Negosiasi dengan spycho

1646 Words
Hanan beranjak dari duduknya, dia tidak ingin berdebat lagi dengan wanita yang selama ini dia panggil dengan sebutan ibu. "Mau kemana?" tanya ibunya dengan nada paling ringan. "Ibu, aku datang karena aku ingin memberikan kabar baik, tapi ternyata aku salah, seharusnya aku tidak pernah datang untuk mengatakan hal itu. Aku datang karena aku masih menghormati mu tapi Ibu sama sekali tidak menghargai aku." "Ada baiknya kamu satang sekarang, karena aku sudah menunggu mu sejak lama, mari pulang bersama, dan jangan temui wanita itu lagi." "Ibu ...! Aku datang padamu karena aku ingin menghabiskan waktuku bersamanya. Bukan untuk meminta persetujuan Ibu." "Lebih baik kamu membatalkan rencana pernikahan mu dengan wanita itu." "Tidak akan," jawab Hanan dengan cepat. "Terserah kamu, jika kamu tetap ingin menikahi sekarang nanti kamu akan menceraikannya." "Jangan bermimpi Ibu?" "Jika kamu tidak mau menceraikan wanita itu, maka wanita itu yang akan minta cerai," kata ibu Hanan sangat yakin. "Rencana apa yang sedang Ibu susun?" "Maka duduklah, aku akan memberi tahu mu," kata wanita itu seakan sedang mempersilahkan seorang tamu istimewa. Dengan terpaksa Hanan kembali duduk di depan ibunya, dan menatap tajam pada ibunya, karena dia sudah merasa ada yang salah sejak ibunya menertawakannya. "Mau tidak mau kamu harus membatalkan rencana pernikahan kalian, ingin tidak ingin kamu harus meninggalkan wanita itu." "Jika aku tidak mau?" "Itu tidak akan baik untuk kalian." "Kami akan menjalani apapun yang akan terjadi kedepannya," jawab Hanan cukup yakin. "Aku tidak yakin jika wanita mu akan melakukan hal yang sama denganmu," Wanita itu kembali tersenyum mengerikan. Hanan tidak menjawab tapi dia mengerutkan keningnya karena tidak cukup mengerti dengan perkataan ibunya. "Jika dia masih terus melanjutkan pernikahan dengan mu maka dia akan menjadi pihak yang paling banyak di rugikan." "Ibu ..., apa waktumu begitu banyak hingga bicara berbelit-belit?" Hanan mulai tidak sabar dengan ibunya. "Aku akan membuat hidupnya menderita, tidak hanya dia saja tapi seluruh keluarganya, aku dengan mudah menghancurkan perusahaan keluarga wanita itu." "Kekuatan apa yang Ibu miliki hingga sangat percaya diri sekali hingga ingin menghancurkan usaha orang lain." "Apa kamu perlu bukti, aku akan lakukan," kata ibu Hanan, kemudian dia mengambil ponselnya dan membuat panggilan. "Hallo ...," Ibu Hanan berbicara dalam telponnya. "Tolong hasil lep itu di posting di web. Iya yang barang tiruan yang mengandung merkuri dan soda api, tentang produk ...," Hanan langsung mengambil ponsel ibunya dan memutuskan panggilan itu. Sungguh kekuatan fitnah dan salah paham akan membaut sebaik apapun sebuah barang dagang akan hancur ketika terkena rumor apalagi di sertai bukti. "Sangat tidak sopan," ucap wanita itu sambil menyilang kan kedua tangannya. Tidak hanya ibu Hanan saja yang marah Hanan juga marah saat ini, Hanan mengenal karakter ibunya, ini bukan sebuah ancaman kosong, wanita di depannya ini bisa membuat manipulatif hanya untuk membuat tujuannya tercapai, dia tidak akan segan-segan mempertaruhkan, mengorbankan apapun demi memuaskan keinginannya. "Bagaimana, Ibumu ini masih belum melakukan apapun bagaimana kamu sudah ketakutan seperti itu, bagaimana jika Vidio wanita mu tersebar di media sosial, dan rumor dia hamil di luar nikah dengan seorang laki-laki bule dari Jerman, dan kamu menikah dengannya hanya untuk menutupi rasa malunya karena di tinggal laki-laki yang sudah menghamilinya, dan demi dia kamu rela tidak menjadi dokter demi bisa mengikuti dia di agamanya. Menentang Ibumu, dan meninggalkan rumah, orang-orang pasti akan percaya apalagi ada video mereka berdua yang ibu miliki yang kapan saja bisa aku upload di media sosial, aku akan membayar juga orang-orang khusus yang akan mengviralkan masalah ini hingga wanita itu tidak akan pernah lagi punya wajah saat dia keluar rumah, Apakah sudah cukup?" "Kenapa aku di lahirkan dari wanita yang tidak memiliki hati nurani seperti ini?" kata Hanan sambil menatap ibunya sambil menahan amarahnya. "Aku masih memiliki banyak cara untuk menyakiti wanita mu masih ada ibu dan saudara laki-lakinya, seribu cara akan aku lakukan hingga wanita mu sendiri yang akan meninggalkan mu," Wanita yang ada di hadapan Hanan nada bicaranya santai tidak ada kata dengan nada tinggi namun setiap ucapannya membuat sayatan di hati Hanan. Hanan terdiam dia tidak tahu jika selama ini ibunya diam tidak banyak bertidak namun dia selalu mengintai kehidupan dia dan Yang Rou We, kehamilan Yang Rou We masih di rahasiakan dan hanya dia dan Yang Rou We yang mengetahuinya bagaimana ibunya bisa tahu, dan juga masalah Logan, siapa yang memberi tahu dan memperkenalkan Logan pada ibunya, padahal Logan sangat tidak mungkin untuk bisa mengetahui keberadaan dan kehidupan Yang Rou We di Indonesia, dan kejadian itu sudah 5 tahun yang lalu bagiamana ibunya bisa mengetahui jika Logan pernah memiliki rasa pada Yang Rou We. "Terserah ibu akan melakukan apa," kata Hanan lirih, dia hampir putus asa, dia tahu ini bukan omong kosong dari ibunya namun Hanan masih memiliki secercah harapan jika Yang Rou We akan berpikiran sama dengannya, jika pun mereka tidak bisa bersatu karena ada ibu Hanan di tengah-tengah hubungannya dengan Yang Rou We, setidaknya Hanan tidak ada niatan untuk meninggalkan Yang Rou We, jika takdir berkata lain biarkan Yang Rou We yang meninggalkan dirinya, karena Hanan lebih baik di sakiti dari pada menyakiti. "Bagiamana Hanan, apa kamu siap berjuang?" tanya ibu Hanan, "Rintangan sudah aku katakan, apakah kamu siapa melihat wanita mu menangisi nasip keluarganya yang akan jatuh terpuruk?" "Keputusan ada di tangan Yang Rou We Ibu, aku tahu ini memang sulit, jalan yang kamu berikan pada kami penuh ranjau, tapi aku tidak bisa meninggalkan Yang Rou We dia sedang mengandung anakku, cucumu Ibu." "Maaf Hanan, aku tidak tersentuh," jawab ibu Hanan sambil meminum air putih di samping tangannya. "Aku pergi Ibu, aku harap Ibu masih bisa melihatku esok hari," kata Hanan sambil akan beranjak lagi dari duduknya. Namun dia mengurungkannya lagi saat ibunya langsung menghentikan niatnya. "Siapa yang mengijinkan kamu pergi? Aku belum selesai berbicara Hanan." Hanan sudah menahan emosinya, dia sudah ingin meledak karena kemarahan namun dia tidak bisa, dia tidak bisa melakukannya. "Ini adalah penawaran terakhir dari ibumu ini, aku tidak akan mengusik kehidupan keluarga wanita mu, aku juga tidak akan menyebar luaskan koleksi yang aku punya, aku juga akan membiaskan kamu bekerja dengan baik sebagai dokter sampai kamu sukses, bahkan aku akan menghadiri pernikahan kalian jika perlu aku akan membuat acara besar-besaran untuk pernikahan kalian." Di saat Hanan mendengar apa yang di katakan ibunya sampai detik ini, Hanan malah kesusahan menelan ludahnya sendiri dan terasa kesulitan bernapas, karena ketika ibunya sangat berbaik hati seperti ini dia akan mengambil lebih banyak pada klimaksnya. "Kamu bisa menikah dengan meriah dan menjalani pernikahan dengan sangat baik sebagai pengantin baru, saat ini kandungan wanita mu masuk tiga bulan jadi masih ada waktu hingga melahirkan 6 bulan lagi, tapi ...?" Jantung Hanan seakan berhenti berdetak sejenak saat ibunya bilang tapi padanya. "Kamu tidak akan pernah melihat wanita dan bayimu lagi setelah bayi itu dilahirkan, aku akan mengambil dua kebahagiaan mu dalam satu waktu, saat persalinan akan aku buat seakan-akan itu sebuah kecelakaan, wanita bernama Yang Rou We itu akan meregang nyawa karena kehabisan darah, dia akan mengalami pendarahan hebat dan tidak akan ada yang bisa menolongnya karena darahnya AB, kamu seorang dokter tahu betapa langkanya golongan darah itu, dan untuk bayi yang baru lahir itu lebih mudah dari pada menyembelih seekor burung, hanya butuh satu tetes di masukkan ke mulutnya dia akan terbujur kaku dalam hitungan menit." "Spycho," gumam Hanan dengan mata yang sudah berkaca-kaca, dia tidak bisa membayangkannya bagaimana dia akan menghadapi masa-masa itu jika itu akan benar-benar terjadi. "Apa kamu baik-baik saja?" tanya ibu Hanan dengan wajah panik yang di buat-buat. "Aku ingin mendengar kamu mengatakan dengan percaya diri, Ibu aku seorang dokter, aku akan membantu melahirkan wanitaku sendiri, aku akan melakukannya sendiri tidak akan ada orang yang akan aku ijinkan terlibat demi keamanan anak dan istriku," kata ibu Hanan menirukan cara bicara Hanan. Hanan menolak untuk berkomentar dia menahan amarahnya dan air matanya agar tidak jatuh di depan wanita itu. Ibunya tersenyum penuh kemenangan melihat kondisi Hanan yang seperti ini. "Aduh, kita sudah lebih 30 menit bicara empat mata, dan aku harus menyelesaikan bekas-bekas ini 30 menit lagi, maka aku akan mempercepat rencana yang terakhir," Ibu Hanan masih terus tersenyum lebar pada Hanan, dia mengambil ponselnya dan membuka sesuatu yang akan di tunjukkan pada Hanan. "Bukankah ini wanita yang kamu selalu bela lebih dari Ibumu ini," Ibu Hanan membalikkan ponselnya dan menunjukkan Yang Rou We sedang berada di sebuah kafe dengan beberapa teman kerjanya. Mata Hanan membulat saat melihat Yang Rou We yang sedang tersenyum sambil bercengkrama menunggu pesanan mereka datang. "Jika aku berubah pikiran dan tidak sabar menunggu untuk memulai permainan maka akan aku mulai saat ini juga, aku bisa membuat wanita mu ini meminum sesuatu yang bisa membuat kandungannya kontraksi dengan hebat dan pada akhirnya akan mengalami pendarahan dan keguguran." "Ibu ...?" Hanan meninggikan suaranya karena sudah tidak tahan lagi. "Salah Hanan, seharusnya kamu mengatakan, tidak apa-apa Ibu, Yang Rou We bisa hamil lagi," kata ibu Hanan yang laki-laki berperan sebagai Hanan, di depan muka Hanan. "Maka aku akan mengambil solusi lain, lihat ini," Ibu Hanan lagi-lagi memperlihatkan ponselnya pada Hanan, sebenarnya Hanan tidak ingin melihatnya lagi namun dia masih ingin mengetahuinya karena ada Yang Rou We di sana. "Kamu lihat mobil hitam itu?" Ibu Hanan memperlihatkan sebuah mobil yang terparkir tidak jauh dari tempat Yang Rou We menghabiskan waktu bersama teman-teman kerjanya. "Aku akan membuat sebuah kecelakaan tabrak lari dan korbannya seorang wanita yang hamil 11 Minggu." Karena tidak tahan lagi Hanan menendang kursi yang tadinya dia duduki dengan kekuatan penuh hingga kursi itu membentur sebuah meja kaca dan langsung pecat dan membuat kegaduhan yang sangat keras. "Aku suka respon mu Hanan," Wanita itu tidak marah, dia malah bertepuk tangan dan mendekati Hanan yang wajahnya merah padam. Ibunya datang pada Hanan yang dadanya naik turun karena amarahnya, wanita itu memasukkan amplop yang berisi foto Yang Rou We dan Logan pada saku jas Hanan, menepuk beberapa kali kantong yang sudah terisi amplop itu sambil membisikkan kata pada Hanan. "Pergilah temui wanita mu, Ibu tunggu kabar baik dan kepulangan mu di rumah, jangan sampai salah mengambil keputusan putraku."
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD