bc

Desa Gondo Mati

book_age18+
38
FOLLOW
1K
READ
others
time-travel
confident
mystery
royal
magical world
superpower
witchcraft
spiritual
like
intro-logo
Blurb

Naresh Arya Satya seorang pria mapan jatuh cinta dengan seorang gadis yang selalu hadir dalam mimpinya. Suatu ketika Satya yang sedang melakukan perjalanan bisnis ke sebuah pulau kecil di utara Jawa, mengalami keganjilan ketika menumpangi kapal feri yang ternyata telah karam lima beberapa tahun yang lalu, dan membawanya ke sebuah pulau yang bernama Gondo Mati. Pulau yang menyimpan banyak misteri mempertemukannya dengan gadis impiannya. Apakah mereka bisa selamat dari pulau Gondo Mati?

chap-preview
Free preview
Gadis tak Bernama
"Mas, silakan kopinya!" Renata meletakkan secangkir kopi hitam di meja sudut kamar Satya. Satya berdiri dan memandang rintik hujan dari balik jendela. Ditemani secangkir kopi pahit minuman favoritnya. Namun, kali ini ia tak ingin meminumnya. Bukan karena ia membenci pahitnya kopi, melainkan ia tidak menyukai si pembuat minuman berkafein itu. Seorang mantan yang masih tinggal seatap dengannya. "Terima kasih, Ren," ucap Satya sembari melangkah menghampiri Renata. "Lain kali, taruh saja kopiku di meja makan," pinta Satya yang merasa privasinya terganggu. Ia hanya mengangguk dan berlalu pergi. Setelah gadis muda itu tak terlihat dari kamarnya, segera Satya meraih jaket dan ke luar, tanpa menyentuh kopi di meja. "Di luar hujan deras, kamu mau ke mana, Satya? Baru juga kamu pulang ke rumah!" Bu Marsih tampak heran. "Ajak Renata bersamamu!" Satya berlalu pergi tanpa menjawab pertanyaan ibunya. Ia melajukan mobil di tengah derasnya hujan dan berhenti tepat di depan kafe angkringan yang menjajakan aneka gorengan dan kopi. Kini pandangan tertuju pada taman di seberang jalan yang mengingatkannya kepada gadis cantik yang selalu singgah di mimpinya. Dari balik kaca mobil, rintik hujan masih beradu dengan lantunan musik yang ia dengarkan. "Kekasih Bayangan," lirihnya sembari tersenyum ketika mendengarkan lantunan lagu milik Cakra Khan. Syair lagu yang mengingatkan akan cintanya dengan seorang gadis berparas cantik yang ia temui hanya sekali seumur hidupnya. Rintik gerimis masih berjatuhan, dua gelas kopi dan camilan telah ia pesan di sebuah angkringan di sekitar simpang lima kota Semarang. "Mas, yakin pesan dua kopi jahe?" tanya penjual angkringan yang memecah lamunannya. Ia hanya menjawab dengan senyuman. "Dua kopi jahe? Kenapa pesan dua gelas," gumam Satya terkekeh. Kopi jahe adalah minuman yang paling ia sukai, ketika berada di angkringan semenjak kuliah dulu. Kini, pria itu berada di sebuah taman, tempat ia kali pertama bertemu dan untuk yang terakhir kalinya dengan seorang gadis berambut panjang yang hanya satu kali ia melihatnya--lima tahun yang lalu, sebelum kecelakaan beruntun mengambil nyawanya. Naresh Arya Satya, pria tampan pemilik beberapa hotel dan Villa yang memiliki beberapa cabang di Indonesia. Meskipun seorang pengusaha muda dan kaya, Satya justru lebih senang hidup sederhana. Kesuksesan yang ia miliki bukanlah sebuah kebetulan, ia memulainya dengan merangkak dari bawah. Semenjak kuliah lelaki tampan ini sudah menggeluti sektor pariwisata Indonesia dan meniti karier sejak usia dua puluh tahun. Perusahaan yang ia kelola pun berkembang pesat dalam kurun waktu yang singkat. Sore itu, lima tahun yang lalu. Ia duduk di sebuah kafe angkringan di salah satu penjaja kaki lima di sekitar simpang lima. Ditemani segelas kopi jahe dan satu bungkus nasi kucing, ia menatap seorang gadis di seberang jalan yang duduk sendirian, dalam derasnya air hujan. Sesaat kemudian, ia melangkah dalam genangan air hujan untuk mendekatinya. Gadis cantik itu hanya menatap Satya nanar dengan tubuh menggigil kedinginan. Terlihat raut wajahnya penuh kesedihan dengan air mata yang bercampur air hujan. Saat itu juga, ia gunakan payung untuk menepis tetesan air yang sedari tadi telah membasahi tubuh gadis cantik itu. Mereka pun saling memandang di tengah lebatnya hujan di taman Simpang Lima. Tangisannya membuat Satya luluh, mengingatkan akan adiknya yang telah tiada. Dengan gemetar Satya melingkarkan tangan untuk memeluknya. Kini mereka berdua terdiam larut dalam hening dan hanya suara hujan yang menghantam tanah menemani kesedihannya kala itu. Tak terasa air mata Satya juga menetes mengingat adiknya, pria itu teringat aroma tubuhnya yang sering ia dekap dan belai dalam pelukan. Namun, tak berapa lama, gadis itu tersadar dan melepaskan pelukannya. Dengan tatapan bingung, seakan tersadar dari pelukan orang asing. Segera, ia berpaling dan menjauh tanpa sepatah kata apa pun. Satya mencoba mengejar hingga derai hujan juga membasahi seluruh tubuhnya, tetapi ia telah berlari jauh dan sebuah kecelakaan pun terjadi ketika ia hendak menyeberang. Kejadian itu membuat Satya terguncang dan trauma karena rasa bersalah. Bahkan lelaki itu tak berani menemuinya, sekalipun gadis itu sudah berada di tempat peristirahatan. “Mas! Mas! Mobilnya jangan parkir di situ, nanti kena derek,” ucap penjual angkringan, mengingatkan Satya yang telah membuat kemacetan karena parkir sembarangan. Ia pun meninggalkan uang seratus ribu di meja dan pergi begitu saja. Membuat pedagang angkringan merasa bersyukur karena mendapatkan rezeki di kala sepi. Setelah tiba di rumah orang tuanya yang sederhana, Satya segera masuk dan mengganti pakaiannya yang basah. Bu Marsih yang melihat putra semata wayangnya kebasahan mencoba mendekati dan menanyakan tentang apa yang terjadi. “Kamu dari simpang lima lagi, Satya? Lupakanlah kejadian itu atau kamu coba cari alamat rumahnya! Kalaulah memang benar, seperti yang di katakan orang-orang dia telah meninggal. Itu adalah takdirnya, Satya.” Bu Marsih merasa sedih karena melihat anaknya yang telah berusia tiga puluh lima tahun itu belum juga mau menikah, karena trauma yang ia alami. Bu Marsih yang sudah berusia senja, ingin segera menimang cucu. Namun, Satya selalu beralasan menunggu pekerjaannya mapan, bahkan pernikahannya dengan Renata ia batalkan karena kecelakaan yang menimpa sang gadis. Wanita setengah baya itu merasa malu dengan mendiang kedua orang tua Renata, yang telah berjanji akan menikahkan putranya dengan putri semata wayang sahabatnya itu. “Kasihan Renata, Satya! Jangan buat ia menunggu lama. Kamu sudah berumur, tidak enak menjadi pembicaraan tetangga.” Bu Marsih mendekat sembari memegang tangannya. Namun, Satya yang keras kepala tetap tak mau mendengar ibunya. “Bu, tolong! Jangan pernah ungkit masalah ini, kalau Ibu terus memaksa, Satya jadi enggak betah berada di rumah,” pinta Satya dengan lirih. Renata yang sedari tadi berada di balik pintu kamar mendengar pembicaraan mereka, tiba-tiba masuk dan menyela pembicaraan. “Mas Satya enggak perlu khawatir tentang saya.” “Lihat itu, Bu! Ia enggak ada sopan-sopannya main menyelonong masuk ke kamar!” seru Satya sembari menunjuk wajah Renata. Satya pun segera ke luar, ia memang menentang pernikahan perjodohan ini. Terlebih setelah kejadian kecelakaan yang menimpa sang gadis. Bahkan dalam tidur, ia sering bermimpi bertemu dengannya. Ia merasa bersalah dan percaya bahwa yang hadir dalam mimpinya adalah arwah sang gadis cantik, yang jiwanya tak tenang, meninggal karena kecelakaan. Lambat laun lima tahun berjalan, mimpi itu terus berlanjut hingga membuatnya jatuh cinta. Dia tak tahu kapan mimpi itu akan datang, tetapi dia selalu berdoa dan berharap, gadis yang tak ia kenal namanya akan datang menemuinya. Semua itu hanya dia yang tahu, bahwa dirinya mencintai seorang gadis dari alam lain.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

My Secret Little Wife

read
98.6K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.5K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.1K
bc

Suami untuk Dokter Mama

read
18.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook