Keysa Pov
Setelah cukup lama berdiam diri di dalam hotel, kini saatnya aku keluar dan bertemu dengan Ayam Jantan itu untuk bertemu client. Aku hanya memoles make up senatural mungkin dan memakai rok sepan merah d isesuaikan dengan blezer merah juga dan kemeja hitam. Saat aku keluar dari kamar, ternyata sudah ada sang Ayam sedang bersandar di pintu kamarnya.
"Tidak sopan sekali, menyuruh atasanmu menunggu lama," ucapnya kembali datar. Pyuhhh dasar si muka datar.
"Maaf Pak, tadi saya harus menyesuaikan baju saya dulu," ucapku asal padahal sebenarnya aku masih malu untuk bertemu dengannya makanya sengaja berlama-lama. Kamipun mulai berjalan bersama menuju lift.
"Apa kamu masih bercermin untuk melihat ukuran dadamu?" jawabnya dan tersenyum mengejek. Sialan nih Ayam! Berhasil membuat mukaku merah. Enggan sekali aku menjawabnya.
Kami sudah sampai di restaurant untuk pertemuan dengan client, mereka mulai membicarakan proyek mereka dan aku hanya mencatat semua yang mereka diskusikan. Akhirnya selesai juga dan clientnya sudah pergi meninggalkan kami berdua.
"Kita makan siang di sini saja?" tanyanya.
"Oke."
Saat masih menunggu pesanan datang, dia sibuk dengan Iphonenya. Dan aku hanya celingak celinguk melihat kanan kiri tetapi sesekali mencuri pandang kepadanya. Karena si Ayam ini bisa di katakan makhluk ciptaan Tuhan yang sempurna, dari matanya, hidungnya, bibirnya sampai tubuhnya sangat sempurna tapi sayang keindahan fisiknya berbeda jauh dengan kepribadiannya yang menyebalkan.
"Terpesona, eh?" ujarnya membuatku tersadar kalau sekarang aku sedang menatapnya dan tertangkap basah.
"Hah? Terpesona dengan anda?hahahaha" tawaku terdengar mengerikan sekali karena salting aku pura-pura saja memainkan rambut panjangku. "Aduh, sepertinya rambutku sudah mulai kering, harus cepat-cepat ke salon,"gumamku mencoba mengendalikan gerogiku.
"Aku tau sejak tadi kamu mencuri pandang kepadaku. Yah, aku memang sangat tampan, wajar saja sering di perhatikan secara diam-diam," ucapnya percaya diri sekali, membuatku membulatkan mataku.
"Cih, percaya diri sekali,” cibirku dan akhirnya pesanan kamipun datang. Tanpa harus menunggunya lagi, aku langsung santap saja makanan di hadapanku dengan lahap.
"Ck, kau ini sedang galau tapi makan tetap lahap seperti itu. Benar-benar pemakan yang bagus," ucapnya dan aku hanya mengangkat kedua bahuku acuh.
"Kenyang?" tanyanya saat aku sudah menghabiskan semua makananku.
"Iya," ucapku tersenyum kecil. "Sekarang kita mau kemana?"
"Tidak ada," jawabnya datar.
"Ya sudah kalau gitu kita jalan-jalan saja yuk?"
"Kemana?" tanyanya.
"Ayo ikut saja." Aku langsung menarik tangannya dan beranjak keluar restaurant.
Aku melarangnya membawa mobil, kami menaiki beca berkeliling kota Yogyakarta ini. Selama ini kami terus bercanda dan berbincang-bincang. Ternyata di balik sifatnya yang cuek dan datar, dia humoris dan jahil juga, mungkin karena gak mau aku ejek Ayam lagi kali yah.
Kami turun di sebuah taman kecil, kami kembali berbincang dengan sesekali saling mengejek. Dasar Bos yang sangat menyebalkan.
"Besok kita pulangkan?" tanyaku setelah lama terdiam.
"Heem," jawabnya masih datar.
Aku sedang menikmati udara sore hari di sini sambil berjalan bersamanya hingga seseorang dari arah belakang dengan sengaja menabrakku kencang hingga aku kehilangan keseimbanganku. Tetapi seseorang dengan sigap menahan tubuhku agar tidak sampai membentur tanah. Dan siapa lagi orang itu kalau bukan pak Felix, bos tampan sekaligus galakku. Kami bertatapan cukup lama, jantungku berdetak lebih cepat dan aku tidak pernah merasakan ini saat di samping Reno. Dia menatapku dengan tatapan yang entahlah membuatku merasa semakin berdebar-debar, ia membuatku hanyut dalam tatapan elangnya.
"Kamu tidak apa-apa?" tanyanya membuatku tersadar dan memberontak agar terlepas karena salah tingkah hingga...
Bruk
"Awww!" aku meringis merasakan kaki dan pantatku sakit akibat membentur tanah.
"Sakit yah? Makanya kalau di tolongin tuh diem," ucapnya cuek dan terus berjalan meninggalkanku.
"Dasar nyebelin!" gerutuku dan segera berdiri. Aku mengikutinya dari belakang sambil menggerutu.
Dug
Astaga siapa sih yang naroh tembok di sini. Sakitkan nih jidat, udah tadi jatuh sekarang ke pentok tembok lagi. Aku mengelus-ngelus jidatku yang sakit dan sadar ternyata yang aku tabrak bukanlah tembok melainkan punggung lebar bos galakku. Punggung kok keras seperti tembok.
"Makanya kalau jalan tuh jangan sambil mendumel, tau rasa kan," ucapnya yang kini sudah berbalik kehadapanku.
Aku mengerucutkan bibirku, kebiasaanku kalau sedang kesal. Sambil mengelus-ngelus jidatku dan dia menarik tanganku yang berada di jidat lalu dengan perhatiannya dia memeriksa jidatku lalu mengelusnya. "Sudah, tidak sampai biru kok," ucapnya membuatku tersipu sendiri.
Kami melanjutkan perjalanan kami. Cukup jauh kami berjalan, kakiku mulai terasa ngilu dan sakit apalagi aku memakai higheels. Aku berhenti sebentar, karena kakiku terasa pegal.
"Kenapa?" tanyanya.
"Kakiku sakit, kita sudah berjalan jauh," keluhku memegang betisku yang sakit.
"Siapa suruh tadi melarangku membawa mobil," jawabnya.
"Ya tadi kan aku ingin naik beca," belaku.
"Lalu? Di sini tidak ada beca ataupun taksi," ucapnya.
"Sekarang gimana? Aku gak kuat buat jalan," ujarku karena memang sudah tidak kuat lagi berjalan
Tiba-tiba saja dia berjongkok di hadapanku.
"Cepat naik?" ucapnya dengan nada datar dan penuh perintah. Aku terpaku, apa maksudnya barusan nyuruh gue naik. "Lama sekali, cepat naik ke atas punggungku, bukannya pegal. Keburu malam nih."
Cih dasar tidak ada romantis-romantisnya sama sekali! Oooppss, memangnya siapa aku ini, ingin di perlakukan romantis oleh bosku ini.
Tak butuh waktu lama akupun langsung naik kepunggungnya dan diapun berdiri, rasanya nyaman sekali di gendong olehnya. Aku mampu mencium parfum maskulinnya dan Aku mempererat kalungan tanganku ke lehernya karena takut jatuh.
"Apa berat?" tanyaku.
"Sangat, kamu kan si tukang makan mana mungkin badannya enteng," sahutnya dengan datar.
"Ck, tapi aku kan tidak gendut," protesku tak terima di bilang berat.
"Ya memang, tapi tetap saja berat." ucapnya. "Ahh,, menyusahkan sekali!"
Cih, dasar menyebalkan bukannya ikhlas membantu malah menggerutu. Aku hanya diam dan mengerucutkan bibirku, kesal. Selama perjalanan kami terdiam membuatku tidak betah, tapi sedikit sedikit aku menatap wajahnya dari samping dan dekat. Mempesona sekali, ahh benar-benar ciptaan Tuhan yang sangat sempurna.
"Sedang mengagumi keindahan wajah tampanku, eh?" ucapnya membuatku tersentak. Bagaimana dia tau?
"Aku merasakan nafasmu menerpa wajahku," ucapnya lagi semakin membuatku melongo.
Bagaimana dia tau isi kepalaku?
"Karena kamu terlalu polos, jadi aku bisa membaca dengan jelas isi kepala kamu," ucapnya lagi.
"Kyaaaa,,,,!!!" aku berteriak dan menutup wajahku dengan kedua tanganku karena kaget dia bisa tau isi kepalaku.
"Ck,, berpeganganlah nanti kamu jatuh!" Aku segera mengalungkan kembali tanganku ke lehernya.
"A..apa kamu seorang cenayang?" Siapa tau dia memang ada keturunan Ki Joko Bodo.
" Aku hanya seorang Ceo tampan," jawabnya dengan sangat percaya diri.
"Ck, percaya diri sekali!"
Dan akhirnya kami sampai didepan kamar hotel kami. "Beristirahatlah, nanti jam 7.30 aku tunggu kamu di restaurant bawah untuk makan malam," ucapnya.
"Siapp Bos!"
♥
Sudah jam 7.30 waktunya makan malam, aku hanya memakai dress tanpa lengan merah marun di atas lutut dan makeup senatural mungkin, dan rambut ku ikat kuda. Oke sudah siap, aku segera bergegas kelantai 3, dimana restaurant itu berada.
Sesampainya di sana aku mencari sosok Ayam Jantan tampan dan tepat di sebelah kanan sana, aku melihatnya dengan memakai kaos lengan panjang berwarna abu dan celana jeans putihnya. Apa penampilanku terlihat berlebihan yah? Sepertinya tidak,
Hmmp, aku kira ini semacam dinner yang romantis ternyata tidak dan di sana dia dengan siapa yah? Aku berjalan menghampirinya. Siapa mereka? lho kok ada Clara juga di sana. Aku sedikit melamun hingga teriakan Clara menyadarkanku.
"Keysa!" teriaknya melambaikan tangan ke arahku, dan aku hanya tersenyum padanya dan semua orang yang ada di sana melihat ke arahku kecuali si Ayam muka datar itu, terlihat masih asyik dengan iphonenya. Aku berjalan mendekati mereka.
"Hai," sapaku.
"Hai," sapa dua orang laki-laki yang ada di sana kecuali Felix dan Clara tersenyum manis padaku.
"Aku kan sudah bilang jam 7.30, kenapa telat? Kita jadi menahan lapar gara-gara menunggu kamu!" ucap Ceo galakku dengan sinis, dia kembali kewataknya yang pertama.
"Maaf Pak, lagipula saya cuma telat 10menit saja," ucapku dan duduk di sebelah Clara.
"Tidak apa-apa kok Key, lagipula kami juga baru dating," ucap Clara.
Huh, dasar menyebalkan. Dia sengaja cari alasan untuk memarahiku.
"Aku Devan sahabatnya Felix," ucap laki-laki tampan di samping Felix menyadarkanku.
"Aku Keysa!" Aku menyalami tangan laki-laki tampan itu, meskipun masih tampan Felix sih.
"Aku Remon pacarnya Clara dan sahabatnya bos kamu," ucap laki-laki yang berada di sebelah Clara
"Aku Keysa." Aku tersenyum ke arahnya. "Kok kamu di sini sih, Clar?" tanyaku heran.
"Aku di ajak pacarku ke sini, mumpung weekend. Kenapa kamu merasa terganggu yah karena tidak bisa berduaan sama Bosmu?" goda Clara.
"Eh enggak kok, hanya kaget saja," ucapku dengan nyengir lebar.
♥
Aku tengah berjalan menuju kamar hotelku, tetapi tiba-tiba dari kamar sebelah ada yang menarikku hingga masuk ke dalam kamar hotelnya dan segera menutup pintu. Tubuhku di dorongnya ke daun pintu membuatku bingung dan heran.
"Ada apa Pak?" tanyaku heran melihat tingkah Felix. "Apa saya buat salah.....hmmmpp!" Aku tidak melanjutkan ucapanku karena bibirnya membekap bibirku. Felix terus mencium dan mulai melumat bibirku yang masih tertutup. Aku masih terpaku dan sedikit menikmatinya hingga kesadaranku datang. Dengan sekuat tenaga, aku mendorong tubuh Felix hingga ciuman kami terlepas.
Plak
Tanganku begitu saja melayang dan mendarat di pipi tampan Felix. Aku sadar aku sudah menampar siapa. Aku menutup mulutku dan segera keluar dari kamarnya dan berlari masuk kedalam kamarku.
"Dia mencuri ciuman pertamaku, apa yang sudah dia lakukan. Dan apa yang sudah aku lakukan? Aku menamparnya, pasti besok aku akan di pecat? Ahhh bodoh bodoh kau Keysa!" gerutumu memukul kepalaku sendiri.
"Bagaimana ini?" keluhku menutup wajahku sendiri dengan kedua tangannya
♥