Episode 4

1590 Words
Felix Pov SEKARANG aku sudah berada satu mobil bersama Keysa menuju Bandara. Keliatannya dia bosan, lihat saja dia terus-menerus mendengus. Lucu sekali... Aku senang sekali menggodanya, sampai dia kesal. Lihat sekarang dia bernyanyi, suaranya sangat bagus dan merdu. Tapi aku tidak ingin terlihat menikmatinya. "Ck, suaramu mengerikan sekali," ucapku dengan datar dan mengulum senyumku agar tidak terlihat menggodanya. Dia tidak menjawab dan hanya mengerucutkan bibirnya. Sungguh menggemaskan, rasanya aku ingin melumat bibirnya yang begitu menggemaskan itu. Tapi kok hening sih sekarang, aku melihat ke arahnya. Ah, ternyata dia sudah tertidur. Ck, padahal perjalanan menuju bandara tak jauh tetapi dia sudah tertidur begitu saja. Aku membiarkannya terlelap hingga tanpa terasa mobil kami sudah sampai di terminal bandara untuk menaiki pesawat yang kami pesan. Aku melihat ke arahnya yang masih terlelap. Aku mendekatkan wajahku padanya dan merapikan anak rambut yang menghalangi wajahnya yang imut dan cantik. 'Cantik,' wajahnya jauh lebih cantik saat dia tertidur. Baru kali ini aku mengagumi kecantikan seorang wanita. Mata kecilnya dengan bulu mata yang lentik, hidung mancungnya dan bibir tipisnya yang merah merona selalu saja menggodaku saat dia berbicara. Aku menyentuh bibir merahnya dengan ibu jariku, ingin sekali aku merasakan bibir ini. Aku mulai mendekatkan wajahku padanya hingga semakin dekat matanya terbuka dan terlihat sayu. "Kok di mimpiku ada Ceo galak sih, kenapa harus mimpiin dia?" gumamnya dan terus menatapku, hingga tak lama dia kembali tertidur. Apa tadi dia bilang, Ceo galak? Seenaknya saja, dia membuat mood baikku hilang. Aku menjauhkan kepalaku dari hadapannya dan berteriak tepat di telinganya. "Woyyy bangun!" "Astaga!" dia terbangun seketika dan tampak kaget. Rasakan, budeg budeg deh tuh telinga, seenaknya bilang aku Ceo galak!  "Aduh Pa, bisa gak sih gak usah teriak? sakit tau telinga saya!" keluhnya memegang telingannya dengan mata yang sayu. "Siapa suruh kebo, ayo cepat turun. Kita bisa ketinggalkan pesawat." Dia terlihat menggerutu, aku biarkan saja. Aku menuruni mobil terlebih dulu, dan dia mengikutiku dari belakang dengan sedikit sempoyongan, mungkin masih pusing. ♥ Setelah sarapan kami langsung melakukan meeting dengan salah satu clientku. Dan hanya menghabiskan waktu 2 jam saja, meetingpun telah selesai. "Sekarang kita mau kemana Pa?" tanyanya. "Kita jalan-jalan saja, ayo!" Aku mengajaknya dan dia terlihat senang sekali seperti anak kecil yang baru saja di kasih permen. Kami menuju sebuah pertokoan, ruko yang berjajar di pinggir jalan menjual berbagai macam produk. Kami berjalan-jalan sambil menikmati suasana sekitar. Dia terlihat senang hingga kami duduk di sebuah taman yang berada di ujung jalan ini. Banyak sekali anak kecil sedang bermain di sini. Dia berlari ke sebuah gerobak kecil dan membeli sesuatu, ternyata dia membeli manisan kapas dan membawakan satu buatku. "Ini untuk Bapak" sahutnya seraya menyodorkannya padaku, manis sekali. "Aku tidak mau!" aku tidak pernah memakannya, dan itu makanan untuk anak kecil. Oh come on Keysa... "Ya sudah." Dia memakannya dengan semangat hingga beberapa menempel di sudut bibirnya, membuatku tergugah. Sepertinya enak, "Aku mau!"   Dia melihatku heran. "Enak saja, beli saja sana," ucapnya dan meneruskan memakannya. "Yak! bukannya tadi kamu bilang untukku?" "Kan tadi Bapak bilang tidak mau, ya sudah," ucapnya dengan acuh membuatku kesal dan langsung saja aku rebut manisan kapas itu dari tangannya dan segera beranjak. Dia mendekatiku dan mencoba menggapainya di tanganku yang aku angkat ke udara. "Siniin ih!" Dia terus melompat hingga kehilangan keseimbangannya dan terjatuh menabrak badanku. Aku yang belum siappun ikut terjatuh. Dan emmmphhh bibirnya tepat sekali mengenai bibirku. Dia terlihat melotot dan segera menjauhkan bibirnya dari bibirku. "Manis," ucapku menyeringai, dia semakin melotot dan berdiri menutup mulutnya dengan kedua tangannya. Tak butuh waktu lama akupun ikut berdiri dan merapihkan pakaianku. "Terima kasih sudah berbagi," bisikku tepat di telinganya dan beranjak meninggalkannya. Baru beberapa langkah dia berteriak "Aaaahhhhh tidakkk!" teriaknya membuatku terkekeh dan terus berjalan tanpa memperdulikannya. ♥ Aku memasuki sebuah toko kerajinan di ikuti olehnya yang masih cemberut. Aku melihat-lihat beberapa barang yang sangat bagus hasil dari kerajinan di sini. Banyak sekali simbol dari kebudayaan di sini dan Indonesia, dia juga terlihat antusias memilih barang-barang yang ada. Hingga pandanganku tertuju pada sebuah kerajinan dari kayu berbentuk 2 manusia yang sedang berpegangan tangan. Aku mengambil patung itu yang terlihat sangat bagus. Akupun segera membelinya. Hari sudah mulai sore, kamipun mengunjungi tempat makan yang terdekat. Kami segera memesan makanan dan dia memesan banyak sekali makanan.  "Apa tidak salah?" aku heran dengan porsi makannya. "Aku sedang kelaparan!" jawabnya. "Kau ingin memerasku!" godaku. Bagaimana mungkin dia memerasku hanya untuk seharga makanan di restaurant. Dan akupun tak akan bangkrut hanya karena dia memborong semua makanan satu restaurant bintang 6 pun. "Pesan makanan segitu mana bisa menghabiskan uangmu yang triliunan itu!" ucapnya sangat pintar. Aku memilih memainkan Iphoneku sambil menunggu pesanan kami datang, sesekali aku melirik ke arahnya yang terlihat bosan dan melirik ke kanan dan ke kiri. Hingga pandangnya terhenti pada satu titik, aku ikut melihat apa yang sedang dia lihat, ternyata seorang anak kecil yang sedang menangis, terlihat Ibunya sudah kewalahan menenangkan anak itu dan Keysa beranjak menghampirinya. Aku terus memperhatikannya. "Adik yang tampan kenapa menangis?" ucapnya tapi anak itu tidak menjawab dan terus menangis. Dia mengambil sesuatu dari tas kecilnya. "Lihat, Kakak punya ini, kamu mau?" ucapnya menunjukkan permen lolipop. "Mau," ucap anak itu. "Akan Kakak berikan, tetapi berjanji dulu gak akan nangis lagi," ucapnya "Janji Kak," jawab anak itu seraya menghapus air mata di pipinya. "Anak yang pintar, ini Kakak kasih bonus untuk kamu." Keysa menyerahkan dua buah permen lolipop pada anak itu. Dan ibu anak itu juga ikut senang dan berterima kasih. Dia kembali ketempat duduknya. Gadis ini sangat istimewa. Diapun mulai melahap makanan yang baru saja datang. Aku terheran-heran melihat makannya yang sangat lahap, semua makanannya di santap habis. "Kamu ini perempuan, tapi makan kok kayak kuli bangunan,” aku sungguh heran dengan caranya makan, tidak ada anggun anggunnya layaknya para wanita kebanyakan. "Enak saja menyamakan wanita secantik aku dengan tukang bangunan! Bapak saja yang lambat makannya," jawabnya acuh dan tetap melanjutkan makannya tanpa malu. Aku hanya bisa menggelengkan kepala, merasa heran badan sekecil itu mampu menampung makanan sebanyak ini. "Kenapa gak di habiskan Pak?" tanyanya. "Sudah kenyang!" Melihat dia makan saja sudah membuat perutku kenyang seketika. "Irit sekali," gumamnya. "Ahh kenyang!" ucapnya dan meminum minuman di hadapannya hingga tak tersisa. "Ya lah gak kenyang gimana, orang makanan sebanyak ini habis semua," uaku menyindirnya dan dia malah mengangkat kedua bahunya masa bodoh. Kami melanjutkan perjalanan kami menuju hotel. Di tengah perjalanan ada seorang pedagang gelembung sabun. Dia membelinya dan meniupi air sabun itu dari alatnya hingga mengeluarkan banyak gelembung-gelembung ke udara. "Wah indah sekali" ucapnya senang dan terus bermain gelembung itu tanpa terasa bibirku tertarik ke atas menunjukkan sebuah senyuman yang jarang sekali aku perlihatkan kepada siapapun termasuk seorang wanita. Tapi dia mampu membuatku tersenyum dengan sendirinya. Gadis ini sangatlah spesial dengan segala tingkah lakunya yang begitu menggemaskan. ♥ Selesai sudah pertemuanku dengan beberapa client dan sekarang aku sedang menikmati udara sore hari di taman hotel dan tak lama Keysa datang dengan berlari seperti biasanya dan langsung mengatur nafasnya yang ngos-ngosan di hadapanku. Aku membiarkanya mengatur naafasnya dulu. "Ck, gemar sekali berlari" "Maaf Pak, tadi saya lagi ke kamar mandi dulu," ucapnya. "Heem, duduklah." Dia duduk di sampingku. "Pak, besok kita free kan?" tanyanya padaku. "Jangan panggil aku Bapak kalau di luar kantor panggil Felix saja.” DI pikir aku Bapaknya. "Kenapa Pak?" malah bertanya lagi, astaga gadis ini selalu membuatku sebal, kesal, senang dan gemas dalam waktu tertentu. "Aku belum setua itu dan bukan Bapak kamu, jadi panggil Felix saja!" "Tapi kan Bapak memang sudah tua," ucapnya membuatku geram. Apa dia bilang aku sudah tua, keterlaluan sekali! aku memelototinya dan dia hanya nyengir kuda dan terlihat ketakutan di matanya. "Fe..lix yah Felix tidak terlalu buruk," ucapnya sebari memperlihatkan deretan giginya yang rapi. "Hmmp!" aku hanya mengeram dan kembali sibuk dengan gadgetku. "Pak, eh maksud saya Felix, besok kita free kan?" tanyanya kembali menanyakan hal yang sama, memangnya dia ada rencana kemana besok? "Hmmp," ucapku malas menjawabnya. "Jadi besok aku bisa yah keliling kota ini," ucapnya. "Ini pertama kalinya aku datang ke Yogya, dan aku ingin berkeliling di kota ini." Dia tampaknya begitu antusias dengan kota ini. "Aku akan mengantarmu," ucapku singkat. Tiba-tiba hujan turun dengan derasnya. Tapi untung saja aku dan Keysa duduk di tempat yang teduh jadi tidak sampai kehujanan. Tetapi tiba-tiba Keysa hendak beranjak dan segera aku tahan pergelangan tangannya. "Mau kemana?" "Aku mau hujan-hujanan," ucapnya enteng benar-benar anak kecil. "Mau ngapain sih? Nanti sakit, aku masih butuh kamu di sini. Pekerjaan kita masih banyak!" "Aku tidak akan sakit, percayalah." Jawabnya dan akupun melepaskan genggamanku. Dia berlari ke tengah dekat kolam ikan dan tubuhnya langsung di guyur air hujan. Dia merentangkan kedua tangannya dengan wajah yang di hadapkan ke langit hingga air hujan menerpa wajahnya. Ia berputar-putar dan berteriak menari-nari dan seketika tertawa. Benar-benar gadis periang, dia benar-benar masih anak kecil. Sudah cukup lama, tetapi dia tetap tidak ke pinggir juga, aku mengambil jaketku untuk melindungi diri dan menghampirinya. "Ayo cepat ke pinggir nanti kamu sakit!" ucapku sedikit teriak. "Aku masih ingin di sini Felix. Rasakan deh, rasanya bebas dan tanpa ada beban.  Semua beban hilang," jelasnya dan menarik jaketku hingga badanku terguyur air. Dia juga menarik tanganku dan mengajakku berdansa, aku terus mengikutinya dan mengamati setiap inci wajahnya yang terlihat ceria dan tanpa beban. Aku hanya bisa tersenyum melihat wajahnya yang polos dan ceria. "Senyumanmu manis sekali," ucapnya tiba-tiba tanpa aku sadari akan berkata seperti itu. "Masa?" tanyaku merasa senang dan tak percaya mendengar ucapannya. "Ya, senyummu manis. Dan gantengnya langsung nambah jadi 100%," pujinya dengan begitu polos, tetapi entah kenapa aku merasa sangat bahagia mendengar pujian itu. Oh itu hanya pujian klise biasa yang sering aku dengar, tetapi kenapa mendengar dari bibirnya hatiku merasa baru saja mendapatkan sebuah tender besar. "Ck, murahan sekali rayuanmu," ucapku terkekeh, entah kenapa rasanya ringan sekali untukku tertawa. "Enak saja, aku bukan perayu ulung. Aku berkata jujur,"jawabnya tak terima. Kami tertawa dan bercanda bersama di bawah guyuran air hujan. Aku merasakan bebas dan bahagia tanpa ada beban apapun. Gadis ini menunjukkan sebuah kebahagiaan yang di dapat secara sederhana. Bahagia yang tak pernah aku dapatkan. ♥  
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD