Memilih lawan yang salah

1021 Words
"Apa kamu sudah puas tertawa?" tanya ibu Hanan dengan wajah datarnya. Hanan kehilangan senyumnya saat ibunya mengajukan pertanyaan padanya, Hanan kira jika saat ini Hanan sudah menang melawan ibunya, dan ternyata ini masih terlalu dini untuk merayakan kemenangannya, perasaan Hanan tidak enak karena nampaknya ibunya lagi yang akan mengendalikan permainan, jantung Hanan berdetak lebih kencang. Hanan mengaku sudah dewasa tapi nampaknya dia masih salah memilih lawan, dia bukalah tandingan ibunya yang genius. "Hanan, Hanan, kapan kamu akan mengunakan isi kepalamu? jangan seperti wanita kebanyakan yang selalu mendahulukan perasaan dari pada logika, bahkan aku yang seorang perempuan menggunakan logika buka perasaan," Wanita itu tersenyum smirk, senyuman yang sangat menakutkan untuk Hanan. "Siapa yang menyuruhmu untuk mempercayai jika Yang Rou We berselingkuh dengan pemuda bernama Logan ini di belakangmu? Aku hanya memberikan contoh kata-kata itu yang harus kamu katakan pada Yang Rou We nanti sepulang dari sini." Hanan mengerutkan keningnya, bagaimana mungkin ibunya sangat yakin apa yang sudah dia rencanakan. "Aku akan mengatakan rahasia besarnya." Hanan menelan ludahnya sendiri sudah payah, bagaimana sikap yang harus Hanan tunjukkan pada pemain handal ini, dia akan memberi tahu kartu as yang wanita ini miliki dan nampaknya itu adalah kekalahan besar untuk Hanan. "Beberapa minggu yang lalu aku menculik kekasihmu itu semalaman, aku membuatnya tidak sadarkan diri untuk melakukan semua rencananya, dan tentunya di bantu pemuda dari Jerman bernama Logan itu, jika kamu ingin bernostalgia dengan teman lamamu aku punya nomor kontaknya aku akan memberikannya nanti." Hanan hanya memasang wajah datarnya sambil melihatnya ibunya dengan antusias bercerita akan permainan yang baru saja dia mulai dan pada akhirnya juga dia yang akan mengakhiri permainan ini. "Kamu salah jika aku hanya mengambil foto saja sebagai alat permainan, karena aku mengambil banyak video dengan durasi yang panjang dan dalam kualitas baik. Dari scene Yang Rou We sendiri dengan tanpa sehelai benang pun dan scene bersama dengan Logan, foto yang kamu lihat itu juga ada dalam versi videonya, tenang saja aku menyimpannya dengan sangat baik." Hanan memukul meja dengan kekuatan penuh, dia tidak peduli dengan tangannya yang beradu dengan meja kayu yang kokoh, karena rasa sakit yang di rasakan oleh batangnya itu sama sekali tidak bisa di bandingkan dengan rasa sakit yang di rasakan oleh perasaannya ketuk seorang ibu dengan tega menyuruh laki-laki lain menjamah wanita yang sangat di cintai oleh putranya. "Hei ... tunggu, tunggu. Aku belum selesai bercerita, simpan dulu amarahmu, jangan buang-buang tenaga karena masih banyak hal yang harus kamu lakukan setelah ini." Hanan menahan amarahnya, jika di hadapan Hanan saat ini bukan ibunya mungkin Hanan sudah melayangkan pukulan dengan membabi buta. Membuat mulutnya itu berhenti berbicara, karena setiap kata yang keluar dari mulutnya itu membuat sayatan baru untuk Hanan. "Aku akan berkata jujur padamu, aku masih sedikit memiliki rasa iba padamu, aku tidak mengijinkan Logan menjamah wanita mu, dia hanya sebatas mencium dan memeluknya, meski tanpa pemisah sama sekali," Tapi tetap saja Hanan masih sakit hati, bagaimana dia bisa rela jika ada laki-laki lain menyentuh wanita yang sangat dia cintai, jangankan sampai menyentuhnya, melihat saja Hanan tidak akan tahan jika ada yang memperhatikan Yang Rou We berlebihan. Dan sekarang ibunya menyuruhnya tenang hanya karena Logan tidak sampai melakukan yang lebih dalam pada Yang Rou We. "Itu hanya untuk kebutuhan konten saja," ucap wanita itu begitu mudahnya, dia tahu saat ini jika putranya hatinya sedang tercabik-cabik dan dia dengan kesadaran penuh menaburkan luka menganga itu. "Ibu, bicaralah ke pokok bahasan, Apa sesungguhnya yang menjadi tujuan utama ibu? Hingga melakukan sampai sejauh ini?" Hanan sudah tidak tahan berada dalam satu ruangan yang sama dengan wanita yang telah melarikannya itu. "Hanan. Harus berapa kali aku katakan apa yang sebenarnya harus kamu lakukan, tapi kamu sendiri yang melupakannya, apakah aku harus mengulanginya lagi dan lagi?" Hanan menghembuskan napas besar lewat mulutnya, tanda dia berada di ambang batas kesabaran yang dia miliki. "Tinggalkan wanita itu, kembali ke rumah, dan aku akan memaafkan mu meski kamu tidak akan pernah meminta maaf padaku. Kita akan memperbaiki hubungan yang renggang karena wanita itu, dan memulai semuanya dari awal, aku tidak akan mengungkit kamu melawanku, membanggakan pada ibumu hanya karena wanita itu, aku juga berjanji tidak akan membocorkan apapun tentang wanita itu, rahasianya aman di tanganku." "Sejak kapan hubungan kita renggang ibu? Bukankah sejak awal hubungan kita memang sudah hancur?" tanya Hanan seperti dia menghunus pedang baru. "Karena wanita itu kamu berani pada ibu, kamu membangkang pada ibu, Hanan?" "Yang Rou We sama sekali tidak ada hubungannya dengan hubungan kita yang sejak awal sudah hancur ibu, hanya Yang Rou We satu-satunya orang yang menghargai aku, menghargai pendapatku, kapan terakhir ibu menuruti apa yang aku mau, kapan terakhir ibu mendengarkan pendapatku? Kapan ibu? Sejak memori kecil yang aku miliki, tidak ada satupun memori yang menyimpan kehangatan seorang ibu, kasih sayang seorang ibu, hanya ada perintah dan larangan dalam hidupku. Jika melanggar akan di hukum jika aku berhasil maka akan ada perintah baru, hanya itu ibu, yang aku miliki tidak ada yang lain." "Itu semua aku lakukanlah demi kebaikanmu, dan lihatlah sekarang kamu jadi dokter hebat di usia muda." "Bukan ibu, itu bukan demi kebaikan ku. Melainkan demi obsesi mu sendiri, itu buka aku, yang menjadi dokter ini bukan Hanan, yang ada di depanmu ini adalah sebuah robot yang selalu patuh dan tunduk karena progam yang sudah kamu buat sejak awal," Hanan meluapkan apa yang sudah dia tahan bertahun-tahun, dia memiliki kesempatan ini dan Hanan tidak akan melakukan itu dengan mudah. Akhirnya unek-unek di dalam hati Hanan bisa keluar dan di tunjukkan semuanya pada ibunya, seorang wanita yang memiliki standar tinggi sampai dia lupa jika dia mendidik anak bukan mendidik robot, wanita ini lupa memanusiakan manusia lainnya, Hanan di perlakukan sebagai layaknya robot untuk memenuhi ego ibunya tanpa memikirkan bagaimana perasaan Hanan, karena Hanan juga memilih hati dan perasaan, hatinya juga terbuka dari komposisi yang sama seperti orang lain kebanyakan. "Ibu, aku dan kamu tidak memiliki hubungan yang harmonis, hubungan yang baik-baik saja, aku secara medis memang putra kandungmu namun dalam lapangan aku hanya sebuah anak pungut yang tidak memiliki ham dalam hidupku sekecil aku ingin makan gula-gula, itu tidak pernah terjadi sampai detik ini, aku tidak tahu makanan paling sederhana yaitu biasanya di makan teman-temanku yang sebaya."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD