya sendiri. A Wan seseorang yang sangat dingin yang sulit untuk di mengerti namun bagaimana Hanan bisa melihat jika A Wan menyukai Mourent. Saat Mourent keluar dari ruangan itu dia melihat A Wan sedang berbicara dengan ponselnya nampaknya dia sedang melakukan panggilan video. Dan Mourent di buat kaget saat melihat A Wan nampak banyak bicara dan wajahnya tidak sedingin biasannya. Untuk beberapa saat Mourent terdiam di tempatnya entah mengapa dia tidak ingin melewatkan momen ini, A Wan tersenyum cukup lebar pada layar di depannya. Bahkan Mourent di buat kaget saat A Wan membuat mimik wajah jelek di depan layar ponselnya. Mourent menahan tawanya agar tidak keluar dari mulutnya, dia bahkan memalingkan wajahnya agar tidak melihat A Wan yang nampaknya sedang menghibur pihak lain. Namun Mourent segera menghentikan aksinya setelah tertangkap basah oleh A Wan, A Wan mengetahui keberadaannya, dan wajahnya yang semula penuh dengan senyum dan semangat langsung kembali ke wajah datarnya tanpa ekspresi. "Maaf," Mourent merasa bersalah dan langsung meminta maaf pada A Wan dan karena merasa kurang nyaman di sana, Mourent segera melewati A Wan untuk pergi. Awalnya Mourent tidak bermaksud ingin tidak sopan mendengarkan percakapan orang lain, hanya saja A Wan berada di tempat yang Mourent harus lewati jika ingin pergi dari sini dan juga Mourent tidak ingin melewatkan melihat A Wan yang nampak berbeda dari yang sering Mourent lihat, namun sekarang Mourent malu sendiri karena kepergok A Wan sedang mendengarkan A Wan bicara dan ikut menertawakan A Wan pula. "Ada apa?" tanya Alwa, bunda A Wan yang sedang mengendong anak laki-laki yang masih belum genap satu tahun. "Tidak ada Bunda," jawab A Wan yang sekarang sudah kembali ceria seperti sebelumnya. "Miss Mourent, dia yang memberikan materi bahasa Inggris." "Ooo ..., yang kamu bilang katanya suaminya baru saja kecelakaan itu?" "Iya." Alwa sedikit banyak mengetahui tentang Mourent karena dia sering berhubungan dengan A Wan dan beberapa hari yang lalu Alwa mempertahankan kenapa A Wan tidak pergi ke les bahasa Inggris, karena A Wan biasanya sangat semangat dan tidak ingin melewatkan pelajaran itu. "Miss Mourent sedang cuti, aku tidak begitu sudah cukup cocok dengan cara penyampaian Miss Mourent, itu akan berantakan dan tidak bisa menerima penjelasan dari pembimbing lain meskipun materi yang di berikan itu sama." Sebenarnya bukan A Wan tidak mampu untuk menerima bimbingan dari pembimbing lain hanya saja A Wan hanya ingin Miss Mourent dan hanya Miss Mourent saja yang di inginkan oleh A Wan membimbing A Wan, dan jika bisa semua mata pelajaran miliknya di pegang Miss Mourent agar A Wan bersemangat untuk menjalani semua mata pelajaran yang dia miliki. "Dia sudah mengajar lagi?" tanya Alwa. "Sudah, baru hari ini." "Cantik?" "Masih cantik Bunda," jawab A Wan, meski A Wan begitu menyukai Mourent namun baginya bundanya masih nomor satu, apalagi mencintai Bundanya adalah sebuah keharusan dan menyukai Mourent adalah sesuatu yang harus di relakan. Dia tidak bisa menyukai wanita yang sudah bersuami meski belum tentu A Wan bisa memiliki Mourent walaupun Mourent seorang singel, karena banyak perbedaan diantara mereka, umur misalnya. Mereka beda beberapa tahun, dan A Wan lebih muda dari Mourent, wanita seperti Mourent belum tentu menyukai A Wan yang masih muda, belum berpengalaman, belum memiliki pekerjaan yang tetap dan kehidupan masa depannya belum bisa di jamin. "Karim ...," panggil A Wan pada balita yang ada di pangkuan Alwa, dan balita yang hiperaktif itu langsung mengerakkan kaki dan tangannya untuk merespon panggilan A Wan, Karim juga mengeluarkan suaranya yang tidak bermakna karena kegirangan saat A Wan memanggilnya. Ternyata yang sejak tadi A Wan lakukan adalah menghibur Karim, Karim balita yang belum genap satu tahun yang di asuh oleh Alwa, sedangkan ibunya Yang Rou We sedang pergi bekerja dan baru sore hari pulang. Yang Rou We tidak akan pernah tinggal diam, melihat Alwa banting tulang untuk menghidupi Yang Rou We dan Karim, mereka berdua sudah cukup lama menjadi beban untuk Alwa, dan sekarang Yang Rou We yang mengambil alih untuk bertanggung jawab untuk masalah keuangan Alwa, karena A Wan sudah bisa menghidupi dan mencukupi kebutuhan dirinya sendiri. Sudah banyak hal yang di terima Yang Rou We dari Alwa dan A Wan, dari tempat tinggal, kebutuhan finansial, kesehatan mental, kasih sayang yang melimpah hingga Yang Rou We hampir lupa jika Alwa dan A Wan hanya orang asing bukan keluarganya yang sesungguhnya. Yang paling membuat Yang Rou We semakin terikat dengan Alwa dan A Wan adalah, saat Karim lahir dengan entengnya dan tanpa beban A Wan mengatakan pada Yang Rou We. "Biarkan dunia tahu jika aku adalah ayah dari Karim." Saat itu air mata Yang Rou We seakan ingin tumpah, A Wan yang notabenenya orang asing dan bukan siapa-siapa bagi Yang Rou We langsung mempermudah jalan Karim yang baru saja lahir.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD