Mia terus menolak untuk menikah dengan Chris, keduanya kini sedang berdebat sengit, Dika yang berada di di sana hanya bisa menggelengkan kepalanya saja.
Hem, belum juga resmi menikah, mereka sudah berdebat saja. Tapi, gadis itu memang benar juga sih. Sudah pasti dia menolak mendadak menikah seperti ini, apa lagi dia dan Chris baru saja bertemu, batin Dika, merasa kasihan dengan Mia.
"Kalau kamu tidak mau menikah denganku tidak masalah, tapi kamu harus bertanggung jawab atas berkas yang sudah kamu rusak! Kalau tidak, aku akan melempar kamu kebalik jeruji besi!" ancam Chris, menatap tajam ke arah Mia.
Mia sedikit bergidik ngeri melihat tatapan itu. "Om, jangan seenaknya membuat keputusan ya! Sudah aku katakan aku tidak sengaja, lagi pula juga bukan salahku. Pokoknya aku tidak mau, kalau begini ceritanya, sama saja lepas dari kandang buaya masuk ke kandang singa, Om!" gerutu Mia, tetap menolak.
"Oh, jadi kamu tetap menolaknya? Baiklah, aku laporkan sekarang juga," ancam Chris, mengambil ponsel miliknya di dalam saku jasnya.
"Eh, Om. Jangan seperti itu dong! Aku tidak mau masuk penjara," Mia menarik ponsel milik Chris hingga jatuh di atas lantai.
Melihat ponselnya terjatuh, Chris hanya bisa memegang kepalanya saja. "Kamu benar-benar ya! Semua barang kamu buat rusak! Memangnya tangan kamu itu terbuat dari apa sih?" omel Chris memungut kembali ponselnya yang sudah dalam keadaan mati.
Dika hanya tertawa melihat kesengsaraan Chris. Mendengar suara tawa dari Dika, Chris melempar Dika dengan ponselnya yang rusak.
"Eit, santai mas Bro! Jangan anarkis dong!" ejek Dika.
" Om aku minta maaf, aku tidak sengaja. Jangan laporin aku ya Om! Aku- aku mau menerima pernikahan ini. Tapi jangan laporkan aku ke polisi," ucap Mia pada akhirnya.
"Jadi kamu mau menikah? Baiklah, aku tidak akan melaporkan kamu," sahut Chris masih dengan raut wajah masamnya.
"Aduh sayang sekali! Kenapa kamu mau menerima pernikahan ini terlalu cepat?" tanya Dika menyayangkan keputusan Mia.
Mia dan Chris menatap heran ke arah Dika. "Kenapa memangnya Om?" tanya Mia.
"Memang kenapa Dik? Kamu tidak suka?" tanya Chris juga.
"Bukan tidak suka. Tapi, akan lebih seru lagi jika lebih banyak barang-barang kamu yang rusak dulu Chris, baru setelah itu gadis itu menerima pernikahan ini," sahut Dika tertawa keras.
"Sialan kamu Dik, kamu mau membuat aku rugi?" omel Chris.
"Tidak juga, tapi kalau pun rugi juga, kamu kan orang kaya? Orang kaya bebas," jawab Dika. "Oh iya, kalian berdua terlihat cocok!" timpal Dika menggoda keduanya.
"Amit-amit," jawab keduanya serempak.
Mendengar jawaban Mia dan Chris yang terlihat kompak, membuat Dika menjadi-jadi menggoda Chris dan juga Mia.
"Kalau kamu masih berani menggodaku, aku potong gaji kamu Dik, lihat saja!" ancam Chris.
"Eh, jangan dong Bro! Iya, aku minta maaf," sahut Dika, terpaksa menghentikan aksinya.
Dasar dua pria gila, dari tadi hanya berdebat saja. Jadi, aku ini bagaimana nantinya? Apa keputusanku sudah benar? Ah, kepalaku pusing! Batin Mia, memegang kepalanya.
"Kamu kenapa?" tanya Chris heran.
"Tidak apa-apa. Aku biasa saja!" jawab Mia.
"Besok kita menikah, tapi kamu tenang saja. Aku menikahi kamu bukan karena aku suka dengan kamu. Aku hanya menunggu waktu yang tepat untuk menikah dengan kekasihku, ingat ya, ini hanya pernikahan kontrak saja. Setelah saatnya tiba, kita bercerai dan kamu bebas melakukan apa pun setelah itu," jelas Chris.
"Iya aku tau, aku juga tidak mau menikah lama-lama dengan Om. Kalau sudah selesai, aku mau ke dapur dulu. Aku lapar, di dapur ada bahan makanan kan Om?" tanya Mia, memegang perutnya.
"Tidak ada. Yang ada cuma mie instan dan telur saja," jawab Chris.
"Hem, mie dan telur kedengarannya juga enak. Yasudah, aku ke dapur dulu," sahut Mia, beranjak dari duduknya, kemudian melangkah ke arah dapur.
Sepeninggal Mia, Chris dan Dika nampak beradu tos ria. "Berhasil Dik," bisik Chris.
"Kan sudah aku katakan, cara ini pasti berhasil. Dia sudah tidak ada pilihan, ibarat makan itu, dia makan buah simalakama. Lebih baik kita urus pernikahan ini saja secepatnya Chris, siapa tau nanti dia berubah pikiran," sahut Dika ikut berbisik.
"Kamu benar Dik, tumben otak kamu encer hari ini," puji Chris, menepuk pundak Dika.
"Otakku memang selalu encer, kamu saja yang baru tau sekarang," gerutu Dika kesal.
"Sudah, jangan terlalu menggerutu! Sudah seperti ibu-ibu saja," sahut Chris.
Chris menghampiri Mia di dapur, aroma dari mie buatan Mia membuat cacing-cacing di perut Chris berdisko ria. "Sepertinya mie buatan kamu enak," puji Chris, berharap bisa memakan mie itu.
Mendengar suara Chris, Mia menoleh ke belakang. "Kalau mau, masak sendiri!" ucap Mia, membawa semangkok mie telur ke arah meja makan.
"Eh, kamu tidak mau memasakkan calon suami kamu?" tanya Chris kesal.
"Calon suami kontrak maksud Om? Nanti saja Om minta masakan kekasih Om," sahut Mia asal.
"Kamu cemburu? Eh, bocah, jangan cemburu, aku juga tidak menyukai kamu!" ejek Chris.
"Sorry ya Om, aku tidak cemburu. Lagi pula untuk apa cemburu dengan pria berumur seperti Om!" Mia balas mengejek.
"Enak saja mengatakan aku berumur, memangnya ku setua itu! Ingat ya, kalau di depan orang tuaku nanti, jangan pernah memanggilku Om!" Chris yang merasa kesal memperingati Mia.
"Iya, aku tau itu," jawab Mia singkat.
Dika yang merasa Chris ke dapur terlalu lama, segera menyusul Chris.
"Woy, Chris. Ayo buruan! Katanya mau pamit? Kenapa sekarang malah berdebat lagi? Jangan terlalu berdebat, nanti jadi cinta sungguhan!" ejek Dika, mengulum tawanya.
"Ih, amit-amit jabang bayi," tolak Mia, mengetuk-ngetuk jidatnya dengan tangan.
"Siapa juga yang mau? Sampai mati pun, aku tidak mau jatuh cinta dengan bocah labil seperti kamu!" tolak Chris juga.
"Aku juga tidak mau ya Om! Sampai aku mati, aku juga tidak mau mengatakan cinta pada Om!" gerutu Mia.
"Sudahlah, kami pamit dulu! Kalian sudah seperti kucing dan tikus saja kalau masih bertemu!" ucap Dika, menarik tangan Chris menuju luar pintu apartemen.
"Dasar cewek labil!" gerutu Chris, sesudah sampai di tempat parkir.
"Cewek labil begitu juga calon istri kamu Chris, lebih baik kamu jangan membuat masalah dengan dia! Gadis labil seperti itu memang bar-bar, kamu harus bisa mengendalikan diri kamu!" Nasihat Dika yang merasa kasihan dengan bosnya itu.
"Hem, kamu benar. Dia masih sangat bar-bar dan kata-katanya sangat tajam!" sahut Chris.
Chris memutuskan untuk menemui mamanya di rumah, Chris ingin memberitahukan rencana pernikahannya besok pagi. Dengan ditemani oleh Dika, Chris melajukan mobilnya.
Sesampainya Chris di rumah, ternyata orang tuanya sedang asyik duduk bersama Tania, calon istri yang dipilih oleh mamanya sendiri. Raut wajah Chris terlihat masam, apa lagi Dika selalu saja berbisik mengejek.
"Chris, kamu pulang? Tumben cepat Chris?" tanya Papa Chris, saat melihat kedatangan Chris.
"Eh, Chris!" sapa Tania, tersenyum menggoda.
Chris membuang muka saat melihat senyuman itu, sedangkan Dika hanya bergidik ngeri.
"Ma, aku mau bicara sebentar," ucap Chris tanpa menanggapi sapaan dari Tania dan pertanyaan dari sang Papa.
"Bicara di sini saja Chris!" pinta Mamanya.
"Ikut sebentar saja Ma," Chris mengedipkan matanya, berharap mamanya mengerti.
Mama Chris beranjak dari duduknya, diikuti dengan Papanya. Tania hanya bisa mendengus kesal mendapatkan respon yang tidak baik dari Chris.
"Ada apa Chris?" tanya Mamanya saat ketiganya berada di ruang kerja papa Chris.
"Besok aku menikah Ma," ucap Chris langsung memberitahukan inti keinginannya.
"Menikah Chris? Dengan siapa? Tasya atau Tania?" tanya Papa Chris terkejut.
"Kamu menerima perjodohan ini Chris?" tanya Mamanya juga merasa sangat terkejut.
"Sudah aku katakan Ma, aku sudah besar, aku tidak mau dijodohkan seperti ini! Aku sudah memilih calonku sendiri, tentu saja itu bukan Tania, dan Tasya!" jawab Chris.
"Lalu, siapa? Anak siapa? Apa dia wanita baik-baik? Kamu bertemu dimana? Sudah kenal lama?" Banyak sekali pertanyaan yang dilontarkan oleh Mama Chris.
"Ma, kalau tanya itu satu-satu dulu! Jangan bertanya seperti kereta api!" tegur Papah Chris.
"Itu tidak penting Ma, yang penting, besok aku menikah. Namanya Mia, dia gadis baik-baik, dan usianya sembilan tahun di bawahku!" sahut Chris.
"Gila kamu Chris! Kamu menikahi anak di bawah umur! Kamu sadar?" tanya Mama Chris tidak habis pikir dengan pilihan anaknya.
"Mama kamu benar Chris, kenapa menikahi gadis semuda itu? Itu usia yang harusnya masih mengenyam pendidikan menengah atas atau berkuliah! Apa tidak ada wanita lain lagi?" tanya Papanya menolak.
"Dia ini yatim piatu Ma, Pa. Dia tidak ada uang melanjutkan biaya untuk sekolah, dia gadis yang baik. Memangnya kenapa kalau aku menikahi gadis sepuluh tahun di bawahku? Yang terpenting kan aku menikah, dan itu yang Mama dan Papa mau kan?" tanya Chris kesal.
"Kami memang mau kamu menikah, tapi tidak seperti ini caranya! Apa kamu memaksanya menikah?" tanya Mamanya, menatap curiga.
Chris yang mendengar pertanyaan mamanya itu terlihat gugup, namun dengan cepat menormalkan kembali reaksinya.
"Tidak, aku menikahinya atas dasar suka sama suka, tidak ada unsur paksaan. Kalau Mama tidak percaya, Mama boleh bertanya pada Mia," sahut Chris, mencoba meyakinkan kedua orang tuanya.
Mendengar ucapan Chris, orang tuanya yang merasa curiga, langsung menyetujui untuk bertemu dengan calon menantu mereka terlebih dahulu.
"Antar kami berdua bertemu dengannya, tapi yang mengantarkannya harus Dika, kamu tidak usah ikut!" ucap Papa Chris, membuat keputusan.
Wajah Chris menegang, dia takut semuanya terbongkar, dan rencananya akan gagal. Tapi, untuk membantah pun kali ini tidak akan mungkin bisa. Akhirnya Chris hanya bisa pasrah, dan berharap Mia bisa meyakinkan kedua orang tuanya nanti.
Sesampainya di ruang keluarga, Mama Chris meminta Tania untuk pulang dengan alasan, mereka harus pergi ke suatu tempat dulu. Dengan sangat terpaksa Tania akhirnya pulang, dengan wajah yang terlihat masam.
"Dika, antarkan Om dan Tante menemui calon Chris, sekarang!" perintah Mama Chris.
Dika terkejut mendengar perintah itu, ditatapnya Chris seolah meminta penjelasan.
"Tidak usah melihat Chris seperti itu Dik, antar saja. Chris di rumah saja, mulai hari ini dia dipingit dulu!" ucap Mama Chris lagi, memaksa Dika.
Dengan sangat terpaksa Dika membawa kedua orang tua bosnya itu menuju apartemen milik Chris.
"Bukannya ini apartemen Chris? Memangnya gadis itu tinggal di sana?" tanya Mama Chris, terlihat tidak suka.
"Anu Tante, itu. Aduh, bagaimana ya ceritanya," jawab Dika gugup.
"Kenapa kamu gugup Dik? Apa ada sesuatu yang kalian berdua rencanakan?" tanya Papa Chris curiga.
"Ti-tidak ada Om. Mia memang tinggal di apartemen milik Chris, karena dia hanya hidup sebatang kara, dan dia juga orang tidak punya Om," Cerita Dika.
"Hem, begitu!" sahut Papa Chris, tetap merasa curiga.
"Kamu tidak berbohong kan Dik? Awas saja kalau berbohong. Nanti Tante laporkan pada Diana!" ancam Mama Chris.
Mendengar akan dilaporkan dengan ibunya, Dika nampak semakin gugup.
"Ah, Tante. Mana berani Dika bohong sama Tante dan Om," ucap Dika, menormalkan ekspresinya.
Aduh, bagaimana ini? Mia pasti masih memakai pakaian Chris, kalau orang tua Chris melihatnya bisa gawat ini. Semuanya pasti terbongkar, dan lagi bagaimana nanti Mia mencoba meyakinkan orang tua Chris, apa jangan-jangan Mia nanti mengaku, kalau dia dipaksa oleh Chris? Bisa gawat, kacau balau semuanya nanti, batin Dika dalam hati.
"Kamu kenapa Dik? Ini sudah sampai, ayo kita masuk sekarang!" Paksa Mama Chris, yang hendak turun.
"Eh, iya Tan, ayo!" ajak Dika.
Ketiganya berjalan beriringan, tidak ada percakapan yang terjadi di sepanjang jalan menuju kamar apartemen milik Chris.
Sesampainya mereka di depan pintu, Mama Chris mengetuk pintu sedikit keras. Mia yang sibuk beres-beres ruangan milik Chris, merasa terkejut mendengar suara ketukan itu. Hatinya terasa ragu untuk membuka pintu.
Siapa ya? Kalau Om itu kan sudah pasti langsung masuk saja karena punya kunci cadangan, bagaimana kalau itu orang kiriman mucikari itu? Aku harus apa? Tanya Mia ketakutan.
Pintu diketuk terdengar lagi, dengan perasaan was-was, Mia membuka pintu itu perlahan.
"Siapa ya?" tanya Mia, merasa asing dengan dua orang di depannya kini.
Dika muncul dari arah belakang, lalu mengedipkan mata ke arah Mia. Melihat kedatangan Dika, Mia merasa sedikit lega.
"Ini calon mertua kamu," ucap Dika, memperkenalkan orang tua Chris.
Mendengar kata-kata itu, Mia langsung mempersilahkan ketiganya masuk. Mama Chris meneliti Mia dari atas sampai bawah, semua sudut ruangan juga dia perhatikan.
Syukurlah Mia sudah ganti baju, tapi dia dapat baju dari mana? Bukannya bajunya tadi pagi basah? Tanya Dika dalam hati, merasa heran sekaligus lega.
"Silahkan duduk, Tante, Om!" ucap Mia mempersilahkan.
"Kamu Mia?" tanya Mama Chris menatap datar ke arah Mia yang terlihat rapi dengan gaun berwarna merah muda.
"Iya Tante, saya Mia," jawab Mia sesopan mungkin.
"Apa benar Nak, kamu akan menikah dengan Chris besok?" tanya Papa Chris, terlihat menyukai pembawaan Mia.
"Chris? Siapa Om?" tanya Mia bingung.
"Chris anak saya! Kamu tidak tau namanya?" tanya Mama Chris curiga.
Dika hanya bisa menutup matanya.
Aduh Mia, kenapa pakai acara bertanya segala, semuanya pasti terbongkar kali ini. Aku dan Chris bisa sama-sama tamat kalau begini ceritanya, batin Dika.
"Jawab Nak! Kamu tidak mengenal Chris? Apa dia memaksa kamu menikah?" tanya Papa Chris, bicara serius.
Mia mulai membuka mulutnya, melihat itu, orang tua Chris terlihat menunggu jawaban dari Mia, sedangkan Dika hanya bisa menutup rapat kedua telinganya.
"Saya," Mia menghentikan kata-katanya sejenak.