Skenario keluarga Lampauta

1238 Words
Anima pulang dan melihat kalau rumahnya ramai. Tama turun lebih dulu untuk memastikan sesuatu, Anima menunggu di mobil. Dia masih terlihat anggun, tidak ada wajah panik atau penasaran. Tama terlihat baru saja keluar dari rumah besar Lampauta. Dia berjalan kembali ke mobil. "Nona, di dalam ada pertemuan yang mungkin tidak akan nona suka!" Tama bahkan masih dalam keadaan baru saja duduk kembali ke kursinya, tapi suaranya sudah lebih dulu disampaikan. "Apa orangtuaku mencoba menjodohkanku lagi?" Anima sudah menebak, dia diundang dadakan dalam acara anniversary pernikahan mereka. Itu aneh. "Ada siapa saja yang hadir?" Anima mulai membuka lagi laptopnya. Yang dia maksud adalah orang-orang yang coba dijodohkan dengannya. "Tidak banyak, tapi juga tidak bisa diremehkan. Mereka tidak bisa nona singgung!" Tama benar-benar bergetar saat mengatakannya, dia takut dengan kekuatan nama besar Lampauta. Menghadirkan orang-orang itu jelas tidak mudah, tapi mereka berhasil. Tama menyebutkan seorang pengusaha muda yang terkenal dari negara Malaysia. Lalu juga ibu presiden yang membawa serta putranya. Pemimpin perusahaan besar GTbar, Titan Barel. Dan yang paling gila adalah anak seorang pengusaha sukses yang memiliki aset menyebar di seluruh Asia, memiliki untuk perusahaan di Indonesia, dia Anggar Anggoro. Anima yang tadinya masih memiliki penampilan anggun, sekarang berubah sedikit marah. Ada kerutan samar di keningnya, Tama tidak berani bertanya karena tahu bosnya menahan kesal. "Ayo keluar, kita akan masuk lewat pintu samping saja. Aku tidak bisa mempermalukan diriku sendiri dengan penampilan seperti ini!" Anima benar-benar tidak bisa menghindar dari pertemuan dalam acara ini, karena tidak ingin membuat keluarganya jatuh dalam tertawaan tamu-tamunya. Anima tidak menyangka, orangtuanya benar-benar tidak ragu menggunakan koneksinya, demi mendapatkan mantu sesegera mungkin. Dia jadi merasa akan dijual dan ditawarkan dalam sebuah lelang kalangan atas. Pada dasarnya, Anima tidak suka terlibat dalam skenario rumit para orang sukses tersebut. Selain demi keturunan, mereka biasanya hanya mementingkan kehormatan. Anima tidak mungkin mau terjebak dalam pernikahan yang melelahkan seperti itu. Tama sudah mengantarkan Anima ke kamarnya, sedangkan dia langsung kembali ke kamar yang biasa dia gunakan saat ada di rumah itu. Dia juga langsung berganti pakaian, dan membaur dalam acara para orang-orang penting tersebut. Maya tersenyum senang melihat sosok Tama berdiri bersama tamu yang lain. Ada sekitar puluhan tamu yang sengaja dia undang, dan semuanya hanya kedok. Karena tujuannya mengadakan acara yang tidak perlu itu demi menggaet calon mantu. "Dimana bos-mu?" Maya bertanya setelah berhasil menyelinap dari pandangan orang-orang. "Sedang berganti pakaian, nyonya!" Tama baru selesai menjawab, saat sudah ada bisikin mengerikan dari nyonya besar. "Hari ini, pastikan Anima agar berkencan dengan salah satu pria di sini. Kau harus membantu, atau kau dipecat!" ancam Maya memperingatkan. "Maaf, hanya nona Anima yang dapat memecat saya!" Tama mencoba tetap tenang, dia tahu tempatnya. Maya mencibir, dia akan berbicara lagi, saat melihat kedatangan yang menyorot perhatian. Anima turun masuk ke ruangan dengan tampilan anggun dan mengagumkan. "Cantiknya putriku. Ah, aku tidak sia-sia melahirkannya!" Maya langsung menghampiri Anima, menggandengnya menuju ke tengah-tengah ruangan. Anima mulai merasa sedang dipamerkan. Diapun berusaha tetap anggun, meskipun merasakan kepalanya pusing. Tidak tahu apa yang orang-orang pikirkan tentangnya, tapi dia tahu kalau mereka mulai menilai dari ujung kaki, hingga ujung kepala. "Kau hebat!" bisik Maya pada putrinya, masih dengan memasang senyum terbaiknya. "Mama jauh lebih hebat!" Anima menjawab pujian mamanya dengan sindiran. Acara pun dimulai. Maya dan Galih menjadi pasangan tua yang romantis. Merayakan ulangtahun pernikahannya yang ke dua puluh tujuh tahun, hanya selisih dua tahun dari usia Anima. Anima juga diperkenalkan dengan beberapa tamu penting itu, Maya benar-benar menawarkan secara sukarela. "Anda juga terlihat tampan, tuan Anggar!" Anima menjawab pujian dari seorang Anggar Anggoro. Diantara yang lainnya, hanya Anggar Anggoro yang langsung mendekatinya secara terang-terangan. Anima sudah beberapa kali bertemu dengannya, dan dia tahu karakter dari anak pengusaha sukses tersebut. Dia agak lebih santai, dari beberapa orang kaya biasanya. "Yah, dan kau terlihat jenuh!" Anggar menyindir dengan guyonan, meskipun tidak lucu Anima tetap tertawa. "Apakah terlihat jelas?" Anima tidak mengelak. "Yah, jika boleh aku katakan, acara ini benar-benar hebat!" Anima tidak tahu, Anggar sedang benar-benar memuji atau menyindir. Dia tidak begitu peduli. Saat ini, dia hanya perlu memasang senyum anggun, agar tidak terlalu terlihat mengenaskan. "Tentu, bahkan orang sibuk seperti anda mau datang ke acara orangtua seperti ini!" Anima balik menyindir sarkasme dengan ucapan tidak langsung. Anggar tertawa, dia merasa tersindir. Anima benar sekali, dia memilih datang karena acara orangtua ini adalah acara keluarga Lampauta. Keluarga terpandang yang memiliki bisnis di bidang pendidikan. Keluarga yang ikut berpartisipasi dalam mendidik generasi muda Indonesia. Memiliki banyak sekolah swasta yang dibangun pribadi oleh keluarga tersebut. Yang paling penting, adalah putri cantik yang terkenal cerdas dari keluarga Lampauta, Anima Lampauta. "Kau bisa tetap berada di sisiku. Aku menawarkan tempat perlindungan!" ujar Anggar mampu mendapatkan fokus Anima. Yah, Anima agak terkejut mendengar apa yang dikatakannya. Apakah semua orang juga bisa menebak tujuan dari diadakannya acara ini, seperti Anggar. Dia benar-benar kesal dengan pemikiran tersebut. Meskipun pada dasarnya, benar apa yang dikatakan boleh Anggar. Jika dia tidak berdiri bersamanya, maka akan ada pria lain yang mendekatinya. Karena mamanya tidak akan menyia-nyiakan kesempatan untuk menemukan calon mantu. "Terimakasih atas tawarannya. Aku tidak akan menolaknya!" Anima berkata sopan. Anggar tersenyum. Dia benar-benar kagum dengan karakter wanita cantik di depannya. Tidak ada basa-basi atau tipuan. Hanya ada wajah anggun dan ucapan yang jujur. Tidak seperti keluarga kaya lainnnya, tidak ada kesombongan dalam penampilannya, hanya ada keanggunan yang malas. Tama memperhatikan bos-nya dari kejauhan. Bersyukur, karena bosnya masih mau bertahan di acara ini. Dia bisa dibuat pusing oleh keluhan nyonya besar, jika bosnya itu menghilang dari acara pesta. Lihat saja, nyonya besar selalu mengawasi putrinya dengan mata elang. Dia merinding, bayangkan saja jika dia di posisi bosnya. Di posisinya saja dia hampir stres dan penuh tekanan. Anima tidak hanya terlihat akrab dengan Anggar Anggoro, tapi juga dengan pemuda lainnya. Tapi yang paling menyita perhatian hanya Anggar yang dapat membuat Anima tersenyum lepas. Beberapa wartawan yang diijinkan menyorot suasana pesta tidak mau kehilangan momen tersebut. Dalam beberapa menit, berita dan foto menyebar di seluruh antero jagat tentang kedekatan mereka. Anima memang tersenyum lepas, karena Anggar membuat lelucon tentang dirinya sendiri. Sosok Anggar yang santai membuat Anima tidak lagi kaku. Itu membuat Maya tersebut lega, karena ini pertama kalinya Anima mau dekat dengan pria agak lama dari biasanya. Biasanya pun hanya karena urusan bisnis. Berita itu menyebar cepat dengan judul besar, 'Anima Lampauta tampak akrab dengan seorang anak pengusaha sukses Asia' Foto keduanya juga dipajang bersama judul besar tersebut. Semua orang jadi bertanya-tanya tentang kedekatan mereka. Di kantin, saat makan siang para pegawai mulai sibuk membicarakan tentang kedekatan bos mereka yang terkenal dingin. "Lo udah liat fotonya?" tanya Andi pada Nisa. Nisa mengangguk, semua wanita dan pria pasti merasa iri dengan kesempurnaan yang mereka miliki. Pasangan serasi menjadi deadline dalam berita tersebut. "Iya, bos kita sangat cantik dalam balutan gaun merah. Kupikir dia penggemar warna putih-hitam!" Nisa mengungkap pendapatnya juga. Mereka saat ini masih dalam jam kerja, tapi karena panasnya berita, tidak ada yang bisa tahan untuk tidak membicarakannya. Kai sudah melihat dari ponsel Andi. Dia baru saja menjual ponselnya beberapa hari lalu, jadi dia tidak akan tahu kalau tidak dari temannya itu. Entah apa yang sedang dia rasakan. Hanya ada kekosongan dan sedikit rasa malu. Dia sempat mengagumi wanita yang akan menjadi ibu dari anaknya kelak, dia wanita yang terlalu tinggi jauh di atasnya. Dia sadar, dia tidak layak bahkan untuk sekedar mengaguminya. Wanita cantik, cerdas, kaya dan baik. Bagaimana dia bisa berpikir untuk melihatnya? Senyum tipis muncul di bibirnya. Nisa menyenggol lengannya karena melihat senyum itu. Kai hanya menggeleng sebagai jawaban.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD