Aku hanya seorang pejalan kaki

1277 Words
Hanan sudah seperti terkena pelet asal Tiongkok milik Yang Rou We, dia tidak bisa mengalihkan pandangannya ke wanita lain setelah bertemu dengan Yang Rou We. Meski dia harus stres menghadapi ibunya yang posesif namun itu bisa di obati dengan sekedar mendengar suara Yang Rou We. Hanan bertemu dengan Yang Rou We kembali saat mereka naik bus yang sama, itu bukanlah sebuah kebetulan karena Hanan memang sengaja naik bus itu untuk bisa bertemu dengan Yang Rou We kembali, itupun harus mengalami kegagalan beberapa kali, hingga Hanan hampir putus asa dia menemukan titik terang. Seorang gadis naik bus yang sama yang dinaiki oleh Hanan dia duduk lebih depan dari Hanan, dan pandangan pemuda itu langsung tertuju padanya dan tidak teralihkan, ternyata Yang Rou We merasa jika dia sedang dia awasi oleh seseorang, dia menoleh dan menemukan Hanan sedang memandangi dirinya, Yang Rou We tersenyum kecil dan segera di balas oleh Hanan. Yang Rou We tidak perlu melakukan apapun, dia hanya muncul di jangkauan pandangan pemuda itu, menghadap padanya, diam saja, tersenyum tipis seperti seorang putri, itu sudah cukup untuk membuat akidah Hanan bergetar. Apalagi Yang Rou We memberikan isyarat dengan mengangkat kedua alisnya, karena Hanan tidak tahu apa yang di maksud oleh Yang Rou We dia hanya mengeleng, jarak mereka tidak memungkinkan untuk mereka bercengkrama, jadi Hanan menahan dirinya untuk itu, dia akan menunggu di halte tempat Yang Rou We turun untuk berbincang dengannya. Namun lagi-lagi nasip baik sedang berpihak pada Hanan, saat bus berhenti ada seorang laki-laki masuk dan langsung berdiri di depan wajah Yang Rou We, itu membuat sangat tidak nyaman untuk seorang wanita, Yang Rou We tidak berani menoleh karena orang itu tepat berdiri di sampingnya. Yang Rou We heran mengapa laki-laki ini berdiri tepat di sampingnya padahal masih ada banyak kursi kosong yang bisa di tempati, dan kenapa harus tepat di sampingnya. Yang Rou We seorang gadis dan pemikirannya kritis, dia tidak mau tinggal diam menunggu sesuatu terjadi, mungkin ini hanya pemikiran seorang gadis muda namun kejadian pelecehan seksual akhir-akhir ini sangat meresahkan, dan itu bisa terjadi kapan saja dan di mana saja, korbannya pun dari semua kalangan dan usia, jadi kemungkinan terjadi pada Yang Rou We itu bisa terjadi. Ternyata pemikiran Yang Rou We dengan Hanan sama, Yang Rou We beranjak dari duduknya dan langsung duduk di samping Hanan yang kosong, kemudian mereka kembali tertawa lirih meski mereka tidak mengatakan apapun. "Kamu takut?" bisik Hanan. "Tidak," jawab tegas Yang Rou We dengan dagu terangkat, namun dia masih tersenyum kecil. "Kenapa?" "Kan ada kamu," Mata Hanan terbuka lebar. "Lalu kenapa kamu pindah?" Hanan menyukai suasana ini. "Dia bau, sepertinya belum mandi satu abad," Yang Rou We mode julid dan anehnya Hanan menyukainya. Tapi itulah rasa suka, apapun yang ada pada orang yang di sukai semuanya tidak ada yang tidak bisa di terima, walaupun itu jelek. Cinta memang buta. Hanan dan Yang Rou We kembali cekikikan bersama, mereka sedang membicarakan laki-laki yang berdiri tepat di samping Yang Rou We, mereka berdua sebenarnya memiliki pemikiran yang sama yaitu laki-laki itu sengaja berdiri di sana untuk mengambil keuntungan dari Yang Rou We, namun ternyata mereka salah, laki-laki itu tidak mengincar gadis seperti Yang Rou We. Laki-laki itu saat mengetahui Yang Rou We berpindah tempat yang dia lakukan adalah langsung menempati tempat duduk milik Yang Rou We sebelumnya dan dia langsung mengobrol dengan wanita yang duduk bersebelahan dengan Yang Rou We, bila di lihat dari gerak-gerik mereka, kedua orang itu sepertinya saling kenal, namun mereka seperti sedang ada masalah dan bertengkar kecil. Yang Rou We dan Hanan saling berpandangan dan lagi-lagi kembali tertawa kecil. "Seharusnya dia bicara baik-baik padaku, aku akan dengan senang hati akan pergi tanpa berprasangka buruk padanya," ucap Yang Rou We sambil memandangi kedua orang itu. "Tidak perlu," jawab Hanan. "Kenapa?" "Tanpa melakukan apapun dan mengatakan sepatah kata pun, kamu sudah pergi hanya karena dia bau," Hanan menahan tawanya. "Benar juga? Kenapa harus buang tenaga?" Yang Rou We membenarkan perkataan Hanan. "Sepertinya aku harus wangi terus," celetuk Hanan. "Kenapa?" "Jika aku bau kamu akan pergi dan tidak mau dekat denganku." "Tidak harus wangi terus, bukankah masih bisa berhubungan lewat ponsel?" "Apakah boleh," Mata Hanan yang berbinar sama sekali tidak di sembunyikan oleh pemuda itu. "Aku takut kamu tidak mau." "Omong kosong?" Hanan langsung mengambil ponselnya dan menyerahkan pada Yang Rou We. Hanan sengaja melakukannya karena dia ingin Yang Rou We tahu jika lock screen miliknya dia pasang dengan sepasang mata milik Yang Rou We. Yang Rou We tersenyum kecil saat mengetik nomor ponselnya sendiri di ponsel milik Hanan, dan mengembalikan ponsel itu pada pemiliknya. Mulai saat itu mereka sering berhubungan dan memberi kabar satu sama lain, meski hanya sekedar basa-basi, mereka tidak sekolah di tempat yang sama. Kesempatan untuk bertemu amat sulit karena jarak rumah yang jauh dan kegiatan mereka yang super padat, apalagi Hanan yang memiliki banyak pelajaran tambahan di luar sekolah. Tapi rindu itu tidak sampai menumpuk karena setiap malam mereka akan melakukan panggilan video sebelum pergi tidur, bahkan terkadang mereka tidak tidur hanya untuk mengobrol sesuatu yang tidak penting. Hari itu Hanan tahu jika Yang Rou We sedang pergi keluar, dia mengatakan jika Yang Rou We pergi sendiri, bahkan Yang Rou We memberi tahu kemana dia akan pergi. Sebenarnya Hanan memiliki jadwal les namun pembimbingnya sedang ada urusan membuat jadwal diliburkan mendadak, Hanan yang sudah keluar dari rumah memiliki kesempatan untuk pergi menyusul ke lokasi Yang Rou We. Namun dia tidak memberi tahu kepada Yang Rou We jika dia akan datang menghampiri Yang Rou We, selain untuk kenyataan, Hanan juga tidak perlu ijin karena dia hanya pergi sendiri jadi dia bebas untuk menemuinya. Hanan mencari Yang Rou We ketempat yang di berikan oleh Yang Rou We dan permintaannya cuma satu, semoga Yang Rou We belum pulang karena Hanan tidak mengatakan jika dia akan datang, kemungkinan Yang Rou We pulang bisa saja terjadi. Hanan mencari keberadaan Yang Rou We ke beberapa tempat di lokasi itu sedikit lebih lama karena tempat itu penuh dengan pengunjung. Setelah mengitari lokasi ini akhirnya Hanan bisa tersenyum lega karena dia melihat seorang gadis memakai kemeja putih dengan lengan digulung, dipadukan dengan rok kotak-kotak selutut, sepatu putih sangat cocok dengan kemejanya. Belum apa-apa Hanan sudah tersenyum malu sendiri, dia bersembunyi di balik tiang untuk merapikan penampilannya, dia tidak bisa terlihat lusuh di depan wanita yang sudah membuat giginya kering karena seringnya tersenyum seperti orang gila. Yang Rou We menendang udara sambil menunduk, tidak melakukan apapun. Hanan bertanya-tanya apa yang sedang dilakukan gadis itu sendirian di sini, Hanan akan mengatakan itu sebentar lagi. Hanan memakai topi hitam dan tas punggungnya, merapikan jaketnya dan siap keluar dari persembunyiannya, menghampiri Yang Rou We yang hanya berjarak sepuluh meter dari tempatnya bersembunyi. Dengan sangat percaya diri Hanan keluar dari balik tiang besar dan berjalan dengan mantap menghampiri Yang Rou We yang memunggunginya, Hanan sudah akan memanggil nama Yang Rou We saat jarak mereka tinggal tiga meter namun hal tidak terduga terjadi, ada seseorang yang datang dari depan dan Yang Rou We langsung menghamburkan dirinya ke pelukan pemuda itu, pemuda itu juga membalasnya dengan sedikit mengangkat tubuh mungil Yang Rou We tanpa beban. Hanan yang seperti orang ketiga di sana langsung menurunkan topinya agar menutupi sebagian wajahnya, dia sama sekali tidak memperlambat kecepatan langkahnya, dia berjalan masih seperti semula, lebar dan mantap. Seperti pejalan kaki lainnya yang tidak mengenal Yang Rou We dan pemuda itu. Dia nampak baik-baik saja luar namun hatinya sudah tidak perlu di tanyakan lagi. Dia ingin marah dan protes namun pada siapa dan apa hak nya terhadap Yang Rou We, walaupun Yang Rou We berbohong padanya itupun tidak ada hubungannya dengan dirinya, orang asing yang tidak sengaja bertemu dan baru di kenalnya beberapa hari, tidak ada komentar yang harus di katakan.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD