Berdandan

1059 Words
Angel menyelesaikan pekerjaannya di kamar. Ia merenggangkan tangannya dan sedikit memijit bahunya karena lelah. Angel melirik jam di dinding sudah menunjukkan pukul lima sore. Artinya sebentar lagi Aditya akan datang. Namun belum ada tanda-tanda Nila akan pulang. "Kemana mbak Nila pergi ya? mas Aditya sebentar lagi pulang tapi ngak ada makanan," guman Angel. Akhirnya Angel mengesampingkan rasa lelah nya dan mulai memasak untuk Aditya. Dia tidak tega kalau melihat Aditya lapar setelah pulang dari kantor. Suara klakson menjadi pertanda kalau Aditya pulang. Angel menyambut kedatangannya dengan senyum saat ia masuk dan melewati meja makan. "Mas sudah pulang? ayo makan." Aditya nampak mengabaikan Angel dan mulai celingukan seolah mencari seseorang. "Lho, kok kamu yang masak? Mana Nila?" tanya Aditya. Ia menoleh kesana kemari untuk mencari Nila. Aditya bahkan mencari Nila ke kamarnya seolah lupa jika hal itu tidak pantas dilakukan oleh seorang pria. Apalagi ia masih menyembunyikan hubungannya dengan Nila. Dia tidak memperdulikan perasaan Angel yang menatapnya sendu karena menahan sakit hati. Janji yang Aditya buat pada Nila, kembali menusuk hatinya dengan kejam. Tak lama kemudian, Nila datang. Penampilannya nampak berbeda dari saat ia pamit pergi. Nila berpakaian agak terbuka dan bahkan mengecat rambutnya menjadi pirang kemerahan. Tidak berhenti di sana, dia juga memakai make up lengkap seperti orang yang pulang kondangan. Satu kata yang hadir di hati Angel, 'Norak '. "Mbak Nila kok baru pulang? memang nya mbak dari mana?" tegur Angel. Nila yang baru pulang agak tersinggung dengan teguran Angel. 'Dasar wanita mandul. Beraninya di marah sama aku. Padahal masih untung aku ngak nyuruh Mas Aditya ceraikan kamu sekarang,' maki Nila dalam hati. "A-aku..." "Sudah Angel, jangan marahin dia terus. Kasihan dia sepertinya lelah," bela Aditya. "Iya Mas, tapi kan dia harus tahu waktu kalau pergi. Buat apa kita mempekerjakan mbak Nila kalau tidak memenuhi tugasnya, " ucap Angel. Dia secara tidak langsung mengingatkan Nila kalau posisinya di sini masih pembantu rumah tangga. Aditya belum memperkenalkan dirinya sebagai seorang istri kedua. Nila sangat tersinggung. Dia menatap Aditya seolah ingin dibela. "Maaf nyonya. Saya ngak akan mengulangi lagi." "Mbak tolong ganti pakaian ya, risih lihat mbak pakai baju minim seperti itu. Lemak mbak keliatan semua tuh. Memangnya ngak malu?" tanya Angel lagi. Deg. Nila terkejut saat Angel memperlihatkan kelemahannya di depan Aditya. Rasa malu menguasainya karena perutnya terlihat berlipat saat memakai pakaian minim. Dia pun segera masuk ke kamar sambil menghentakkan kakinya. Setelah melihat Nila masuk kamar, Aditya mulai menegur Angel. "Kamu seharusnya ngak ngomong kayak gitu. Kan kasihan dia," nasehat Aditya. Angel sesenyum lembut. 'Kamu kasihan pada Nila, tapi kemana rasa kasihan mu saat kamu berjanji menceraikan aku?' "Aku kan ngak salah Mas. Badannya ngak kecil, meski ngak besar juga, tapi berpakaian seperti itu di depan suami orang, apa itu pantas?" tanya Angel. Setelah itu ia kembali ke meja makan. Karena Aditya tidak mengikutinya, Angel menoleh ke arah suaminya yang membeku. "Kok masih diam, apa mas ngak lapar?" tanya Angel. "Oh iya." Aditya menarik nafas panjang agar ia tidak bertengkar dengan Angel. Sebab malam ini ia ingin kembali ke kamar Angel dan meminta dilayani. Sudah lama Aditya ingin menjamah kembali istrinya itu. Dan malam ini pun, niatnya ia lakukan. Hatinya sangat gembira membayangkan akan memadu kasih dengan Angel lagi. Perlahan, ia membuka pintu dan masuk ke kamar Angel. Dilihatnya istri cantiknya yang terlelap dalam mimpi. "Angel, bangun donk. Mas pengen nih," ucap Aditya lembut. Angel melenguh sejenak sebelum kembali terlelap. Aditya pun tersenyum, aroma istrinya masih harus meski ia tidur. Jadi mana mungkin ia bisa mengendalikan hasrat nya. "Angel, ayo bangun. Apa kamu juga ngak pengen ya?" Tangannya mengguncang pelan Angel, hingga membuat Angel membuat matanya. "Lho, Mas kok di sini?" tanya Angel yang masih belum seratus persen sadar. Aditya menunjukkan senyum lembut yang sudah lama tidak ia lihat sejak dua tahun yang lalu. Angel begitu bahagia karena mengira Aditya merindukan dirinya. Sampai perkataan selanjutnya dari Aditya menghancurkan hati Angel ke dasar. "Mas ingin nih." Angel merasa tertekan dengan permintaan Aditya. Air jernih menggenang di pelupuk matanya. "Mas, aku tadi minta Salwa datang. Dia memeriksa penyakit ku, ternyata aku terkena infeksi saluran kencing. Jadi maaf, aku ngak bisa memenuhi tugas ku," ucap Angel sedih. Ia mengarang alasan agar Aditya mengerti. Tatapan penuh kasih Aditya segera menghilangkan, tergantikan tatapan dingin yang selama dua tahun terakhir dia pelihatkan. Angel tersentak dan segera menunduk. Sungguh hatinya begitu pedih karena tidak bisa memenuhi kewajibannya. 'Ternyata kamu masih tidak berguna. Sudah tidak bisa memberi anak, kamu juga tidak bisa memuaskan aku.' Tanpa bicara apapun Aditya meninggalkan Angel. Ia merasa kesal karena berharap akan dilayani dengan baik oleh Angel. Nyatanya wanita ini hanya seperti hiasan. Indah dilihat tapi tidak bisa dirasakan. Aditya menuju ke kamar Nila. Dia tahu kalau istri keduanya ini sangat mencintainya dan mampu melayaninya dengan baik. Dia pun membuka pintu kamar Nila. "Nila, kamu sudah tidur ya?" tanya Aditya saat membuka pintu. Hanya saja jawaban jutek yang ia dapatkan dari Nila. "Mas ngapain ke sini? bukan kah mas malu punya istri kayak aku?" tanya Nila sewot. Hari ini ia mengalami sakit hati yang bertubi- tubi. Pertama ia harus menerima kalau Aditya pergi ke kamar Angel. Setelah itu ia dihina oleh semua pegawai di kantor Aditya. Bahkan Aditya juga mengatai ia pembantu. Dan ketika ia pulang, ia justru dihina oleh Angel dan Aditya malah diam. Sungguh Nila merasa dendam. "Kok kamu marah? lalu aku harus menjawab apa pada rekan kerjaku? semua orang sudah mengenal Angel sebagai istriku, apa kamu ingin aku ketahuan kalau punya istri dua?" tanya Aditya. "Mas tadi malam juga ke kamar nyonya. Mas pasti akan membuangku jika nyonya bersikap baik," Nila mulai merengek dan menangis. Inilah resiko hidup dengan dia istri di satu atap. "Kemarin Angel demam tinggi dan pingsan. Aku ngak melakukan apa- apa kok. Sungguh, hari ini aku juga datang ke kamar mu kan?" Nila menghentikan tangisannya. Ia merasa lega saat tahu alasan Aditya ke kamar Angel hanya untuk merawat nya. "Aku kira Mas mau baikan lagi dengan nyonya. Mas kan janji kita akan membuat anak. Tapi Mas malah ngak datang," ucap Nila manja. Dia menempelkan tubuh bagian atasnya ke arah Aditya. Tentu saja ia menggoda sang suami dengan bagian tubuhnya yang kenyal. "Lupakan saja dia. Dia kan sudah lama menjadi istri tidak berguna. Kita nikmati saja malam ini ya?" rayu Aditya. Nila mengangguk. Ia sangat tidak sabar untuk segera hamil. Saat itu tiba, ia akan membalas penghinaan Angel yang mengatainya berlemak. 'Awas kamu wanita mandul.' Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD