XV LOCKED MEMORY

1469 Words
Author’s Point of View Padatnya kegiatan yang dilalui, membuat mereka melupakan Sitma si mata-mata. Hal ini cukup baik yang artinya satu masalah telah diselesaikan oleh waktu. Tapi mereka yang dimaksud adalah Sam dan Kare. Zlo, satu-satunya orang yang masih penasaran semua tentang Sitma. Apalagi Zlo melihat keanehan Sitma di depan matanya sendiri. Apa sebenarnya tujuan wanita ini? Atas rasa penasarannya, Zlo tidak berhenti untuk mengawasi Sitma. Wanita itu sudah siuman dan masih bertingkah seperti orang hilang ingatan saat ditanya mengenai sesuatu secara detail.  Hari ini Zlo mengirim dr. Goew, seorang psikiater juga hypnotherapist untuk membantunya mengetahui lebih dalam siapa Sitma sebenarnya. Zlo juga sudah banyak cerita mengenai Sitma pada dr. Goew, termasuk saat ia tiba-tiba kejang dan kehilangan semua ingatannya. Menurut analisis sementara dr. Goew, Sitma saat itu terkena serangan panik karena adanya trauma dan membuatnya kejang dan pingsan. Sedangkan mengenai hilang ingatan, kemungkinan ia mengalami amnesia disosiatif. Kembali lagi, semua kemungkinan berhubungan dengan trauma masa lalunya. Jawaban dari dr. Goew belum bisa dijadikan jawaban pasti karna penilaian yang hanya diambil dari sudut pandang yang bukan penderita. Ia tetap harus memeriksa Sitma sendiri untuk menentukan apakah itu tepat atau meleset. Zlo menitipkan semuanya oleh dr. Goew, ia tidak bisa melihat reaksi atau jawaban Sitma secara langsung karena dr.Goew tidak menganjurkan untuk itu. Setelah menghabiskan morning coffee sambil membahas Sitma, mereka akhirnya berpisah. Zlo dapat melihat hasil diaknosis dr. Goew saat sesinya sudah selesai. Zlo juga dapat menonton video sesi itu secara penuh nanti. Sitma di dalam ruang tahanan terlihat sedikit lusuh, tatapannya kosong, di depannya sudah ada nampan makan pagi yang belum tersentuh. Ia dipanggil penjaga ruang tahanan untuk dibawa ke ruangan yang sudah disiapkan Zlo untuk dr. Goew melakukan sesinya. Sitma menuruti penjaga itu seolah pasrah dengan apapun yang terjadi. dr. Goew sudah menunggu di dalam. Sitma masuk kedalam ruangan serba putih. Hanya ada satu lampu berdiri, dua kursi dan meja bulat untuk menyimpan barang-barang dr, Goew.  “Selamat datang nyonya Sitma,” dr. Goew menyambut Sitma hangat. Wanita itu tidak membalas apapun dan langsung menduduki kursi kosong yang tersisa.             “Bagaimana kabarmu?”  tanya dokter itu sambil melipat kakinya, menyatukan dua telapak tangan membentu kepalan, senyum tanpa terlihat gigi, dan mata yang memandang ceria Sitma.             “Baik” Sitma memberikan jawaban. Tanpa ekspresi dan hanya satu kata.             “Syukurlah jika kau dalam keadaan baik.”             “Apakah kau seorang psikolog?” Sitma dengan cepat seperti orang yang memiliki ketertarikan dalam suatu hal. Reaksi cepat Sitma ini cukup mengejutkan dr. Goew, ia cukup bingung dengan perubahan sikap Sitma yang berubah secepat cahaya.             “Hmm kau mengetahuinya” Kata lain dari “iya kau benar”. Setelah mendengar jawaban dari dr. Goew, mata Sitma melebar, seperti menemukan sesuatu yang ia cari selama ini. Entah apa yang membuat Sitma begitu tertarik dengan keberadaan dr. Goew. Ia sampai memperhatikan semuanya, termasuk name tag yang pria itu gunakan.             “dr. Goew” Sitma memanggilnya. “Ya?” Dengan tanggapan yang sangat tenang, walaupun reaksi ini tidak diprediksikan dr. Goew, ia dengan cekatan menjawab panggilan Sitma itu.             “Apakah selama ini kau menunggu ku?” dr. Goew memegang tabletnya untuk membaca sesuatu, tidak lain informasi detail tentang Sitma. Satu per satu air mata Sitma menetes dengan tatapan kosongnya, hingga saat ia sadar dr. Goew sudah tidak dalam tabnya, melainkan melihat wajahnya langsung, Sitma menundukkan kepalanya. Ia mengusap air matanya yang masih bercucuran. Kepalanya masih belum bisa bangkit dari tunduknya.             “Sitma, apa yang terjadi? Apa kau baik saja?” Sitma mengangguk dan mulai menaikkan kepalanya sedikit demi sedikit. Semua air mata di wajahnya ia usap sampai kering.             “Aku.. aku tidak bisa mengingatnya. Semua yang Zlo ingin ketahui.. aku tidak bisa.. aku tidak tahu kenapa.. tolong aku..” Sitma mengeluarkan isi kepalanya selama ini. Ia rasa seorang yang mengerti psikologis dapat menjadi malaikat yang akan membantunya untuk itu. Sebenarnya, bagi dr. Goew ini hal ini sangat tidak ia duga sebelumnya. Ditambah dengan cerita Zlo yang mengatakan Sitma bersifat denial dan tidak mau bekerja sama. Tapi karena Sitma yang punya keinginan untuk membuka itu, dr. Goew rasa proses membantunya dalam mengingat hal itu akan menjadi lebih mudah.             “Baiklah, apakah kau berjanji untuk mau membuka dirimu? Kita bisa mencari jawabannya bersama jika kau mau” terang dr. Goew. Sitma hanya mengangguk, air matanya masih menetes walai tidak pada kuantitas sebanyak tadi.             “Sitma, aku akan menggunakan metode hypnosis untuk mengetahui jawaban itu, apa kau tidak keberatan untuk itu? Nanti aka nada beberapa masa lalu baik itu sesuatu yang membuatmu bahagia atau luka lama yang telah kau kubur, keduanya akan muncul. Bagaimana?”             “Lakukan itu, aku akan menerima konsekuensinya” dr. Goew langsung memencet tab nya yang membuat sandaran kursi Sitma mundur, sehingga posisinya hampir seperti kursi pantai.             “Sekarang coba untuk lebih rileks, bersandar lah, lihat jarum panjang untuk detik di jam ini” Pria itu memperlihatkan sebuah jam berbentuk bulat, seukuran kompas, berwarna keemasan. Sitma benar memperhatikannya.             “Pejamkan mata, atur nafas dan buat semuanya menjadi ringan” dr. Goew mencoba untuk membuat Sitma masuk ke alam bawah sadarnya.             “Sitma di mana kau sekarang? Apa yang kau lihat?”             “Sebuah lorong, dengan banyak pintu”             “Setiap pintu yang kau masuki adalah potongan ingatanmu, semakin jauh pintunya dari darimu, semakin lampau ingatan itu. Coba pikirkan tentang tujuanmu memata-matai Sam dan buka satu pintu paling dekat” Sitma yang berada di dalam lorong terang, ia sedikit demi sedikit melangkahkan kakinya, membuka salah satu pintu didekatnya. Ia melihat dirinya dan Zlo, saat ia mencoba menjelaskan semuanya tapi tiba-tiba kepalanya sakit. Sitma memutuskan keluar dari pintu itu dan menutupnya.             “Ah, aku melihat diriku dan Zlo, saat aku tidak bisa menjawab pertanyaan itu” ucap Sitma yang terlihat cukup kesakitan.             “Ini baru awal Sitma, apakah sanggup melanjutkannya?”             “Ya, tolong, aku masih bisa melakukannya” Sitma memaksa, keadaan menjadi berbalik. Bukan dr. Goew yang memaksa Sitma untuk mengingat sesuatu yang hilang itu, namun secara mandiri Sitma memang memiliki tujuan yang sama.             “Oke, sekarang tetap pikirkan pertanyaan itu, mungkin sekarang kau bisa membuka pintu di sebelahnya” Sitma mengikuti panduan dr. Goew, ia membuka pintu sebelahnya, ia melihat sesuatu yang tidak asing baginya.             “Aku melihat seorang pria parubaya, ia tidak melihat ke arahku.”             “Apa yang pria itu katakan?”             “Kau tidak punya pilihan, itu yang ia katakan.”             “Sitma, pria itu bisa jadi orang yang menyuruhmu sampai di sini, coba kau buka pintu selanjutnya.” Sitma berpindah pada pintu berikutnya. Ia mencoba membuka pintu itu namun tidak bisa.             “Pintu ini terkunci”             “Terus pikirkan untuk membukanya Sitma, itu adalah ingatanmu yang kau block selama ini. Pintu itu tidak akan pernah terbuka jika bukan kau yang membukanya. Ketakutanmu, itulah yang membuatnya tidak bisa terbuka. Hilangkan ketakutanmu.” Sitma berusaha sekuat tenaga, sekujur tubuhnya mengeluartkan keringat, terlebih di daerah kening, keringat sebesar biji jangung itu membentuk aliran sungai melewati pelipis. Sitma sangat gelisah, dr. Goew merasa Sitma belum bisa melakukannya untuk saat ini.             “Sitma cukup. Sitma! Buka matamu sekarang!” Mata Sitma langsung terbuka lebar. Ia kesulitan untuk mengatur nafasnya. dr. Goew memberikannya segelas air putih yang langsung dihabiskan wanita itu.             “Ayo kita melakukannya sekali lagi” Sitma masih belum puas dengan hasil temuan saat ini, ia belum mendapat jawaban intinya. Kenapa ia melakukan tindakan memata-matai? Siapa yang menyuruhnya? Yang ia tau anggota keluarganya telah terbunuh, dan ia melakukan itu untuk hidup.             “Tidak bisa, setidaknya besok baru bisa kita lakukan ini lagi” dr. Goew memberi tahu pilihan terbaik. Sitma hanya menunduk menunjukkan rasa kesal dan kecewanya pada dirinya sendiri, kenapa ia tidak bisa mengingatnya. Semakin dektat dirinya pada ingatan itu semakin bimbang rasanya. Jika akhirnya ia menemukan ingatan itu, ia bisa menyelesaikan masalahnya dengan Zlo bahkan Sam dan semua orang di tempat itu. Namun jika ia mengingatnya kembali, ia takut, karna ingatan itu pasti sesuatu yang mengerikan baginya sampai ia mengunci ingatan itu. dr. Goew meninggalkan Sitma di dalam ruangan itu dengan pesan bahwa Sitma harus beristirhat setelah ini. Melakukan pencarian ingatan di masa lalu apalagi ingatan buruk, bukanlah hal yang mudah. Zlo yang sudah menunggu di lorong dimana dr. Goew akan lewat untuk pulang, memberhentikan langkah dr. Goew, menanyakan hasilnya.             “Ingatan itu terkunci kuat di dalam pikirannya, mungkin kejadian itu sangat buruk hingga seperti ini. Maaf Zlo, tapi aku tidak bisa mendapatkannya dalam satu hari” dr. Goew menjelaskan hasil sesi tadi. Zlo terlihat cukup kecewa dengan itu, tapi ia tidak punya pilihan lain selain melalui dr. Goew. “Butuh berapa lama untuk mendapatkannya” Tanya Zlo “Besok aku sudah membuat janji pertemuan dengan Sitma, wanita itu sangat kooperatif, ia benar-benar kehilangan ingatannya dan mau mencarinya. Sudah dulu ya Zlo, besok aku akan kembali pukul 3 siang. Untuk hasil hari ini video dan analisisnya kan ku kirimkan ke mail mu” dr. Goew menyelesaikan pembicaraan mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD