Bertemu

1827 Words
Khansa dan Fabian atau orang tua Dalfa, Dalfi dan Raniya itu akan pergi jalan-jalan ke alun-alun kota. Karena hari itu adalah hari minggu, biasanya satu keluarga itu memang selalu pergi, hanya untuk sekedar kumpul keluarga dan bersantai. Kota yang mereka tinggali memang bukan kota besar, melainkan kota kabupaten yang masih dapat melihat sawah-sawah sepanjang jalan menuju pusat kota. Kali ini mereka memilih menghabiskan minggu paginya, dengan jalan kaki sekitar alun-alun yang cukup ramai oleh orang-orang yang melakukan kegiatan sama. Khansa dan Fabian duduk di saung di tengah-tengah taman di alun-alun kota. Pasangan suami istri itu sedang menunggu anak-anaknya, yang katanya tengah jajan di sekitar taman yang banyak sekali penjual kaki lima yang menjajakan jualannya. Banyak juga kedai-kedai yang menjual berbagai jenis makanan mulai dari bakso, ayam geprek, bubur ayam, seblak dan lain-lain. Si kembar Dalfa dan Dalfi menenteng kantong plastik berisi berbagai makanan yang di beli adiknya Raniya. keduanya sudah seperti pengawal yang menurut saja ketika adiknya meminta membawa belanjaannya. Bruuk Tiba-tiba Raniya menabrak seseorang di depannya. Karena dia hanya fokus pada ponselnya, beruntung keduanya tidak jatuh walau ponsel milik Raniya sempat terlempar ke tanah. Kemudian orang itu mengambil untuknya. "Hem..kebiasaan kamu mah Neng, fokus ke hp aja. Jadi nabrak, kan !?" celetuk Dalfa. Berbeda dengan Raniya malah terdiam melihat orang di depannya yang dia tabrak dan memberikan ponselnya. Tentu dia sangat mengenalnya. "Yah..dia bengong. Maaf, ya !?" celetuk Dalfa mewakili meminta maaf. Dan laki-laki itu hanya mengangguk, membuat Raniya nyengir sembari menggaruk kepalanya yang tidak gatal. Kemudian dia berlalu pergi. "Heh, Neng ! Setampan itu kah, dia? Sampai gak bisa berkata-kata!?" tanya Dalfa sembari menyenggol lengan adiknya "Heem..eh, maksudku...orang itu ketua OSIS di sekolah, a !?" jelas Raniya tanpa sadar malah terpesona. Melihat Dias dengan pakaian kasualnya sangat berbeda sekali ketika di sekolah mengenakan seragam sekolah. "Oh, ketua OSIS di sekolah. Tampan, ya." goda Dalfa. "Iya." Raniya menutup mulutnya karena lagi-lagi keceplosan. Dalfa tertawa karena adik itu selalu mengatakan kebenaran secara terang-terangan. Raniya hanya mendelik pada Dalfa yang puas tertawa. Dia jadi malu sendiri, karena ketahuan terang-terang malah terpesona pada laki-laki yang notabennya adalah ketua OSIS di sekolahnya. "Sekarang kita mau kemana lagi?" tanya Dalfi mengalihkan pembicaraan. Tapi sebenarnya dia risih dengan belanjaan yang banyak milik adiknya itu yang dia bawa. " Kita ke saung aja, makan di sana !?" ujar Raniya ceria kemudian berjalan mendahului. "Lihatlah dia..kita ini sudah seperti kacungnya saja !?" celetuk Dalfa seraya melihat adiknya yang pergi lebih dulu. "Bukan kacung, kita ini kakaknya yang sangat sayang pada adik kita satu-satunya, selalu memanjakannya. Tolong bawa ini juga, aku mau ke toilet !?" ujar Dalfi memberikan barang bawaan pada saudara kembarnya. "Hey ! Alfi !?" panggil Dalfa yang tidak siap menerima barang yang di berikan Dalfi padanya,sehingga membuat beberapa kantong plastik terjatuh. Namun bukannya membantu, Dalfi malah pergi menuju toilet. Sambil menggerutu,Dalfa membawa semuanya menuju saung di taman. Setelah pergi ke toilet yang berada di masjid agung pusat kota itu. Dengan langkah tenang berjalan melewati kedai-kedai tak jauh dari Masjid. Dalfi menghentikan langkahnya ketika melihat seseorang yang tidak asing di salah satu kedai tengah bersih-bersih. Namun kemudian memilih pergi untuk menemui keluarganya yang mungkin menunggu. Tiba di saung itu ternyata keluarganya tengah mengobrol dengan pasangan suami istri dengan dua anak mereka. "Oh..ini Dalfi, ya? Sama-sama tampan. Kalian sudah besar ya..apalagi tinggi seperti ayahnya !?" seru perempuan berusia kisaran kepala empat itu. Dalfi hanya tersenyum, kemudian menatap pada kedua anaknya yang ternyata salah satu dari mereka adalah yang tadi Raniya tabrak. "Main atuh teh, ke rumah. Bawa anak-anak, siapa tahu Dias cocok dengan Raniya, jadi besanan kita !?" ujar perempuan tadi lagi. Raniya dan laki-laki yang di sapa Dias menatap satu sama lainnya. "Ish, kamu..mereka masih kecil. Main jodoh-jodoh aja !?" tukas Khansa seraya menggelengkan kepadanya menatap sahabatnya itu. Raniya mengangguk setuju atas perkataan Bundanya yang tiba-tiba saja malah membahas masalah perjodohan. Raniya masih ingin menikmati masa remajanya dan mewujudkan cita-cita dulu. Apalagi ternyata sahabat bundanya itu adalah orangtua si ketua OSIS yang super jutek menurutnya. Raniya melirik Dias yang malah sibuk dengan ponselnya. Sementara itu para bapak-bapak juga memilih mengobrol terpisah dari istri-istri mereka, begitu pula anak-anaknya. "Aku Delia, teh !?" seru anak perempuan yang merupakan adik dari Dias itu memperkenalkan diri seraya mengulurkan tangannya kearah Raniya. "Raniya. Eh, kamu kelas berapa!?" balas Raniya menjabat tangan anak perempuan itu. " Aku kelas tiga SMP teh !?" "Oh, gitu. Eh, ikut nyamperin temanku yuk, di kedai ayam geprek!?" ajak Raniya. "Yuk !?" balas Delia senang. Kedua ibu mereka tersenyum senang melihat anak-anak mereka cepat akrab. "Bun, kita ke tempat teman dulu disana ya, kalau mau nyusul ke kedai ayam geprek!?" cerocosnya. "kayaknya tadi kamu beli banyak makanan? Sekarang mau jajan lagi !?"tanya Khansa pada Raniya yang malah nyengir. "Jajanan itu, buat di rumah Bun. Ini itung-itung sarapan!?" ujar Raniya lagi nyengir. "Ya, sudah." balas Khansa. "Oke." Raniya pun pergi seraya mengajak Delia. "Aa ikut, dek !?" ujar Dalfa seraya menarik Dalfi supaya juga ikut. "Dias ikut saja atuh !?" seru Khansa pada anak sahabatnya itu. " Aku mau ke mobil aja, tante !?" sahut Dias hendak pergi. "Heh..ngapain? Mau tidur kamu? Udah ikut mereka sana, biar akrab !?" ujar Mamanya. Seraya menghela napasnya, Dias pun pergi menyusul yang lainnya. Sementara orangtua mereka masih asyik mengobrol. " Udah berapa tahun ya, kita enggak ketemu?" ujar Mamanya Dias. "em..mungkin ada lima tahunan!?" sahut Khansa. "Lumayan lama, Ya. Itu lihat si kembar aja sudah pada bujang !?" serunya lagi. "Iya ,benar. Padahal kayaknya baru kemarin aku masih menimang dan mengganti popoknya." Ujar Khansa tersenyum. Pandangannya melihat ke arah anak-anaknya yang telah berjalan jauh menuju kedai di pinggir taman. Sebenarnya Khansa dan Rika memang sudah janjian untuk bertemu di alun-alun kota. Karena kesibukan masing-masing membuat dua sahabat itu jarang bertemu, tapi tetap berkirim pesan hanya untuk menanyakan kabar. Khansa malah teringat masa lalu, di mana tiba-tiba harus menikah dengan tetangga sendiri, yaitu Fabian. Hingga menjalani rumah tangganya bersama Suaminya dan melahirkan si kembar. Selang empat tahun kemudian Khansa juga hamil lagi dan melahirkan Raniya. Tidak terasa sekarang bahkan anak-anaknya telah beranjak dewasa. Khansa melirik Fabian yang masih mengobrol dengan laki-laki yang merupakan suami sahabatnya itu, di bawah pohon yang tak jauh dari saung. "Ingat dulu ya ,Teh. " serunya membuyarkan lamunan Khansa. "Iya." "Tidak terasa, ya. Dulu tiba-tiba menikah sama pak Manajer yang kece. Tapi sampai sekarang masih kece, ya." ujar Rika terkekeh di ujung kalimat. "Hem..Iya. Masa-masa yang tidak bisa di lupakan." timpal Khansa seraya menatap Fabian yang ternyata juga tidak sengaja melihat kearahnya. Keduanya saling menatap dan tersenyum bahagia. Rika juga ikut tersenyum melihatnya. "Anak-anak sudah dewasa saja. Kita juga semakin tua, ya!?" ujar Rika lagi terkekeh. "Iya. benar." " Eh,Teh. Aku beneran mau Raniya jadi menantuku !?" seru Rika lagi tampak antusias. "Aduh Rika, mereka bahkan belum lulus SMA loh..main jodoh-jodoh aja!?" ujar Khansa heran, seraya menggelengkan kepalanya karena akan pemikiran sahabatnya itu. "Ya, deketin dari sekarang gitu maksudnya supaya saling suka." "Gak usah di jodohkan begitu, biar mengalir apa adanya. Toh kalau jodoh gak akan kemana!?" "Air kali, mengalir!?" celetuk Rika terkekeh. Khansa hanya tersenyum melihat sahabat lamanya itu yang masih sama seperti dulu. " Itu Rifai masih kerja di tempat yang dulu!?" tanya Khansa melihat kearah suami sahabatnya yang masih mengobrol dengan Fabian suaminya. "Masih. Terus mau kerja kemana lagi ? apalagi sudah berumur. Suami teteh mending, punya usaha sendiri." "Iya. Alhamdulillah, syukuri saja yang ada sekarang, kan !?" seru Khansa. "Iya, betul. Eh, Nanti kapan-kapan kita liburan keluarga bareng atuh, biar seru!?" usul Mama Dias atau Rika itu. "Boleh." balas Khansa setuju. Sementara itu di kedai ayam geprek, Dalfa, Dalfi, Raniya, Dias dan Delia duduk di salah satu kursi dekat jalan. Munculnya seorang perempuan menghampiri mereka yang tampak terkejut. "Loh..Rani!" seru perempuan itu yang tiada lain adalah Ghea. "Hai..mau dong ayam geprek. Tapi bentar kita mau pilih menu dulu, ya!?" seru Raniya. "Iya, silahkan. Ini buku menunya!?" ujar Ghea memberikan buku menu pada yang lainnya juga. Karena menu di sana juga tidak hanya ayam geprek saja. Tapi ada juga tahu geprek, telur geprek, tempe geprek, juga beberapa macam minuman. Ghea yang masih berdiri di hadapan semuanya itu, kini melirik dua kakak temannya itu yang tampak sama, bahkan tidak dapat dia bedakan. Ghea hanya penasaran, kakak Raniya yang mana yang waktu dia tabrak dan terpaksa harus banting setir motor karenanya. Apalagi ngaku-ngaku pacarnya. Tapi bahkan dia tidak berani menatap kedua kakak temannya itu. "Ghe, sini deh buku catatannya. Biar aku catat sendiri!?" seru Raniya membuyar lamunannya. "Oh, iya." ujar Ghea memberikan buku kecil yang biasa dia gunakan untuk mencatat pesanan. Tak sengaja pandangan bertemu dengan kakak Raniya yang duduk dekat ke arah jalan. Namun kemudian dia memilih sedikit menundukkan kepalanya. "Kayaknya orangnya yang itu !?" seru Ghea dalam hati, karena salah satu kakak temannya itu seolah tengah memperhatikannya. "Ghea !?" panggil seseorang dari dalam kedai. "Iya .." sahut Ghea. "Bentar ya, aku ke dalam. Nanti aku ambil catatannya!?" seru Ghea. Raniya menoleh sekilas dan mengangguk, kemudian Ghea pergi ke belakang karena tadi di panggil. "Kamu kenal Dek?" tanya Dalfa yang duduk dekat tembok yang sebenarnya dari tadi memperhatikan interaksi keduanya. "Kenal banget. Dia temen sebangku di kelas!?" "Oh, pantes. Dia kerja disini!?" tanya Dalfa seraya meneliti sudut ruangan kedai itu. "Iya kerja. Bantu-bantu ibunya !?" jelas Raniya lagi. "Oh, kedai ibunya!?" gumam Dalfa seraya manggut-manggut. Raniya kemudian mencatat semua pesanannya. "ini udah semua, kan!?" seru Raniya. "Belum teh? Itu a Dias belum pesan!?" seru Delia. "Ah, iya.em..mau pesan apa!?" tanya Raniya tersenyum. "Biar aku aja yang nulis!?" sahut Dias datar. Sembari tersenyum terpaksa Raniya menyodorkan kertasnya pada Dias. Padahal dia sedikit kesal karena dari tadi malah diam saja. Raniya pikir hanya salah satu kakaknya saja yang punya sikap dingin yaitu Dalfi. Tapi ternyata orang yang sekolah di tempat yang sama dengannya, malah lebih parah menurutnya. Sebenarnya tadi semuanya menyebutkan pesanan masing-masing dan Raniya menulis tapi ternyata berbeda dengan Dias yang merupakan ketua OSIS di sekolah itu malah sibuk dengan ponselnya. Setelah selesai Dias kemudian menyodorkannya lagi padanya. Raniya bangkit dari duduknya untuk memberikan catatan pesanannya pada temannya. "Ghe, ini pesanannya!?" ujar Raniya. "Tunggu ya..eh, bentar. Kok bisa bareng Dias?" bisik Ghea. "Ah, itu dia ! Ternyata Bunda ku, sahabatan dengan Mamanya Dias!?" sahut Raniya pelan. "Wah! Kebetulan yang hebat. Jangan-jangan kalian jodoh!?" "Jangan sampai deh, Ghe!?" tolak Raniya seraya melirik Dias sekilas. "Kenapa? Masih dendam kamu ? Karena dia jutek !?" "Iya, lah. Gara-gara dia, aku jadi harus keluar dari kepengurusan OSIS!?" gerutu Raniya kembali melirik Dias yang tengah duduk bersebelahan dengan kakaknya. "Iya, iya. Eh, Aa kamu keduanya mirip banget ya, enggak bisa bedain!?" "Ya, iya, lah. Mereka kembar identik Ghe!?" "Em..itu kemarin yang jatuh dari motor gara-gara aku yang mana?" "Kenapa? Mau di titip salam, a...hmph.." ucapan Raniya terhenti karena Ghea membekap mulutnya dengan tangannya. "hush! Siapa yang mau nitip salam? Udah duduk sana ! Tunggu ya, pesanannya!?" Raniya cekikikan seraya berlalu pergi. Kemudian beberapa menit setelah catatan pesenan di berikan, Ghea dan ibunya mengantar pesanan mereka. Tak berselang lama kedua orang tua mereka datang menyusul dan juga memesan makanan disana.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD