Proses yang panjang (18+)

1184 Words
Kai terdiam seperti patung, setelah acara makan malam, tiba saatnya dia akan melakukannya. Sedikitpun tidak berani menoleh ke samping, karena Anima terlihat sedang menunggunya mengambil gerakan pertama. Dia tahu apa yang dilakukannya ini salah, tapi bagaimanapun dia sangat butuh uang. "Apa kau belum pernah melakukan ini sebelumnya?" tanya Anima yang tidak ingin membuang waktu terlalu lama, ini sudah sejam sejak mereka berbaring di tempat tidur yang sama. "Belum, apakah Anda sudah?" Kai tahu dia lancang, entahlah karena pikiran dan mulutnya tidak bisa sinkron saat ini. "Lihat saja sendiri, apakah aku sudah atau belum!" tantang Anima, dia tidak berniat mengembangkan perasaan, jadi semua ini murni sebagai bentuk kesepakatan untuknya. Melihat kegugupan Kai, dia agak tidak sabar. Kai memerah mendengar jawaban bos-nya. Bodoh jika dia tidak mengerti kode yang diberikannya. Artinya bosnya itu menyuruhnya untuk membuktikan sendiri, apakah dia pernah. Itu undangan tersirat. Anima melihat Kai memerah malu, dia bangkit untuk duduk. Dan menghadap ke arah sampingnya. Kai ikut duduk, dia sebenarnya merasa tidak enak. Mereka sudah sepakat, tapi dia malah begitu. Tapi mau bagaimana lagi, dia gugup. Tidak tahu bagaimana akan memulainya. "Kau butuh menonton film blue lebih dulu?" Anima menawarkan, dia hanya butuh Kai menembak ke dalamnya, agar dia bisa segera hamil. Targetnya tidak harus sekali jadi, tapi kalau sekali saja sudah berhasil itu akan lebih baik. Kai benar-benar malu sambil memegang pipinya, dia mengangguk. Bukannya dia bersikap tidak senonoh, tapi Kai butuh tuntunan, meskipun dia sudah pernah menonton film blue sebelumnya, tapi dia masih tidak tahu cara memulainya. Anima tidak menunjukkan ejekan atau ekspresi marah. Dia masih dengan wajah datarnya, terlihat serius hingga agak aneh bagi Kai, saat Anima menawarkan melihat film blue dengan wajah seperti itu. Mengambil laptopnya, Anima lebih dulu mendownload filmnya. Dia memilih yang durasinya paling pendek. Karena dia butuh cepat. Mereka hanya diam, duduk berdampingan sambil menunggu filmnya selesai didownload. Situasi yang canggung bagi Kai, tapi tidak bagi Anima. "Ponselmu berbunyi!" ujar Anima yang agak terganggu dengan nada deringnya yang berisik. Kai meraih ponselnya buru-buru, dia melihat nama adiknya di sana. Padahal itu sudah cukup malam untuk menelpon. Dia jadi khawatir, takut terjadi sesuatu pada ibunya. "Hallo, assalamualaikum. Kenapa, dek?" "…." "Oh, kau dapat pergi, sebelum berangkat kerja, aku akan mengunjungi ibu lebih dulu!" Kau tampak serius pada awalnya, tapi kemudian rileks. "…." "Emh, kakak menginap di rumah teman!" jawab Kai melirik bosnya. Anima tidak berniat menguping, tapi karena posisinya yang terlalu dekat, membuatnya bisa mendengar. Tapi dia tampak cuek, karena tidak mau ikut campur. "Sudah selesai!" beritahu Anima yang langsung memutar filmnya. Di awal, itu hanya menayangkan saat tokoh utama pria berkunjung ke tempat wanita tersebut. Lalu ada perbincangan, kedua tokoh dalam film terlihat sangat asik pada awalnya, hingga tangan si laki-laki mulai berani menyentuh tangan si wanita. Adegan berlanjut dengan, laki-laki itu mulai mengangkat tokoh utama wanita ke pangkuannya. Mereka saling memandang, kemudian berlanjut saling memagut mesra. Kai langsung memalingkan wajahnya, tapi suara erangan wanita tetap terdengar. Dia akhirnya melihat lagi, saat tokoh utama pria sedang membantu wanitanya melepaskan celana dalam. Anima masih tampak datar, berbeda dengan Kai sudah merasa malu sendiri mendengar erangan dalam film tersebut. Tanpa di sadarinya, ada panas menjalar di tubuhnya. Reaksi wajar bagi seorang yang mulai terangsang. "Hentikan!" ujar Kai dengan suara serak, sebelah tangannya sudah memegang tangan Anima tanpa sengaja. Sesuai permintaan Kai, Anima menghentikan pemutaran filmnya. Dia langsung meletakkan kembali laptopnya ke atas meja. Saat berbalik, wajah Kai sudah berada tepat di depan wajahnya. Dia tidak menghindar, menatap pada mata yang mulai terselimuti kabut gairah. "Bolehkah?" tanya Kai melihat pada bibir Anima. Anima menjawab dengan anggukan. Kai mencoba untuk lebih mendekatkan wajah mereka, saat Anima mengijinkannya. Dia agak ragu, tapi pada akhirnya bibir mereka menempel. Hanya menempel saja, mata Kai terpejam sedang mengenali benda kenyal yang begitu digilai para pria. Apalagi milik Anima sangat menggoda. Kai menarik kembali wajahnya, dia memperhatikan bibir Anima lagi. Dan ada perasaan senang yang juga menginginkan lebih. Seperti adegan dalam film tadi, Kai kali ini tidak hanya menempelkan bibirnya, tapi juga membuka bibirnya agar bisa merasakan teksturnya lebih dalam lagi. Anima merespon dengan melakukan hal yang sama, yaitu memberikan sedikit celah agar bibir Kai dapat juga dia rasakan. Tangannya mengalung di leher Kai, dan dia bergerak untuk naik ke pangkuannya. Anima melakukan persis yang dilakukan di film tadi. Responnya juga hampir sama, jika saja Kai tahu, kalau itu pertama kali untuk Anima menonton hal negatif seperti itu. Puas dengan bibirnya, Kai turun ke bawah menelusuri leher jenjang Anima. Putih mulus dan tercium aroma manis saya dia menghirupnya. Kai mencoba membuat jejak kepemilikannya di sana. Karena hampir rata-rata laki-laki sangat suka menandai miliknya. Kai merasakan miliknya agak mengeras. Dia mulai sangat panas hanya dengan menelusuri leher putih tersebut. Apalagi Anima benar-benar memberikan akses padanya. Anima akan turun, karena awalnya tidak nyaman, dia dapat merasakan milik Kai di bawah sana. Tapi kemudian dia ingat agar semua harus terjadi malam ini, semakin cepat dia hamil, akan lebih baik untuknya. Kai tahu Anima pasti telah merasakan bukti gairahnya. Jadi dia memberanikan diri untuk membuka kancing piyamanya. Dia agak gemetar pada awalnya, tapi kemudian Anima sedikit membantunya untuk membukanya. Kai benar-benar dibuat pusing, saat melihat keindahan di depannya. "Jangan buat aku menyesal!" ujar Anima, dia tidak pernah membiarkan orang lain menyentuhnya sebelumnya, jika bukan karena tuntutan keluarganya, dia tidak mungkin mau membagi tubuhnya pada laki-laki biasa yang tidak dia cintai seperti Kai. Pada dasarnya Anima memilih Kai benar-benar berdasarkan keadaannya.  Awalnya juga memalukan untuk Anima, memperlihatkan bagian itu. Meskipun dia biasa mengenakan bikini saat berenang, tapi cara Kai menatapnya yang agak memalukan. Sayangnya Kai tidak bisa melihat kalau Anima sempat malu. Pasalnya wajahnya datar saja. "Kau sangat indah!" Kai mengungkapkan pujian pada Anima, lalu kembali melahap bibirnya. Keduanya saling mengenali tubuh lawannya, sambil terus melepaskan pakaian mereka. Kai sudah benar-benar terbakar, tapi dia masih bersikap lembut dalam gerakannya. Sama-sama tanpa pakaian, hampir sedikit lagi untuk sampai ke inti. Tapi Kai masih terus memberikan kecupan. Dia memuja tubuh di depannya. Meskipun Anima terlihat tidak begitu terbakar, tapi sudah terlihat kalau tatapan mulai melembut. Membawa Anima berbaring. Dia mulai menindihnya. Menghapuskan kecanggungan. Kai sudah menempelkan miliknya dibawah sana. Jantungnya berpacu cepat. Dia menatap sendu wajah di bawahnya. Mengusap wajah Anima agar memberikannya kepercayaan. Kai mulai menekannya. Awalnya memang tidak nyaman bagi Anima, tapi kemudian mulai bisa dirasakan aliran listrik yang menggetarkan keduanya. Anima memejamkan matanya saat merasakan tubuhnya berdesir. Mencoba tetap mengendalikan dirinya. "Perlahan!" ujar Anima pelan seperti bisikan, saat kau mulai mendorongnya lebih kuat. Dia merasakan ngilu dan sedikit sakit tiap Kai mendorong. Kai mengerti, dia kembali mendorong pinggulnya, sambil memberikan rangsangan lain. Keduanya sama-sama pemula, sehingga sama-sama tidak ingin memberikan kesan buruk. "Sakit!" Kai menunduk, dan melihat Anima meneteskan air mata. Dia mengecupnya, mencoba menenangkannya. Atau sebenarnya menenangkan dirinya agar tidak terlalu terburu-buru. Mengusap air matanya, dia masih berusaha masuk. Perjuangannya terbayar impas, Kai tahu kalau itu adalah saat pertama bagi Anima. Dia merasakan dengan jelas, mencium keningnya, setelah dia berhasil menembak ke dalamnya. Butuh waktu lama, karena itu pengalaman pertama. Puas, merasa bersalah, dan berdosa. Memeluk Anima membawa wanita itu dalam pelukannya, dia memiliki janji sendiri dalam hatinya. Wanita itu kini mulai tertidur, karena sebenarnya sedari tadi matanya sudah terlihat akan terpejam. Tapi Anima masih menunggu hingga memastikan dia selesai. "Maaf!"
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD