Saat ini aku ingin memukul wajah seseorang

1189 Words
Satu tegukan lagi masuk melewati tenggorokan Hanan dengan sangat lancar, dia masih berjalan di jalanan yang sudah mulai sepi dan memutuskan akan mencari taksi setelah soda di dalam kaleng yang ada ditangan habis, namun dia meminumnya sedikit demi sedikit sama sekali tidak terburu-buru. Dia tidak bisa membayangkan jika nyonya besar itu akan menghukumnya, hukumannya tidak sakit namun sangat berat untuk Hanan karena bukan tubuh Hanan yang menerimanya tapi mental Hanan, karena nyonya besar itu akan membuang semua alat lukis Hanan dan membuang mesin game nya tidak akan cukup di situ, nyonya besar akan melarang Hanan melukis dan main game sampai waktu yang tidak di tentukan, itu bisa bebas jika nyonya besar memaafkannya Hanan. Hanan di tabrak oleh seseorang dari depan, orang itu seorang laki-laki setengah baya, dan sedikit menunduk saat berpapasan dengan Hanan, hanan tahu jika laki-laki itu sengaja menabrakkan dirinya pada Hanan. "Maaf, maaf, saya mabuk," ucapnya, dengan tergesa-gesa. "Tak apa?" jawab Hanan dan laki-laki itu segera berlalu mereka mengambil arah yang berbeda, tapi ada yang aneh. Orang itu mengaku mabuk namun Hanan tidak mencium bau alkohol apapun saat dia bicara melainkan bau mulut, itu aneh. Hanan memasukkan tangannya kedalam kantong dan mendapati jika ponselnya sudah raib. Namun Hanan hanya tersenyum sambil terus berjalan sambil tersenyum. "Akhirnya aku bisa beli ponsel baru," ucapnya. Padahal ponsel itu masih berusia beberapa bulan dan harganya sekitar 16 juta, Hanan sama sekali tidak merasa kehilangan karena jika dia tidak memiliki ponsel itu lebih baik daripada dia memilikinya. Karena hanya ibunya orang yang paling aktif seharian menghubunginya. Teman, Hanan tidak memiliki teman dekat yang akan mencarinya jika Hanan tidak aktif, apalagi seorang kekasih, Hanan bagai seorang pangeran yang kesepian di bawah langit ini. Bukankah baik dia tidak mempunyai ponsel, hidupnya akan jauh lebih damai tanpa mesin berbentuk kotak itu. Hanan tidak merasa kehilangan namun bisa dibayangkan nyonya besar itu akan marah dan mulutnya tidak akan berhenti bicara jika Hanan tidak memiki ponsel bukan masalah uang melainkan dia tidak bisa memantau Hanan dan mau tidak mau dia akan membelikan Hanan ponsel yang baru, dan akan membelikan yang mahal dan keluaran terbaru, dia tidak akan punya muka jika putranya yang tampan ini mengunakan ponsel yang standar-standar saja. Hanan memberi salam selamat tinggal dengan ponselnya, dia tidak peduli dengan apa pun yang ada di dalamnya, tapi namun tiba-tiba Hanan menghentikan langkahnya dan tersebut jahat, dengan cepat Hanan membalikkan tubuhnya dan melihat seorang laki-laki yang tadi menabraknya sedang berjalan cepat semakin jauh dengannya. Hanan mengikuti langkahnya yang ada di genggaman tangannya saat ini adalah kaleng soda, Hanan melempar kaleng soda itu dan tepat mengenai tengkuknya, laki-laki itu tidak siap dan langsung terhuyung ke depan sambil memegangi tengkuknya dengan satu tangan, seraya mengumpat nama-nama hewan peliharaan. Laki-laki menengok kebelakang dan mendapati Hanan yang tersenyum jahat padanya. Hanan tanpa mengatakan sepatah katapun langsung melayangkan sebuah pukulan ke wajah pelaku itu. Pergulatan langsung terjadi tanpa perlu musyawarah, Hanan tidak menahan dirinya, dia mengerahkan seluruh tenaganya untuk melumpuhkan pencopet itu, dan nampaknya laki-laki itu juga masih ingin hidup, dia melawan dan juga menghindar jika di perlukan, dia mengimbangi pukulan demi pukulan Hanan yang membabi butu. Namun nampaknya Hanan kalah berpengalaman dengan pencopet yang sudah puluhan tahun hidup di jalanan, meski Hanan masih muda dan penuh energi tapi dia seorang yang tidak memiliki pengalaman apapun dengan memukul orang, dia hanya tahu cara memegang bolpoin bukan caranya melumpuhkan lawan, apalagi nampaknya dia memiliki pertahanan diri yang kuat meski tubuhnya kecil dan kurus. Hanan mendapatkan sebuah pukulan di perutnya, itu sangat sakit, sakit teramat sakit untuk Hanan apalagi dia baru saja menghabiskan begitu banyak makanan, perutnya penuh dan sekarang mendapatkan pukulan, itu membuat Hanan memuntahkan semua isi perutnya. Laki-laki tersenyum dengan kemenangannya, dan siap berlari namun Hanan meraihnya. pergulatan itu kembali berlangsung, Hanan memukul pipi laki-laki itu dan dia terhuyung kebelakang, Hanan menambahinya sebuah tendangan di kakinya membuat dia mengerang karena tulang keringnya seraya akan patah. Hanan sangat puas dengan pencapaiannya, dia puas karena sudah melampiaskan kemarahannya pada orang lain namun dia tidak merasa bersalah, dia bisa bebas memukulnya karena dia penjahat, itulah yang membuat keputusan Hanan merelakan ponselnya hilang berubah. Kenapa Hanan mengejar dan melawan penjahat itu sampai babak belur, dan tidak memperdulikan dirinya sendiri karena dia bukan mengingatkan ponselnya ataupun isi dari ponselnya, melainkan Hanan mencari objek yang bisa untuk melampiaskan kemarahannya, kekecewaannya, kejenuhannya, ketidakmampuan, menjalani kehidupan yang lebih di kekang dari pada sebuah pesantren. Hanan kembali memukuli orang itu sampai puas bahkan dia juga merasakan mati rasa pada tangannya sendiri, tapi laki-laki itu juga nampak kuat setelah di pukuli oleh Hanan dia masih mampu untuk berdiri, Hanan menunggu laki-laki itu menyerang namun dia salah prediksi, laki-laki itu tidak melawannya namun malah melarikan diri, Hanan tidak ingin melepaskan orang itu apalagi ponselnya masih di tangan orang itu. Hanan berlari kemanapun orang itu berlari, dia sudah babak belur namun masih bisa berlari sangat kencang, Hanan hampir mendapatkannya tangannya berulang kali terulur untuk meraih kerah orang itu, karena terlalu pokus pada orang itu Hanan sampai pada kondisi sekeliling, dia tidak sadar karena hanya terus mengikuti langkah orang itu, mereka berdua ternyata menyebrang jalan yang sudah lumayan sepi namun masih ada beberapa pengendara yang melintas. Hanan merasa jika tubuhnya melayang setelah berbenturan dengan sesuatu yang keras dan menyilaukan matanya, dia tidak bisa melihat karena terlalu terang dan tubuhnya terasa sangat ringan. Ada sebuah mobil yang melaju dengan kecepatan sedang, pengendara itu terkejut dan tidak siap jika ada dua orang yang menyebrang dengan berlari, tapi hanya Hanan yang tertabrak sedangkan orang itu sudah menghilang dengan cepat, dia tidak punya waktu untuk kaget apalagi ingin membatu Hanan yang berguling-guling di aspal yang kasar, jika dia berhenti bukankah dia akan menjadi bulan-bulanan massa. Pengendara itu sangat kaget dan mengerem mendadak, untung saja dia masih bisa mengerem jika tidak mungkin Hanan sudah terlindas oleh mobil itu. "Ya Allah," ucap pengendara itu dan langsung turun dan menolong Hanan, dia seorang pria bertubuh besar mengangkat tubuh Hanan sendirian itu bisa namun membutuhkan seluruh tenaga yang dia punya. "Saya bisa jalan sendiri pak," ucap Hanan saat orang itu akan membopongnya, apapun keadaan Hanan dia harus segera membawa Hanan ke rumah sakit terdekat, Hanan sudah duduk di kursi belakang dan mobil itu mulai melaju menuju rumah sakit terdekat. "Pak antar saja aku pulang," ucap Hanan sambil menahan rasa sakit di seluruh tubuhnya. "Bagaimana bisa? Kamu harus di bawa ke rumah sakit, kamu banyak terluka," jawab pengendara itu sambil terus menyetir. "Tidak perlu, ibuku seorang dokter, aku benci rumah sakit dan ibuku bisa merawat ku di rumah." "Kamu yakin?" "Yakin." "Tapi kamu banyak mengeluarkan darah? Bagaimana jika ada sesuatu yang buruk di dalam tubuhnya yang tidak bisa di lihat oleh mata?" "Ibu ku yang punya rumah sakit, tidak perlu takut," Hanan meyakinkan orang itu padahal Hanan berbohong tentang itu, ibunya benar seorang dokter tapi hanya sebagai kepala rumah sakit bukan yang memiliki rumah sakit. Meski ragu-ragu pengendara itu akhirnya mengantarkan Hanan pulang, dan dia hanya mengantarkan Hanan sampai gerbang saja karena Hanan langsung menyuruhnya pulang, dia untuk beberapa saat masih berada di sana tidak ingin pergi karena dia takut Hanan berbohong hanya karena tidak ingin pergi ke rumah sakit, tapi setelah memperhatikan rumah Hanan yang besar itu membuat laki-laki itu percaya dan segera pergi.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD