"Gimana, Mir? ngalah aja ya, kamu tahu sendiri mana sanggup aku beli hape baru." Mas Heri menatapku. "Engga! Enak aja main ambil-ambil, hape itu sering dipake Nasya belajar daring," balasku dengan tegas. "Sudahlah, ambil aja sana," bisik ibu yang masih bisa kudengar. Dengan sigap Mas Heri menyambar ponselku yang sedang di cas di atas meja, sayangnya tanganku terlambat satu detik untuk meraih dan sudah keduluan sama Mas Heri. "Balikin hape aku!" teriakku penuh emosi. Tak menghiraukan teriakkanku gegas lelaki itu berlari keluar. "Beli lagi aja kenapa sih, kamu 'kan jualan tiap hari masa hape aja ga kebeli." Lelaki itu naik ke atas motor, tak dipedulikan istrinya yang menjerit memanggil di belakang. Dengan penuh emosi aku masuk ke dalam, asbak rokok yang teronggok di atas meja melayan

