Author Pov
Felix mengajak Keysa berkeliling kota Yogyakarta, dari tempat satu ke tempat lainnya. Tak lupa mereka singgah di Candi Borobudur dan juga menikmati kuliner khas Yogya. Banyak pemandangan baru dan sesuatu yang baru di ketahui Keysa mengenai kota ini. Felix kini tak begitu dingin dan galak seperti sebelumnya, saat ini dia lebih bersahabat dan dia bagaikan guide yang sedang memperkenalkan berbagai tempat dan sesuatu yang ada di kota ini.
"Seru bukan?" celetuk Keysa dengan antusiasnya.
Kini keduanya tengah berjalan kaki menyusuri jalanan, Keysa sangatlah antusias. Bahkan beberapa dagangan kaki lima dia beli membuat Felix terheran-heran melihatnya yang begitu lahap dan rakus dalam makan.
"Itu perut karet yah? sejak tadi di masukin makanan terus." celetuk Felix terheran-heran.
"Tidak, aku malah masih lapar," ucap Keysa dengan polosnya membuat Felix melongo.
"Benar-benar gadis buta ijo," celetuk Felix.
"Enak saja kamu bilang aku gadis buta ijo. Dasar ayam jantan!" celetuk Keysa.
"Apa kamu bilang?" pekik Felix mulai kesal dan menarik lengan Keysa hingga berhadapan dengannya.
"Kamu kan mirip ayam jantan. Mukanya datar tanpa ekspresi seperti ayam jantan, bahkan tidak pernah tersenyum," ejek Keysa. "Ayam juga kan gak pernah tersenyum mirip seperti Bapak!" tawa Kesya.
"Kukuruyuuukkkk!" ledek Kesya tertawa puas.
"Oh begitu yah!" Felix menaikkan sebelah alisnya.
"Hahaha kukuruyuuukkk!"
"Yak....kau ini!" Felix menarik hidung Keysa membuatnya mengaduh sakit. "Rasakan!" Felix berlalu pergi meninggalkan Keysa.
"Sekretaris yang teraniaya" gerutu Keysa membuat Felix tersenyum sendiri mendengarnya.
♥
Malam menjelang, Felix dan Keysa menikmati makan malam mereka di sebuah restaurant. Keysa menikmati anggur yang Felix suguhkan dan itu membuatnya terbatuk-batuk karena tidak terbiasa.
"Ck, dasar kampungan!" ucap Felix membuat Keysa mendengus kesal.
Semakin lama, Keysa menghabiskan minumannya hingga mabuk. "Astaga wanita ini, benar-benar ajaib," gumam Felix dan menggendong tubuh Keysa.
♥
Matahari pagi sudah menunjukkan cahayanya dengan malu-malu. Keysa mengerjap-ngerjapkan matanya. Rasanya perih sekali, seperti biasa dia merentangkan kedua tangannya sambil menguap.
"Aghh rilex sekali!" ucapnya dan saat melihat ke arah sampingnya ada seseorang yang sedang tertidur pulas. "Aaaaaaaaaaaaaaaaa!" teriaknya langsung menarik selimut hingga batas leher. Dan seseorang yang tertidur itu langsung terbangun.
"Ada apa sih?" tanya Felix dengan serak karena habis bangun tidur.
'Wajahnya lucu sekali saat bangun tidur. hush, Apaan sih di keadaan genting gini masih berpikir seperti itu. Bodoh!" batin keysa dan menjitak kepalanya sendiri.
"Kepalamu sudah mulai koslet yah?" sahut Felix dengan begitu datar.
"Ishhh! Kenapa aku tidur di sini? Semalam kamu apakan aku, hah?" teriak Keysa masih menyilangkan kedua tangannya di d**a.
"Pikiranmu benar-benar koslet ternyata, lihat saja bajumu masih menempel dengan utuhkan?"
Keysa segera mengintip dari balik selimut dan ternyata benar pakaiannya masih menempel utuh. Keysa merasa malu sendiri, tetapi mencoba menstabilkan ekspresinya. "Lalu kenapa kamu tidur di kamarku,? bukannya kamu punya kamar sendiri?"
"Ck, lihatlah ini kamar siapa, bodoh!" Keysa memperhatikan kamar ini dan mengingat-ngingat apa yang terjadi semalam. Keysa mengingat saat semalam dia mabuk, dan dia terus memeluk tubuh Felix tidak ingin melepaskannya. Keysa bahkan tak mau turun dari atas gendongan Felix.
"Astaga!" Keysa terpaku di tempatnya dan benar-benar merasa malu. "Aghh bodoh bodoh bodoh!"gerutu Keysa sambil memukul-mukul kepalanya sendiri.
"Apa kepalamu semakin koslet?" tanya Felix menggulum tawanya.
Keysa menghentikan gerakannya dan mengerucutkan bibirnya. "Lalu kenapa anda tidak tidur di sofa saja?"
"Memang siapa kamu. Lagipula ini kamarku, kenapa aku harus tidur di sofa yang akan membuat seluruh tubuhku sakit," ucapnya cuek membuat Keysa semakin tertegun. "Tenang saja, saya tidak ngapa-ngapain kamu. Lagipula tubuhmu sangat tidak menggiurkan, lihat saja datar begitu, mirip dinding. Apalagi bagian d**a kamu terlihat tidak ada sama sekali," ucap Felix dengan santainya dan beranjak masuk ke dalam kamar mandi
Wajah Keysa sudah memerah seperti kepiting rebus. 'Dia bilang apa? Tubuh gue kayak tembok?' teriak batin Keysa. Keysa tertegun sesaat menahan kekesalannya.
Cukup lama terdiam, Keysa berjalan ke arah kaca dan menatap dirinya di pantulan cermin. Keysa mencondongkan badannya ke cermin untuk mencoba melihat ukuran dadanya, apa benar-benar tidak terlihat. Saat sedang asik melihat dadanya dari balik kaos, Felix keluar dari kamar mandi.
"Ngapain kamu?" tanya Felix, membuat Keysa terpekik kaget setengah mati dan langsung berbalik ke arah Felix dengan menarik kaosnya ke atas menutupi dadanya hingga membuat kaos bawahnya terangkat dan memperlihatkan perut rata putihnya, hingga mampu membuat Felix terpaku melihatnya. Sebaliknya juga Keysa terpaku melihat Felix yang hanya memakai handuk yang di lilitkan di pinggangnya memperlihatkan tubuh sixpack dan putihnya serta rambut basahnya. Felix menelan salivanya sendiri saat melihat Keysa dengan rambut yang acak-acakan sehabis bangun tidur dengan perutnya yang terpangpang jelas. Sebaliknya Keysa masih tertegun hingga dia tersadar dan menatap ke arah pandang Felix.
"Aaaaaaa!"teriak Keysa berbalik badan dan merapihkan bajunya yang dia pakai. Selepas itu Keysa mengambil mantel dan sepatunya dan segera berlari keluar kamar dan kembali ke kamarnya.
"Kenapa rasanya panas sekali,," gumam Felix. "Masa hanya karena melihat badan datarnya itu langsung begini sesaknya!" gerutu Felix dan kembali masuk ke dalam toilet untuk berendam air dingin.
Di tempat lain, Keysa masih kesal dan membayangkan tubuh seksi Felix tadi yang terpangpang jelas di depannya. "Memalukan sekali! Memalukan sekali! Aghhhh bodoh!" gerutu Keysa memukulli kepalanya sendiri sambil mondar mandir.
"Lalu apa yang harus aku lakukan sekarang ? Gimana pas nanti ketemu dia? Aghh memalukan sekali. Rasanya aku ingin menghilang saat ini juga, doraemon tolong pinjamkan aku alat agar tidak terlihat oleh orang itu," gumam Keysa sambil menghentak-hentakkan kakinya. "Keysa bodoh....bodoh....bodoh!"
♥
Keysa Pov
Setelah cukup lama berdiam diri di dalam hotel, kini saatnya aku keluar dan bertemu dengan Ayam Jantan itu untuk bertemu client. Aku hanya memoles make up senatural mungkin dan memakai rok sepan merah d isesuaikan dengan blezer merah juga dan kemeja hitam. Saat aku keluar dari kamar, ternyata sudah ada sang Ayam sedang bersandar di pintu kamarnya.
"Tidak sopan sekali, menyuruh atasanmu menunggu lama," ucapnya kembali datar. Pyuhhh dasar si muka datar.
"Maaf Pak, tadi saya harus menyesuaikan baju saya dulu," ucapku asal padahal sebenarnya aku masih malu untuk bertemu dengannya makanya sengaja berlama-lama. Kamipun mulai berjalan bersama menuju lift.
"Apa kamu masih bercermin untuk melihat ukuran dadamu?" jawabnya dan tersenyum mengejek. Sialan nih Ayam! Berhasil membuat mukaku merah. Enggan sekali aku menjawabnya.
Kami sudah sampai di restaurant untuk pertemuan dengan client, mereka mulai membicarakan proyek mereka dan aku hanya mencatat semua yang mereka diskusikan. Akhirnya selesai juga dan clientnya sudah pergi meninggalkan kami berdua.
"Kita makan siang di sini saja?" tanyanya.
"Oke."
Saat masih menunggu pesanan datang, dia sibuk dengan Iphonenya. Dan aku hanya celingak celinguk melihat kanan kiri tetapi sesekali mencuri pandang kepadanya. Karena si Ayam ini bisa di katakan makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna, dari matanya, hidungnya, bibirnya sampai tubuhnya sangat sempurna tapi sayang keindahan fisiknya berbeda jauh dengan kepribadiannya yang menyebalkan.
"Terpesona, eh?" ujarnya membuatku tersadar kalau sekarang aku sedang menatapnya dan tertangkap basah.
"Hah? Terpesona dengan anda?hahahaha" tawaku terdengar mengerikan sekali karena salting aku pura-pura saja memainkan rambut panjangku. "Aduh, sepertinya rambutku sudah mulai kering, harus cepat-cepat ke salon,"gumamku mencoba mengendalikan gerogiku.
"Aku tau sejak tadi kamu mencuri pandang kepadaku. Yah, aku memang sangat tampan, wajar saja sering di perhatikan secara diam-diam," ucapnya percaya diri sekali, membuatku membulatkan mataku.
"Cih, percaya diri sekali,” cibirku dan akhirnya pesanan kamipun datang. Tanpa harus menunggunya lagi, aku langsung santap saja makanan di hadapanku dengan lahap.
"Ck, kau ini sedang galau tapi makan tetap lahap seperti itu. Benar-benar pemakan yang bagus," ucapnya dan aku hanya mengangkat kedua bahuku acuh.
"Kenyang?" tanyanya saat aku sudah menghabiskan semua makananku.
"Iya," ucapku tersenyum kecil. "Sekarang kita mau kemana?"
"Tidak ada," jawabnya datar.
"Ya sudah kalau gitu kita jalan-jalan saja yuk?"
"Kemana?" tanyanya.
"Ayo ikut saja." Aku langsung menarik tangannya dan beranjak keluar restaurant.
Aku melarangnya membawa mobil, kami menaiki beca berkeliling kota Yogyakarta ini. Selama ini kami terus bercanda dan berbincang-bincang. Ternyata di balik sifatnya yang cuek dan datar, dia humoris dan jahil juga, mungkin karena gak mau aku ejek Ayam lagi kali yah.
Kami turun di sebuah taman kecil, kami kembali berbincang dengan sesekali saling mengejek. Dasar Bos yang sangat menyebalkan.
"Besok kita pulangkan?" tanyaku setelah lama terdiam.
"Heem," jawabnya masih datar.
Aku sedang menikmati udara sore hari di sini sambil berjalan bersamanya hingga seseorang dari arah belakang dengan sengaja menabrakku kencang hingga aku kehilangan keseimbanganku. Tetapi seseorang dengan sigap menahan tubuhku agar tidak sampai membentur tanah. Dan siapa lagi orang itu kalau bukan pak Felix, bos tampan sekaligus galakku. Kami bertatapan cukup lama, jantungku berdetak lebih cepat dan aku tidak pernah merasakan ini saat di samping Reno. Dia menatapku dengan tatapan yang entahlah membuatku merasa semakin berdebar-debar, ia membuatku hanyut dalam tatapan elangnya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya membuatku tersadar dan memberontak agar terlepas karena salah tingkah hingga...
Bruk
"Awww!" aku meringis merasakan kaki dan pantatku sakit akibat membentur tanah.
"Sakit yah? Makanya kalau di tolongin tuh diem," ucapnya cuek dan terus berjalan meninggalkanku.
"Dasar nyebelin!" gerutuku dan segera berdiri. Aku mengikutinya dari belakang sambil menggerutu.
Dug
Astaga siapa sih yang naroh tembok di sini. Sakitkan nih jidat, udah tadi jatuh sekarang ke pentok tembok lagi. Aku mengelus-ngelus jidatku yang sakit dan sadar ternyata yang aku tabrak bukanlah tembok melainkan punggung lebar bos galakku. Punggung kok keras seperti tembok.
"Makanya kalau jalan tuh jangan sambil mendumel, tau rasa kan," ucapnya yang kini sudah berbalik kehadapanku.
Aku mengerucutkan bibirku, kebiasaanku kalau sedang kesal. Sambil mengelus-ngelus jidatku dan dia menarik tanganku yang berada di jidat lalu dengan perhatiannya dia memeriksa jidatku lalu mengelusnya. "Sudah, tidak sampai biru kok," ucapnya membuatku tersipu sendiri.
Kami melanjutkan perjalanan kami. Cukup jauh kami berjalan, kakiku mulai terasa ngilu dan sakit apalagi aku memakai higheels. Aku berhenti sebentar, karena kakiku terasa pegal.
"Kenapa?" tanyanya.
"Kakiku sakit, kita sudah berjalan jauh," keluhku memegang betisku yang sakit.
"Siapa suruh tadi melarangku membawa mobil," jawabnya.
"Ya tadi kan aku ingin naik beca," belaku.
"Lalu? Di sini tidak ada beca ataupun taksi," ucapnya.
"Sekarang gimana? Aku gak kuat buat jalan," ujarku karena memang sudah tidak kuat lagi berjalan
Tiba-tiba saja dia berjongkok di hadapanku.
"Cepat naik?" ucapnya dengan nada datar dan penuh perintah. Aku terpaku, apa maksudnya barusan nyuruh gue naik. "Lama sekali, cepat naik ke atas punggungku, bukannya pegal. Keburu malam nih."
Cih dasar tidak ada romantis-romantisnya sama sekali! Oooppss, memangnya siapa aku ini, ingin di perlakukan romantis oleh bosku ini.
Tak butuh waktu lama akupun langsung naik kepunggungnya dan diapun berdiri, rasanya nyaman sekali di gendong olehnya. Aku mampu mencium parfum maskulinnya dan Aku mempererat kalungan tanganku ke lehernya karena takut jatuh.
"Apa berat?" tanyaku.
"Sangat, kamu kan si tukang makan mana mungkin badannya enteng," sahutnya dengan datar.
"Ck, tapi aku kan tidak gendut," protesku tak terima di bilang berat.
"Ya memang, tapi tetap saja berat." ucapnya. "Ahh,, menyusahkan sekali!"
Cih, dasar menyebalkan bukannya ikhlas membantu malah menggerutu. Aku hanya diam dan mengerucutkan bibirku, kesal. Selama perjalanan kami terdiam membuatku tidak betah, tapi sedikit sedikit aku menatap wajahnya dari samping dan dekat. Mempesona sekali, ahh benar-benar ciptaan Tuhan yang sangat sempurna.
"Sedang mengagumi keindahan wajah tampanku, eh?" ucapnya membuatku tersentak. Bagaimana dia tau?
"Aku merasakan nafasmu menerpa wajahku," ucapnya lagi semakin membuatku melongo.
Bagaimana dia tau isi kepalaku?
"Karena kamu terlalu polos, jadi aku bisa membaca dengan jelas isi kepala kamu," ucapnya lagi.
"Kyaaaa,,,,!!!" aku berteriak dan menutup wajahku dengan kedua tanganku karena kaget dia bisa tau isi kepalaku.
"Ck,, berpeganganlah nanti kamu jatuh!" Aku segera mengalungkan kembali tanganku ke lehernya.
"A..apa kamu seorang cenayang?" Siapa tau dia memang ada keturunan Ki Joko Bodo.
" Aku hanya seorang Ceo tampan," jawabnya dengan sangat percaya diri.
"Ck, percaya diri sekali!"
Dan akhirnya kami sampai didepan kamar hotel kami. "Beristirahatlah, nanti jam 7.30 aku tunggu kamu di restaurant bawah untuk makan malam," ucapnya.
"Siapp Bos!"
♥