bc

Serendipity

book_age16+
846
FOLLOW
3.7K
READ
sex
family
drama
sweet
heavy
realistic earth
gorgeous
like
intro-logo
Blurb

Perjodohan di jaman sekarang mungkin bisa menjadi momok yang begitu menakutkan bagi anak-anak jaman sekarang. Seperti Zoya, seorang gadis yang baru menginjak angka 22 tahun itu terpaksa harus menerima perjodohan yang dilakukan oleh orangtuanya.

Kira-kira, bagaimana kehidupan seorang Ileana Zoya Raveena setelah menikah ya?

chap-preview
Free preview
1. Pray For Me
 before you came into my life everything was black and white — MNEK —   "Persetan sama pernikahan! Aku nggak mau, ini hidup aku! Bukan hidup kalian, aku masih bisa nentuin masa depan aku Ma, Pa!" "Masa depan apa yang kamu mau tentuin? Main di bar? Minum-minuman nggak jelas? Jangan kira Papa nggak tau kamu sering check in hotel sana-sini sama teman-teman kamu, kalau kolega Papa sampai tau, kita harus gimana? Kamu mau jadi gelandangan? Kamu kerja aja nggak becus, Gan. Manja." Emosi seorang Radit Aldari Dirgantara tersulut saat Damar — Papanya — berkata demikian, seolah-olah apa yang selama ini ia lakukan hanya menghambur-hamburkan uang Damar saja. Memang benar, sih, tapi setidaknya Damar tidak perlu mengatakan terang-terangan begitu di depan Dirgan, bagaimana pun juga Dirgan masih punya hak tentang harta Damar. Ya, setidaknya begitu isi otak Dirgan. "Terus karena itu Papa mau seenaknya jodohin aku?" "Supaya impas. Kamu selama ini seenaknya pergunain uang Papa buat hal nggak jelas, sekarang Papa mau kamu menikah, sesuai dengan pilihan Papa!" "Ma?" tegur Dirgan kepada Dahlia yang sedari tadi tidak mau menatapnya, merasa jijik dengan kelakuan anaknya yang selama ini tidak ia duga. Dahlia ternyata terlalu percaya dengan Dirgan selama ini. "Mama udah nggak bisa ngomong apa-apa. Mama sudah terlanjur kecewa sama kamu, Gan. Mama nggak tau lagi bakal gimana sama kamu kalau kamu nggak mau turutin apa perkataan Papa barusan." Dingin. Seperti sebuah pedang es yang langsung menembus jantung Dirgan saat mendengar suara Ibunya. Memang sih, kesalahan Dirgan fatal sekali kemarin. Dengan keadaan setengah sadar, kemeja yang sudah berantakan ditambah dengan aroma alkohol yang menguar dari tubuh laki-laki itu, ia berjalan gontai dengan dirangkul oleh teman perempuannya yang berpakaian serba minim. Damar yang hendak check in bersama beberapa rekan kerjanya terkejut saat melihat anak tunggalnya dalam keadaan seperti itu, dengan membiarkan rekan kerjanya masuk ke kamar hotel terlebih dahulu, Damar langsung berjalan cepat menuju anaknya — menyeretnya tanpa ampun agar ia segera masuk ke dalam mobil, Damar memutuskan ia kembali ke Jakarta malam itu juga dan mengabaikan urusan kantornya sejenak. Karena bagaimana pun juga masa depannya bukan hanya perusahaan yang sedang ia bangun saja, Dirgan adalah masa depannya juga masa depan istrinya yang paling penting. Silahkan katakan Damar terlambat dalam menyiapkan Dirgan untuk menempati posisinya kelak saking sibuknya ia membangun perusahaan sejak Damar kecil, semua itu tidak jauh-jauh dari keinginan Damar yang tidak mau anaknya hidup susah. Pernikahan yang Damar dan Dahlia rencanakan adalah satu-satunya cara yang mereka anggap paling bisa mengontrol Dirgan yang selama ini tidak terbebani dengan tanggungjawab sekecil apapun, Dirgan sudah terlalu membuang-buang waktunya selama dua puluh tiga tahun hidupnya. Dirgan mengepalkan tangannya kuat-kuat, nyaris menendang guci besar yang berada di dekatnya jika ia tidak bisa mengendalikan tubuhnya. Matanya memandang lekat Damar yang juga balik menatapnya. "Kalau itu yang Mama mau, aku bisa apa?" Damar sempat hampir menghela napasnya lega jika Dirgan tidak langsung melanjutkan apa perkataannya barusan. "Semoga Papa nggak salah pilih siapa yang bakal Papa nikahin sama aku, Papa tau aku gimana. Aku paling nggak suka dipaksa. Selamat malam." ×   "Menikah?! Ma, Pa, aku bahkan masih kuliah, belum diwisuda, aku belum kerja, aku belum sempat nikmatin masa-masa sendiri aku karena sibuk dengan tugas-tugas dan sekarang kalian mau aku menikah muda?!" Kerusuhan yang sama juga terjadi di keluarga lainnya. Anak gadis mereka meronta dengan keras tentang pernikahan yang orangtuanya bicarakan barusan selepas makan malam. "Zoya, tenang dulu. Kita bicarain ini pelan-pelan. Lagian kamu bisa kok kalau mau kerja setelah menikah 'kan? Jangan anggap pernikahan itu membatasi pergaulan kamu, Sayang. Itu nggak benar, sama sekali nggak benar." Zoya alias Ileana Zoya Raveena mendengus, kakinya menghentak kesal penuh protes, tanda bahwa ia tidak terima dengan keputusan sepihak ini. "Kalian nggak kasih kesempatan aku buat menentukan masa depan aku?" "Memangnya kamu punya pacar? Kamu selama ini cuman belajar aja, sekalinya punya pacar kamu cuman dimanfaatin, Papa nggak terima ya anak cewek Papa digituin." Benar sih apa kata Basari barusan, Zoya memang tidak pernah menemukan tambatan hati yang pas. Selalu saja berujung dengan Zoya yang mengalami patah hati berlebih di belakang hari. Pengalaman terburuk yang pernah ia alami adalah pelecehan yang sempat ia terima dari kekasihnya, hal itu berhasil membuat Zoya ketakutan setengah mati saat bertemu dengan seorang lelaki, bahkan dengan Basari sekalipun. Sejak saat itu Basari dengan tekad sepenuh hati bahwa ia tidak akan membiarkan Zoya sendirian, di mana ada Zoya di sana harus ada Mamanya atau Basari sendiri kalau bisa. Dan, keputusan Basari ini sudah matang. Ia kenal betul dengan Damar, rekan kerjanya yang entah sudah berapa puluh tahun menjadi kerabat dekatnya. Damar adalah pribadi yang keras dan disiplin oleh sebab itu Basari yakin betul dengan didikan Damar dan ia menaruh harapan besar dengan anak Damar yang usianya hanya terpaut dua tahun di atas Zoya. "Tapi, Pa, apa ini nggak terlalu mendadak?" Dengan pandangan memelas ia menatap Basari, lalu pandangannya beralih ke Denia. "Ma? Mama rela aku menikah? Aku nggak bakal tinggal sama Mama lagi setelah itu." Denia berjalan mendekati putrinya, menyisir rambut panjang Zoya dengan jemari lentiknya. "Mama rela kok selama itu baik buat kamu. Mama 'kan bisa main-main ke rumah kamu? Kamu nggak perlu khawatir soal Mama, Zoy." "Tapi aku takut." "Takut apa lagi?" "Aku nggak tau siapa yang bakal kalian pilih buat aku. Aku nggak tau dia bisa terima kekurangan aku apa nggak, aku juga nggak tau apa dia setuju sama pernikahan ini atau nggak karena Papa tadi sendiri bilang bahwa usia kita nggak jauh beda, memangnya dia juga nggak punya pacar? Apa kalian yakin kalau aku bakal bahagia sama dia?" Basari ikut mendekat ke putri semata wayangnya itu, tangannya menepuk dengkul Zoya sebagai tanda menguatkan untuk anaknya. "Kamu bisa temuin jawaban dari semua pertanyaan kamu itu secepatnya." "PA? SERIUS?"   TBC.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.6K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
206.2K
bc

My Secret Little Wife

read
98.7K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.6K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.7K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.5K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook