Keegoisan

1146 Words
Angel mengawasi kepergian Aditya, dan bahkan mengikuti untuk mencuri dengar percakapan antara Nila dan Aditya. Mungkin saja ia tahu apa yang mengganjal di hati Nila sehingga ia uring-uringan. ''Aku berjanji akan menceraikan Angel kalau kamu hamil." Ternyata Aditya membuat janji seperti itu. Hal itu membuat Angel kembali merasakan rasa perih di hatinya. 'Apakah tidak cukup aku memberi kebebasan pada kalian bermesraan di depanku? Aku bahkan menutup mata terhadap hubungan kalian, tapi kenapa kamu mau berniat menceraikan ku, Mas,' batin Angel merana. Demi cintanya, ia rela dibenci sang suami agar pria itu tidak sedih saat dirinya meninggal. Meski demikian, kenapa keinginannya yang hanya ingin dekat dengan Aditya, tidak bisa mereka berikan. Apakah sesulit itu menerima dirinya di sisi mereka berdua. Padahal Nila adalah orang yang masuk di tengah-tengah hidup mereka. Posisi Angel justru seperti orang asing yang merebut kebahagian Nila. Angel kembali ke kamar. Lebih baik dia disibukkan dengan toko online yang ia miliki. Setidaknya ia bisa melupakan kesedihan karena sikap Aditya. 'Padahal dulu aku mengira mbak Nila wanita penyabar dan baik. Nyatanya ia sama dengan wanita di luar sana yang menginginkan suami untuk dirinya sendiri. ' ... "Keadaan rumah tangga mu bagaimana An? apa suami mu datang lagi ke rumah?" tanya Nila. Dia ingin berkaca dengan Andini sehingga nasib gadis ini tidak terjadi padanya. Nila tidak akan membiarkan dirinya menjadi korban dan harus merebut Aditya sepenuhnya. 'Salah sendiri tidak menjadi istri yang berbakti, sekarang giliran suami melirik wanita lain, dia mau memperbaiki diri. Sudah terlambat ferguso,' ucap Nila dalam hati. Andini menggeleng lemah, sudah lama ia putus harapan untuk bersama suaminya meski pria itu masih mengirimkan uang. Yang kasihan adalah putra semata wayangnya. Gibran terus memanggil sang ayah. Dia dulu tidak memikirkan hal ini ketika mau menjadi istri simpanan. Sebab istri yang disembunyikan, bisa dibuang sewaktu-waktu. Dirinya menangis pun tidak akan ada yang mengasihani. Memangnya siapa yang bisa kasihan pada wanita yang tega menyakiti hati wanita lain. "Dia sekarang ganti nomor Mbak, nampaknya benar-benar ngak mau kembali sama aku lagi. Uang yang ia kirimkan juga ngak sebanyak dulu. Hanya cukup untuk biaya hidup dan tagihan Mbak, " Andini tersenyum miris. Ia saat ini juga mulai mencari kerja, siapa tahu di tempat kerjanya yang baru ia bisa mendapatkan suami lagi. "Aku sekarang juga mencari kerja." 'Aku mau menerima siapa saja, walau ia suami orang.' Satu hal yang pasti, Andini tidak mau hamil lagi. Mendadak Andini melihat Nila. Dia terinspirasi dan ingin seperti wanita ini. 'Benar juga, aku mau kayak mbak Nila. Aku harus bekerja sebagai ART siapa tahu majikan ku akan menjadikan aku simpanan kayak mbak Nila,' ucap Andini. Andini memiliki wajah yang sangat cantik, dia juga masih seksi meski punya anak satu. Pasti majikannya akan klepek-klepek kalau melihat wajahnya yang cantik. 'Tapi aku harus berdandan jelek biar bisa diterima kerja. Siapapun pasti ngak mau nerima pembantu dengan wajah secantik aku.' Nila mengasihani Andini tanpa mengetahui isi hatinya. Mendengar pengalaman hidup Andini, Nila semakin bertekad untuk membuat Aditya bercerai. "Aku ngak mau nasibku sama kayak kamu An. Aku pasti akan membuat Mas Aditya jadi milikku seorang, " ucap Nila. Andini mendukung seratus persen rencana Nila. "Bener Mbak, aku dukung. Kalau Mbak ngak membuat pak Aditya menceraikan wanita mandul itu, nanti kalau pak Aditya bosan, takutnya dia akan meninggalkan Mbak kayak aku," dukung Andini. "Kalau ada anak kan beda. Apalagi wanita itu mandul." "Aku dulu benar-benar bodoh sudah berpikir mau berbagi suami. Kalau aku bisa jadi istri pertama, kenapa aku harus berbagi suami," ujar Nila. Dia sangat senang karena rencananya untuk merebut Aditya didukung oleh Andini. Hal itu membuat Andini merasa perbuatannya tidak salah. Hilang sudah wanita baik nan polos yang dulu. *** Siang hari ketika makan siang tiba, Nila memutuskan untuk pergi ke perusahaan Aditya. Dia yang seorang direktur pemasaran biasanya aja sibuk sehingga lupa makan siang. Nila memanfaatkan hal ini untuk merayu Aditya agar Aditya lebih cinta sama dia. Dia pun naik taxi on line, dengan pakaian yang diberikan oleh Aditya gadis itu masuk dan beratnya pada reseptionis perusahaan. "Permisi Mbak, ruangan pak Aditya di mana ya?" tanya Nila. "Maaf bu, apa ada janji sebelumnya?" Nila agak tersinggung saat reseptionis tadi memanggilnya ibu. Dia merasa tidak setua itu sehingga dipanggil ibu. "Belum sih tapi bu Angel menyuruh untuk memberikan tas ini pada Pak Aditya. " "Baik Bu, saya akan menghubungi sekertaris Pak Aditya lebih dulu, silakan tunggu sebentar," ucap reseptionis tadi. Nila mengangguk, ia duduk dengan nyaman di kursi yang terletak di lobi. Hanya saja kenyamanan itu menghilang setelah ia mendengar bisik-bisik dari pegawai yang lewat. "Eh dia mencari Pak Aditya, siapa ya?" "Bibinya kali, lihat saja. Wajahnya tua gitu. " "Tapi kok lebih cocok kayak pembantu ya. Pakaiannya bagus tapi ngak cocok sama muka ama bodynya." "Bener juga, ngak mungkin wajah kayak gitu jadi selingkuhan pak Aditya. " Wajahnya Nila memerah karena marah atas ucapan pegawai yang bisik-bisik di samping lift untuk naik ke lantai atas. Nila yang tadinya percaya diri terkena mental dan minder. Hanya saja, ia meyakinkan diri kalau mereka semua iri padanya. "Meski aku ngak cantik, buktinya mas Aditya doyan sama aku. Tiap malam aku digarap terus," gerutunya. Nila tidak menghiarukan bisik-bisik pegawai lagi. Dia dengan percaya diri naik ke lantai atas setelah reseptionis tadi menyuruhnya naik. Dia tidak sabar menadu kasih dan mendapat kecupan mesra dari Aditya karena perhatian yang tunjukkan. Rencana tinggallah rencana. Sambutan mesra yang diimpikan berbanding terbalik dengan apa kenyataan. Wajah dingin tanpa emosi menyambut Nila hingga membuatnya menciut. Di ruang yang hanya terdiri dari meja, sofa dan lemari , yang berbatasan dengan tembok dan jendela kaca tebal-- Aditya menunjukkan siap tidak sukanya. Berbeda dengan pemikirannya dulu dimana ia mengatakan jika fisik bukan masalah, ternyata tidak semudah yang ia pikirkan. Nila terlihat kumal meski berdandan dan memakai pakaian berharga puluhan juta. Sangat berbeda dengan semua pegawai yang ada di sini. "Kenapa kamu disini?" tanya Aditya dingin. "Mas, kok kamu marah. Aku kan ingin mengantar makanan biar kamu ngak lapar waktu kerja." Aditya menggelengkan kepalanya. "Sekertarisku sudah menyiapkan makanan saat waktunya makan siang. Ada kantin dan restoran langganan yang selalu siaga jadi ngak perlu membawa makanan dari rumah. Ini memalukan." Nila menunduk dengan menahan air mata. Dia tidak mengira jika rencananya justru gagal. "Pulanglah. Jangan pernah datang ke sini kalau tidak ada urusan yang penting. " Tak lama kemudian seseorang mengetuk. Pria berperawakan oppa Korea masuk. Dia melirik ke arah Nila sebelum menjabat tangan Aditya. "Pulanglah Nila." "Baik." Nila pun hanya bisa melangkah kaki dengan gontai ke arah pintu keluar Aditya. Hatinya makin perih saat mendengar percakapan Aditya dan rekannya. "Siapa itu?" "Pembantu ku." "Oh kirain simpanan mu. Masa simpanan mu model yang kayak gitu hahaha." Nila mempercepat kakinya kala ia dijadikan lelucon. Dia segera masuk lift. "Apa aku sejelek itu sehingga kamu malu punya istri seperti ku mas?" Nila tidak langsung pulang. Dia menuju ke salon kecantikan yang ada di Jakarta. Dia melakukan perawatan wajah dan tubuh agar terlihat cantik. 'Aku ngak mau kalah dari wanita mandul itu.'
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD