Sam’s Point of View
Waktu berlaru begitu cepat, siang dan malam harus dilewati tanpa jeda. Semua kebutuhan dalam menjalakan misi itu dilakukan di camp. Mereka, manusia yang punya tujuan sama, menyatukan bumi, itu sangat keren. Setelah penemuan cryptex itu, aku memutuskan untuk berbaur dengan semua orang di sini. Tapi sebelum aku mengawali obrolan, aku menggunakan dua hari penuh untuk membaca, melihat situasi dan kebiasaan tiap orang yang ada.
Tiap pagi mereka melakukan olahraga di gym camp. Joy, Paula, Victor, dan semua teknisi di bidang pembuatan pesawat. Mereka memiliki otot tubuh dan otak yang sangat terlatih. Setelah gym mereka baru akan mandi dan sarapan di kantin. Berbeda dengan tim yang meneliti lapsoina, mereka baru bangun setelah jam makan pagi dan membawa makanan mereka ke laboraturium karena tidak tidur semalaman. Sedangkan tim yang memantau titik gesekan elektron atau portal, mereka bahkan tidak pernah makan di kantin atau membawa makanan dari sana, karena mereka bekerja remote dari pedalaman Iedhla hahaha.
Sebagian besar antara mereka baru akan berpisah dengan kelompoknya saat makan siang. Beberapa yang sedang melaksanakan program diet tidak akan menggunakan waktu makan siangnya untuk ke kantin, mereka lebih memilih duduk di cafétaria sambil berbincang satu sama lain dan minum minuman kesukaan mereka (sebagian besar hanya meminum infused water, juice, atau diet tea). Menurutku cafétaria di camp ini tidak terlalu buruk. Hampir setengah dari minuman di sini berbahan dasar s**u, itu alasan pastinya. Karena tim dalam misi ini terdiri dari perwakilan semua bumi bagian, kalian akan merasakan dunia dengan versi sangat sempit. Kalian akan melihat kebiasaan berbeda dari setiap orang. Seperti Roni, dalam dua hari ini aku melihatnya memilih untuk menggunakan finding machine untuk meminum sebotol minuman dingin dan menggunakan jasa robot-chef untuk sepiring sandwich. Aku tebak ia berasal dari Bogola. Ia seperti orang gila teknologi, semua kebiasaannya seperti berkata “aku seorang Bogolian”.
Tidak hanya Roni. Mina, wanita dari tim laboratorium yang tidak pernah memakan atau meminum produk hewani selama dua hari ini. Awalnya ku tebak ia dari Iedhla, karna ia pecinta sayuran. Ternyata setelah mem-publish hasil tebakanku pada Zlo ia bilang Mina justru berasal dari Ifralert atau surganya pecinta s**u (Apalagi milik keluarga orlan sangat enak) dan hewan-hewan potong berkualitas tinggi. Mina menjadi vegan karena ia pernah melihat langsung proses pemotongan hewan di sana alias hatinya terlalu lembut untuk itu.
Sebenarnya masih banyak lagi yang ku ketahui, termasuk Paula yang masi menggunakan kalung berliannya saat gym dan sebagainya. Untuk menghafal itu semua aku menggunakan cara terbaikku dalam mempelajari sesuatu, yaitu dengan menuliskannya di buku kecil yang digantung di leherku layaknya sebuah kalung. Aku juga punya spot favorit. Ya, di lantai dua tempat ini, dimana kau bisa melihat semua aktivitas yang ada di sini. Aku juga memerlukan alat bantu seperti teropong untuk melihat wajah mereka dengan jelas. Ohya, saat ini aku sedang melakukannya, ini ujung di hari keduaku. Sebenarnya aku sudah mau mengakhirnya beberapa menit yang lalu, tapia da satu orang yang polanya tiba-tiba berubah. Biasanya ia sedang meninjau laboratorium pada jam ini, aku terus mencarinya melalui alat bantu ini.
“Sam apa kau sedang memata-matai?”
Asataga, seseorang menepukku. Siapa yang tidak sedang di pusat kegiatan di jam senggang seperti ini?
Ah, wanita itu. Yang polanya berubah.
“Hai Kare, apa, apa yang sedang kau lakukan?”
“Harusnya aku yang bertanya padamu, sudah dua hari kau ada di atas sini. Apa yang kau lakukan?” Tanya Kare dengan intonasi yang datar tapi tetap mengintimidasi
Sial, aku tidak sadar kalau ternyata ia sadar dan bahkan memperhatikanku balik.
“Hmm aku hanya..” Aku masih mencoba mencari kata yang pas untuk menjelaskannya.
Sebelum aku menemukan kata itu, Kare sudah mengambil buku yang ku kalungi. Isinya semua informasi tentang orang yang ada di sini. Ia membukanya satu persatu, tidak sampai akhir. Bahkan ia melempar buku yang masih menggantung di leherku itu dengan pelan. Kenapa?
“Kau sangat ahli dalam membuang-buang waktu” Ucapnya dan langsung melipat tanggannya dan mengalihakan seluruh badannya menghadap kaca dengan pemandangan pusat kegiatan.
“Aku hanya menghabiskan waktu senggangku untuk mengenal mereka” Aku harus membela diri.
Ia hanya terdiam, aku tak tau apa akhirnya ia mengerti apa maksudku atau ia menyerah denganku.
“Kau tau Sam, Sitma sedang melakukan sesi hipnoterapi untuk membuka ingatannya kembali”
Kenapa Kare tertarik pada pembahasan ini? Setahuku selama ini ia tidak mau tahu dan hanya membahas sesuatu yang berhubungan dengan misi ini.
“Aku sudah melupakannya” Ucapku, aku tau aku belum yakin dengan itu.
“Hanya beberapa ingatan yang hilang. Selama ini ia tidak hilang ingatan sepenuhnya” Kare menjelaskan tanpa wajah yang menghadap lawan bicaranya, aku.
Jika benar begitu, selama ini berarti ia masih mengingat semua yang berhubungan denganku? Tidak, tidak, jika ia tidak hilang ingatan, bagaimana aku bisa melakukannya, melupakannya.
“Kau akan sulit melupakannya” Wanita itu berkata seperti ia bisa membaca isi pikiranku. Apakah aku punya jawaban sementara untuk meyakinkan Kare kalau aku sudah melupakan Sitma?
“Aku sudah memilih Paula, tenang saja.” Setelah membahas Paula, namanya keluar lagi.
Kare tersenyum sinis dan berkata “Jika kau menyukainya dari pengamatan dua harimu, dan jika itu karna bentuk tubuh dan wajahnya, percayalah minggu depan kau sudah akan berhenti menyukainya” Wanita itu sangat hebat dalam memperkirakan sesuatu.
Author’s Point of View
Semalaman Sitma menyalahkan dirinya sendiri, kenapa ingatan itu harus terkunci saat ia sangat membutuhkannya untuk kembali dipercaya. Di sisi lain ini memang bukan hal yang mudah, harus mengingat sesuatu yang katanya sangat buruk. Pagi Sitma diselimuti dengan kegelisahan, ia sangat menantikan sesi terapi dengan dr. Goew. Setidaknya ini adalah cara paling meyakinkan untuk mendapat ingatan itu kembali.
Sejak pagi, jika ada kesempatan Sitma selalu bertanya pada penjaga yang sedang melakukan penjagaan apakah ada pesan dari Zlo untuknya. Ia ingat betul kalau dr. Goew bilang bahwa sesi selanjutnya akan dilaksanakan besok yang berarti hari ini. Hari-harinya terjaga, ia bahkan tidak berbaring sampai sore untuk menunggu kabar dr. Goew telah datang.
Karena rasa lelah tidak dapat berbohong, akhirnya Sitma tertidur hingga langit mulai gelap. Tepat saat waktu makan malam, seorang penjaga menghampirinya. Sitma kira penjaga itu akan mengabarinya bahwa sesi hipnoterapi akan dimulai sampai ia langsung bangkit dari kasurnya saat penjaga itu masih 5 meter untuk sampai di depan sel, ternyata penjaga itu hanya memberi makan malam untuknya. Dengan rasa kecewa Sitma tetap memakan makanan itu. Baginya, jika psikiater itu tidak datang lagi, berarti Zlo sudah memutuskan sesuatu yang bukan berasal dari kebenaran.
Tidak lama, saat Sitma baru menghabiskan setengahnya, penjaga itu datang lagi. Kali ini Sitma sudah tidak bersemangat karena lelah menunggu.
“Oh ya aku lupa, setelah kau selesai makan, kau harus ke ruangan yang kemarin lagi”
Pesan penjaga itu membuat suapan Sitma semakin cepat, akhirnya sesi itu berlanjut. Kepercayaan 40% Sam ternyata belum selesai.
----
“Halo Sitma, kita bertemu lagi” dr. Goew menyambut Sitma. Kali ini ia membawa tas cukup besar entah isinya apa.
“Aku telah menunggumu, seharian” Sitma menjawabnya dengan keluhan.
dr. Goew hanya tersenyum, ia mengeluarkan isi tas itu, di dalamnya ada sebuah amplop yang berisi foto cukup banyak.
“Apa kau sudah siap?” Tanya dr. Goew. Tanpa menunggu aba-aba Sitma langsung melakukan posisi ternyamannya, bahkan ia sudah menutup matanya sebelum disuruh.
“Sitma, dengarkan aku baik-baik. Kali ini kau harus rileks dan menyelam sangat dalam. Aku juga yakin keinginanmu untuk mendapat ingatanmu kembali sangat besar. Di mana kau sekarang?” Tanya dr. Goew. Ia mengeluarkan melihat isi foto itu. Itu adalah foto anggota keluarga Sitma. Alasan dr. Goew datang terlambat untuk sesi ini selain agar tekad Sitma semakin besar juga ia menunggu Zlo menemukan foto keluarga Sitma lengkap.
“Di tempat seperti kemarin, bolehkah aku langsung menuju pintu itu?”
“Kau boleh ke depan pintu itu, tapi jangan membukanya sampai aku beri peringatan”
Sitma mengikuti aturan yang diberikan dr. Goew, ia melangkah menuju pintu yang belum bisa ia buka kemarin.
“Jika kau sudah sampai di depannya anggukkan kepala mu”
Sitma menjawab dengan menganggukkan kepalanya.
“Sitma sekarang dengarkan aku, di depanmu saat ini ada seorang anak perempuan berumur 6 tahun, anak itu bermata kecil dengan rambut jatuh lurus berwarna hitam. Apa kau mengenalnya?” tanya dr. Goew sambil mendeskripsikan anak yang ada di dalam foto yang ia pegang.
“Aku tidak tau dia siapa tapi aku merasa sangat sedih” Sitma menjawab dengan air matanya yang mulai berjatuhan.
“Anak itu mempunyai tanda titik hitam di bawah bibirnya, beberapa gigi depannya belum tumbuh”
Sitma tidak menjawab apapun sambil terus menangis.
“Sekarang minta anak itu untuk membuka pintu yang terkunci”
“Tolong bantu aku..” Sitma merintih pada anak yang ia tidak dapat menemukan siapa dia sebenarnya.
Anak yang rambutnya dikepang dua itu memegang tangan Sitma dan menjawab
“Baik kak” Saat anak itu berbicara, perasaan Sitma jadi berubah, ia kaget, sedih, Bahagia, semuanya campur aduk. Akhirnya ia menyadari bahwa yang ia lihat dari tadi adalah adiknya yang sudah meninggal. Ia memeluk adiknya dengan erat, tidak mau sedikitpun melepaskannya.
“Kau harus semakin kuat kak, ayo aku antar kedalam” Wanita kecil itu menghapus air mata Sitma,
Pintu yang terkunci itu perlahan terbuka, satu kenangan yang sangat ingin Sitma lupakan dan ingat kembali pada akhirnya terbuka. Kenangan itu adalah saat adiknya disandera dan dibunuh di depan matanya sendiri.
Kejadian itu terjadi saat usia Sitma masih 10 tahun. Saat keluarganya dijadikan b***k. Adiknya, Amara adalah orang pertama di keluarganya yang dibunuh oleh orang itu. Dibunuhnya Amara adalah trauma besar bagi Sitma yang membuatnya melupakan adiknya hingga ia dewasa. Setiap kali ada yang bertanya mengenai keberadaan adiknya, Sitma selalu mengatakan bahwa ia tidak pernah punya adik dan merasa bahwa dirinya adalah anak tunggal. Saat orang tuanya meninggal, dibunuh juga oleh orang-orang itu, Sitma sudah cukup dewasa dan tidak mengalami trauma, hanya kesedihan dan ketidak berdayaan.
Di dalam memori itu, ia melihat dua pria dewasa yang memberi perintah pasukannya untuk membunuh Amara. Ia mendekati kedua pria itu, semakin dekat semakin kabur proyeksi pria yang satunya. Sitma masih belum mengerti siapa yang benar-benar dalang dibalik kematian adiknya, yang bahkan membuat trauma dalam sampai ia terus mengikuti perintah orang itu, orang yang ia tidak ketahui.
Sitma terus memperhatikan pria yang belum hilang proyeksinya, meyakinkan dan menangis dengan sisa tenanga yang ia miliki. Setelah tangisannya pecah untuk kesekian kalinya, Sitma memutuskan untuk keluar dari ruang itu dan menutup pintunya.
“Kak Sitma, jangan menangis. Kau boleh melupakanku asal kau tetap hidup dengan baik”
Tangan mungil amara menggenggam erat tangan Sitma, seolah ia merasa tangisan Sitma itu disebabkan olehnya.
“Amara, maafkan aku..” Sitma memeluk adikknya itu. Ia memutuskan untuk tidak mengunci ingatan itu.
Amara perlahan hilang dari pelukan Sitma, dr. Goew membangunkan Sitma yang sudah sembab matanya. dr. Goew hanya menunduk, ikut merasakan kesedihan yang Sitma hadapi sambil menunggu Sitma menceritakan semuanya dengan sendirinya.
“Anak itu, dia adikku Amara yang sudah aku lupakan hanya untuk menutupi kesedihanku” Sitma mengatakannya tertatih sampai suaranya habis karena menangis.
dr. Goew mengangguk dan mulai menatap Sitma, seperti sudah siap untuk mendengar semua ceritanya.
“Dalam ingatan itu, aku melihat Mr. Anaro, dan satu pria lagi, tapi aku tidak bisa melihat wajahnya dengan jelas” Sitma menjelaskannya
“Jadi Mr. Anaro yang telah menjadikanmu seperti ini?” Tanya dr. Goew.
Sitma adalah seorang mata-mata yang bahkan tidak tau untuk siapa ia bekerja. Pasca teraumanya terungkap, otak Sitma seperti telah dicuci dan dicekoki hal-hal lain dan ancaman yang membuat Sitma tunduk dan menuruti semua perintah adalah ancaman mereka yang akan membunuh orang tuanya. Saat ia kembali memata-matai Sam di Yugyert dan tidak berhasil mendapatkan informasi yang penting, orang tuanya dibunuh. Maka dari itu Sitma sempat menyetujui saat dirinya dijadikan umpan “penangkapan” Sam. Namun akhirnya ia berubah pikiran karena ia merasa egois jika ia melindungi hidupnya saat orang tuanya bahkan mati dibunuh oleh kelompok itu.
Untuk pertanyaan dr. Goew yang terakhir, Sitma mengangguk karna memang Mr. Anaro adalah orang yang ia lihat dengan jelas saat kejadian pembunuhan adiknya. Kini sudah terungkap, Mr. Anaro adalah salah satu orang dibalik tindakan Sitma. Bahkan Zlo bisa membuktikan kegiatan p********n yang dilakukan Mr.Anaro dengan menjadikan Sitma saksi.