Sam's Point of View
Kembali bekerja setelah libur 27 jam membuat energiku sedikit membaik. Ya, dengan kecepatan rotasi yang sama dan keliling bertambah sekitar 5000 Km, sekarang bumi membutuhkan waktu 27 jam dalam satu kali menghabiskan siang dan malam. Kecepatan rotasi yang sama sebenarnya cukup sulit untuk dijelaskan oleh teori-teori rotasi yang ada, misalnya pada momentum sudut. Dalam sistem yang berputar tanpa gesekan seperti halnya rotasi bumi, prinsip yang berlaku adalah sekali berputar dalam orbit tertutup, maka benda akan bergerak dengan momentum sudut tetap, kecuali ada hambatan dari luar. Selama ini, penyebab terjadinya perpecahan lempeng bumi adalah pelemahan gravitasi sekaligus adanya tarikan asing dari luar. Seharusnya hal tersebut mempengaruhi kecepatan rotasi bumi saat ini. Tapi hal itu tidak terjadi. Perubahan waktu hanya terjadi karena adanya perluasan wilayah bumi yang jelas akan memperngaruhi waktu rotasi. Apakah aku sudah terlihat pintar sekarang? Ketika kalian mengenalku lebih dalam, sepertinya kalian akan lebih terkesan.
Oh-ya, hari ini untuk menambah tenaga ada tiga jenis pil yang harus dimasukkan ke dalam saluran pencernaanku setiap kali setelah makan. Tidak begitu buruk, bahkan aku suka satu diantaranya. Pil berwarna merah dengan ukuran paling kecil ini sangat mudah untuk melewati kerongkongan berhargaku, aku menyukainya. Sedangkan 2 pil lainnya? Aku tak suka bentuk dan ukurannya. Apalagi yang berwarna kuning, mengingatkanku dengan buah yang paling aku benci, pisang. Aku membenci pisang bahkan sebelum aku mencoba untuk memakannya. Jangan tanya kenapa karena akupun tak tahu.
Aku berjalan melewati lorong-lorong sterilisasi menuju pesawat kesayanganku, semua pesawat milik perusahaan ini adalah kesayanganku. Duduk di ruangan setengah lingkaran yang terhalang cermin satu arah. Tentunya hanya aku yang dapat melihat penumpangku dan tidak sebaliknya. Terkadang aku bisa melihat bagaimana mereka tidur dengan sangat nyenyak, menguap, dan banyak hal lainya yang bahkan mereka sendiri tidak sadari. Hal yang lebih seru adalah aku dapat mengubah mode yang kuinginkan dengan sesuka hati, in case ada pemandangan yang tidak aku sukai.
“Apa kau siap, Sam?” tanya seseorang melalui alat di telingaku.
“Aku tidak pernah untuk tidak siap, hanya mungkin aku membutuhkan kacamata yang lebih gelap untuk menahan pantulan cahaya di Yugyert.” Gurauku.
Aku dan seseorang yang berbicara di telingaku, kami sudah kerja bersama selama 6 tahun. Aku sudah menggapnya seperti saudaraku sendiri walaupun dalam satu tahun mungkin kita bertemu hanya 2-3x dan itupun tidak disengaja.
Yugyert merupakan bumi bagian tiga yang di dalamnya masih mengandung banyak hasil tambang terutama berlian dan emas. Hari ini aku ditugaskan untuk mengantar istri Pemimpin Disep untuk membeli perhiasan di sana. Seperti biasa, perjalanku sangat lancar, tanpa ada hambatan.
“Huh, dua jam dua puluh sembilan menit.”
Angka yang kulihat di timecount-ku adalah rekor waktu yang cukup lebih lama dibandingkan sebelumnya. Mungkin saja memang benar bahwa semakin lama bumi semakin menjauh dari inti nya dan semakin sulit untuk dikendalikan.
Setelah dipikir-pikir, aku lebih baik memikirkan betapa lelahnya tubuh ini setelah bekerja dua jam dua puluh sembilan menit ketimbang permasalahan bumi yang berat, sangat bukan diriku. Akhirnya aku memilih untuk beristirahat di Yugyert.
Berjalan menuju penginapan alias camp para pilot. Melewati pusat atau perkotaan bagian bumi 3 sambil melihat bangunan yang atap hingga temboknya berlapis berlian dan emas memang hiburan tersendiri bagiku. Sepanjang perjalanan, Yugyert terlihat ramai, ramai orang dengan fashion uniknya dan orang yang sedang berdesas-desus entah apa yang mereka bicarakan. 200meter dari kerumununan orang, akhirnya aku menemukan jawabannya. Viola, reklame itu menjawab pertanyaanku. Reklame itu memberikan informasi bahwa beberapa waktu lalu telah terjadi “peristiwa mengayun”.
Peristiwa mengayun merupaka peristiwa dimana bumi terasa seperti terayun (naik-turun). Hal ini disebabkan oleh saling tarik menariknya gravitasi bumi dan gravitasin benda angkasa. Dulu dikenal dengan gempa bumi, namun sekarang cenderung pada gerakan horizontal dengan kuantitas dan kecepatan yang rendah. Tentunya peristiwa ini dapat dikategorikan sebagai peristiwa yang berbahaya karna dapat merusak bangunan hingga memakan korban jiwa. Bahkan pada awal peristiwa mengayun, dalam sejarah disebutkan kejadian itu menelan ribuan jiwa korban. Namun perkembangan teknologi telah membuat semua dapat dihadapi. Konstruksi bangunan yang sudah dimodifikasi dan edukasi mitigasi masyarakat membuat peristiwa ini terasa seperti guncangan ombak besar yang mengenai kapal.
“Pantas saja, hmm” ucapku sambil tersenyum.
“Maaf ada apa, Tuan?” tanya seorang wanita yang mendampingiku saat berada di Yugyert. Tunggu dulu, di mana Derek? Derek adalah seorang pria baik yang bekerja di camp pilot, ia pernah berjanji akan selalu menjemputku jika aku singgah di Yugyert.
Walaupun aku hanya seorang ‘pilot’ pekerjaanku bisa dibilang sangat dihargai saat ini, belum lagi pendaftaran yang ketat membuatku terlihat semakin keren. Tidak, aku bercanda masalah pendaftaran. Setiap pilot dipilih saat duduk di bangku sekolah atas. Bisa dibilang seleksi bahkan dilakukan sebelum kelulusan itu sendiri.
“Tidak, aku hanya kagum dengan tempat ini. Betapa mudahnya penduduk Yugyert mendapatkan banyak perhiasan. Lihatlah berlian-berlian ini, mereka semua memilikinya. Jauh dari kriminalitas dan penuh dengan kedamaian serta kemewahan.” Jawabku yang sebenarnya bukan alasanku tersenyum tadi. Astaga aku lupa menanyakan di mana Derek.
Wanita itu balik melengkungkan bibirnya. “Ini tidak seperti yang anda bayangkan, Tuan. Senyum gembira penduduk Yugyert bukan berarti kami bahagia seperti proyeksi yang anda buat.” Tegasnya.
“Maksudnya?” tanyaku heran.
“Maksud saya, bisakah anda bayangkan bahwa kami hanya memiliki berlian yang menghasilkan uang, mode, dan semua yang memenuhi kebutuhan mata. Untuk dunia seperti ini, uang tidaklah terlalu penting. Kami butuh dinding pertahanan dan militer untuk berlindung dari serangan luar. Kami juga tidak memiliki tanah yang baik untuk bercocok tanam. Lalu apakah kami dapat menjadikan berlian sebagai makanan? Kami harus mengeluarkan banyak uang untuk membeli sebuah apel, sekarton s**u, dan sebagainya. Saya rasa sekarang muncul banyak makna dari arti kaya itu sendiri. Apalagi kami tidak pernah tau kapan kekayaan (hasil tambang) kami habis.” Wanita itu menjelaskan dengan sangat bersemangat dan terlihat sangat siap jika ada pertanyaan balasan terkait pernyataannya.
“Maaf saya sudah cerita berlebihan kepada anda, tuan.” Lanjutnya.
“Oh, tidak masalah. Siapa namamu?” jawabku mengangguk, ia terlihat seperti warga asli dan beberapa kalimatnya masuk pada logikaku. Tidak lupa diimbuhi pertanyaan klise setelah topik pembicaran dua orang tidak saling kenal selesai.
“Sitma.”
“Seperti sigma dalam matematika?” gurauku.
“Ya, tapi anda harus mengganti huruf g menjadi t.” Jawabnya dengan sedikit senyuman sambil beberapa kali melihat kaca spion di dalam mobil.
“Nama yang indah, kupikir. Aku suka matematika terapan” aku berkata jujur.