bc

JEJAK DUA TAKDIR (Derita Cinta Ulma)

book_age18+
987
FOLLOW
7.6K
READ
contract marriage
BE
forced
drama
office/work place
like
intro-logo
Blurb

“Aku pikir, selama ini aku benar – benar hidup bersama bidadari tidak bersayap, tapi aku salah kamu hanyalah perempuan liar yang menyembunyikan kemunafikan mu di balik penampilan alim, Ulma” – Rifqo Miftahul Arzak.

“Jika itu yang kamu pikirkan tentang aku sekarang, aku tidak akan mengelak, jika kamu ingin melepas aku sekarang aku akan pergi tanpa harus kamu paksa, tapi setelah aku pergi apapun yang seharusnya menjadi milik kita hanya akan menjadi milik ku saja” – Ulma Sakeera.

Sebagai anak yang terlahir kembar bersama kakaknya yang bernama Alma Qorri Aina, Ulma sudah terbiasa dengan kehidupan yang tidak pernah mendapatkan keadilan. Karena sejak kecil, dia selalu menjadi tokoh yang terasingkan dan tidak di anggap, hidupnya seakan selalu dituntut benar meskipun pada akhirnya selalu di salahkan. Saat suaminya Rifqo Miftahil Arzak, yang dia nikahi setelah dia rebut dari kakaknya atas perintah ayahnya sendiri, dan dalam pernikahan mereka Rifqo menuduhnya tentang hal – hal buruk Ulma lebih memilih diam.

Namun, saat Rifqo pada akhirnya meminta dia pergi dan tanpa laki – laki itu ketahui Ulma memiliki sesuatu berharga yang seharusnya menjadi milik mereka, pada akhirnya Ulma bawa pergi dan memilih untuk merawat dan menjaganya sendiri, dia tidak akan pernah mengungkapnya dihadapan Rifqo, kecuali takdirlah yang mengungkap semuanya kepada Rifqo, itulah janji Ulma kepada dirinya sendiri.

Lalu, bagaimanakah takdir akhirnya berpihak? Pada Ulma atau Rifqo atau keduanya? Ataukah takdir tetap berikan derita pada mereka? Baca selengkapnya kisah berjudul JEJAK DUA TAKDIR (Derita Cinta Ulma) hanya di Innovel.

chap-preview
Free preview
#R – Tangis untuk Melegakan
Dalam hidupnya Ulma selalu berusaha bersembunyi dalam senyuman, dia berusaha menyembunyikan semua lukanya dari hadapan orang – orang. Namun, patah hati adalah bagian yang paling terasa menyakitkan, setelah mengalami patah hati dari cinta pertamanya yaitu ayahnya sendiri, Ulma tidak penyangka jika dia akan kembali menerima luka karena cinta dari laki – laki yang dia cintai. Ketika Ulma masih terbaring lemah karena mengalami retak tulang punggung akibat pukulan yang dilakukan ayahnya kemudian Rifqo membawanya ke rumah sakit, Alma tiba – tiba datang menyusul dan membawa kabar jika saat itu dia akan dinikahkan dengan laki – laki pilihan ayahnya. Mendengar kabar itu Ulma meminta kepada Rifqo untuk pergi menemui ayahnya, meminta laki – laki itu memperjuangkan cintanya bersama Alma, meskipun saat dia meminta Rifqo melakukan hal itu dia harus menelan kepahitannya sendiri. Setelah kepergian Rifqo dan Alma, di dalam ruang perawatannya Ulma tidak mampu menahan tangisnya lagi, gadis itu meluapkan seluruh rasa sakitnya dengan menangis. “Ibu guruuuu,” panggilan nyaring dan riang itu berhasil membuat Ulma merasa kaget sekaligus terburu – buru menghapus air mata yang sudah jatuh membasahi pipinya. Kemudian, dia langsung berusaha memperlihatkan senyumannya ketika sadar jika kakak ipar dan keponakan Rifqo sudah datang. Tabi Hasan Abdul Ghani, anak itu adalah keponakan Rifqo tepatnya adalah anak dari kakak Rifqo, ketika Rifqo tahu Ulma menjadi seorang tenaga pengajar di sekolah taman kanak – kanak yang terbilang bagus, Rifqo menyarankan agar kakaknya menyekolahkan Hasan yang saat itu akan masik sekolan taman kanak – kanak ke tempat Ulma mengajar, karena hal itulah Ulma bisa mengenal bahkan akrab dengan Risa dan Hasan. “Ibu nangis ? kenapa nangis ? siapa yang buat Ibu nangis ? coba bilang sama Hasan” ujar Hasan, sambil menatap Ulma yang saat itu masih terlihat sembab tapi dia berusaha untuk memperlihatkan senyumannya dihadapan Hasan dan Risa. Hasan yang tingginya belum lebihi tinggi ranjang tempat Ulma berbaring akhirnya naik keatas kursi agar tingginya bisa lebih sejajar dengan Ulma. Saat itu, melihat tatapan khawatir yang terlihat tulus dari Hasan, membuat Ulma tidak mampu menahan tangis karena merasa terharu sekaligus sedih tapi bibirnya tidak lepas memperlihatkan senyuman. “Ibu jangan nangis, kata Ayah kalau perempuan nangis nanti di langit malaikat juga akan marah” ujar Hasan, berhasil membuat Ulma semakin melebarkan senyumannya, karena nyatanya Hasan adalah muridnya yang sangat sweet. “Enggak, Ibu enggak kenapa – napa, Ibu bahagia aja bisa ketemu Hasan anak baik yang selalu peduli sama Ibu, makasih ya” ujar Ulma, sambil membawa tangan Hasan yang sedang menghapus air matanya ke dalam genggaman tangannya. “Hasan, boleh main dulu di sofa, Bunda mau bicara sebentar sama Ibu gurunya sayang” ujar Risa, sambil membelai kepala Hasan dengan penuh kasih sayang dan di balas anak itu dengan anggukan kepalanya. Setelah Hasan berlalu dan duduk di sofa, tidak ada yang Risa katakan saat itu, dia hanya menatap Ulma dalam diam kemudian memeluk Ulma tanpa membiarkannya terbangun. Saat itu, Risa tahu apa yang terjadi kepada Ulma, selain tentang kekerasan yang sudah di lakukan ayahnya setelah dia mendengar cerita dari Rifqo, Risa juga tahu jika saat itu Ulma sedang berusaha untuk menutupi rasa sakitnya karena sebelum sampai di kamar dia berpapasan dengan Rifqo dan Alma yang pergi bersama. “Untuk semua luka yang kamu rasakan kamu enggak masalah buat nangis Ulma, karena luka fisik dan luka batin yang kamu alami pasti enggak mudah kamu lalui, nangis aja kalau nangis bisa buat kamu merasa jauh lebih lega”  ujar Risa, sambil memeluk Ulma dan membelai kepala gadis itu dengan penuh kelembutan. Risa, memang sudah mengetahui jika Ulma menyimpan perasaan terhadap Rifqo, Ulma tidak pernah mengatakannya secara langsung kepada Risa, tapi perempuan itu bisa melihat dan merasakannya, tapi selama ini dia memilih diam dan berpura – pura tidak mengetahuinya. Karena, setelah Hasan masuk ke taman kanak – kanak tempat Ulma mengajar, Ulma dan Risa benar – benar dekat. “Aku ikhlas Kak melihat Kak Alma bahagia dengan laki – laki yang dia cintai, aku akan selalu berdoa untuk kebahagiaan mereka, salah aku yang sudah lancang mencintai calon suami Kakak ku sendiri” ujar Ulma, dengan tangisnya yang tidak lagi mampu dia sembunyikan dalam pelukan Risa. “Salah ku juga karena buat Papah marah makannya aku luka kaya gini, mungkin kehadiran ku memang gak pernah guna, seharusnya gak boleh ada siapapun yang deket sama aku, karena nanti pasti akan kena sial seperti keluarga ku” ujar Ulma, sambil melepas tangannya ketika dia sedang berpelukan dengan Risa. “Mungkin setelah ini, sebaiknya Kakak dan Hasan juga jangan deket – deket aku lagi, aku gak mau kalian kenapa – napa kaya Mamah ku, Kak” ujar Ulma, sambil berusaha menghapus air matanya. Mendengar apa yang Ulma katakan, Risa menangkup kedua belah pipi Risa, tatapan matanya yang teduh menatap secara langsung pada mata Risa yang saat itu terlihat menyembunyikan banyak luka, kekalutan dan kegelisahan. “Aku, Hasan, suami ku, dan kedua orang tua suami ku kami sudah menganggap kamu sebagai keluarga, jangan pernah bicara seperti itu lagi aku gak suka dengernya, apalagi Hasan dia pasti akan sedih kalau denger ucapan kamu barusan” ujar Risa, sambil menghapus air mata Ulma dengan penuh kelembutan. “Kamu bukan pembawa sial, kamu hanya terlahir dalam keluarga yang Allah jadikan sebagai ujian kesabaran mu, jangan pernah berkecil hati, apapun yang terjadi datanglah pada kami, padaku dan Hasan, karena kami akan selalu membuka tangan untuk memeluk kehadiran mu” ujar Risa, sambil tersenyum tapi matanya sudah terlihat berkaca – kaca. Ulma, benar – benar tidak mampu lagi membendung air matanya dihadapan Risa, nyatanya kehadiran Risa yang selalu memberikan Ulma uluran tangan tanpa perlu dia minta, memberi pelukan tanpa Ulma harus mengemis, membuat Ulma merasa sangat terharu kepada kebaikannya. “Yakinlah, ketika Allah memberikan kamu luka dari cinta mu kepada ayah mu sendiri dan kamu menerimanya dengan ikhlas maka Allah akan memberikan cinta yang lebih besar dari orang lain, ketika kamu merasakan sakitnya patah hati dari laki – laki yang kamu cintai maka Allah akan mengirimkan malaikat tanpa sayap yang nanti akan mengobati luka itu hingga kamu tidak mengalami sakit lagi” ujar Risa, sambil menghapus air mata Ulma. *** “Untuk apa kamu kembali bersama laki – laki tidak berguna ini Alma, Papah sudah bilang kalau besok kamu akan Papah kenalkan bersama keluarga calon suami mu” ujar Firman, ketika dia muncul ke ruang tamu setelah asisten rumah tangganya mengatakan jika Rifqo dan Alma sedang menunggunya. “Aku gak mau nikah sama cowo pilihan Papah, aku cuma mau nikah sama Rifqo, kalau Papah tetap maksa aku lebih baik aku gak nikah dan jadi perawan tua dari pada harus nikah sama cowo pilihan Papah itu” ujar Alma, sambil menatap ayahnya dengan tatapan penuh keseriusan, dan dalam setiap ucapannya tersirat ketegasan. “ALMA !!!” panggilan keras Firman, berhasil membuat Alma dan Rifqo sama – sama terhenyak karena kaget, dan saat itu mereka bisa melihat dengan jelas sirat kemarahan yang terpancar dari mata Firman karena mendengar ucapan putri kesayangannya. “Aku serius sama apa yang aku bilang Pah” lanjut Alma, tanpa merasa takut sedikitpun. Kemudian, tanpa di sangka Firman menghampiri Alma dan mendaratkan tamparan untuk yang kedua kalinya pada pipi Alma di hari yang sama. Saat itu Alma tidak mampu untuk menahan tangisnya lagi, dia sedih karena sosok ayah yang selama ini begitu mencintainya kini sudah dua kali memukulnya. “Pergi masuk ke kamar kamu sekarang Alma !” ujar Firman, sambil menunjuk ke lantai dua tempat dimana kamar Alma berada. “Dan kamu pergi dari sini, karena saya tidak akan pernah menerima lamaran kamu untuk Alma, dia tidak pantas bersanding dengan laki – laki tidak punya apa – apa seperti mu !” lanjut Firman, sambil menatap Rifqo dengan sorot ketajaman yang terpancar dari matanya. Alma, yang sebelumnya berniat untuk lari dan tidak mau menuruti permintaan ayahnya, seketika langsung di tarik oleh Firman menuju kamarnya, dan saat itu tidak ada yang bisa Rifqo lakukan selain diam, dia tidak punya kuasa apapun untuk menghentikan semuanya. “Alma, sebelum laki – laki pilihan ayah mu datang menikahi mu, aku pasti akan selalu berjuang untuk kebersamaan kita” ujar Rifqo, sambil menatap Alma yang sedang berjalan setengah di tarik oleh ayahnya yang saat itu masih saja terus menoleh kearah Rifqo dengan air mata yang sudah berjatuhan membasahi pipinya. 

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Tentang Cinta Kita

read
190.4K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.9K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.4K
bc

Single Man vs Single Mom

read
97.1K
bc

My Secret Little Wife

read
98.2K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook