46. KERAS KEPALA

1280 Words
Chely Veronia berhasil mengalahkan kesatria gadis pemanah, meski awalnya cukup kesulitan, karena lawannya mempunyai kekuatan serangan dan pertahanan terbaik. *** Chely segera memasuki pintu labirin menuju tahap keempat turnamen, setelah dia masuk, pintu tersebut langsung tertutup kembali dengan rapat, sehingga tidak mungkin ada kesatria yang kalah bisa masuk. "Sungguh merepotkan rintangan tahap ketiga barusan. Aku rasa rintangan tahap keempat jauh lebih sulit, aku harus waspada dan sebaiknya mempersiapkan diri semaksimal mungkin," batin Chely sambil istirahat sejenak di lorong labirin, karena sebelumnya kekuatan energi terkuras banyak, jadi kurang maksimal jika bertarung lagi. Di ruangan lain, tampak Ricko sedang bertarung melawan kesatria lain, tentu saja merebutkan pintu labirin selanjutnya. Kesatria yang menjadi lawan Ricko adalah seorang pria, masih muda juga, mungkin umurnya tidak jauh berbeda dengan Ricko. "Hey, hey, hey! Tolonglah kamu mengalah saja! Kamu gak akan bisa mengalahkan aku, daripada kamu terluka nanti," pinta Ricko terlalu percaya diri. "Cihh, sembarangan saja. Kamu yang akan kalah nanti, dasar bodoh!" balas kesatria lawan yang memakai senjata rantai berduri. Sepertinya cukup berbahaya, Ricko harus berhati-hati. "Oke, baiklah jika itu yang kamu inginkan. Mari kita tunjukkan siapa yang layak menjadi pemenang dalam turnamen ini!" ucap Ricko menantang dan bersiap dengan senjata pedang legendaris-nya, begitu juga dengan lawan yang bersiap melawan Ricko dengan rantai berduri nya. Masing-masing juga meningkatkan kekuatan energi. "Mati saja kau!" teriak kesatria lawan sambil memutar-mutar rantainya di atas kepala, lalu maju melesatkan nya ke arah Ricko. Ricko berusaha menangkis rantai berduri itu menggunakan pedang legendaris. "Clenk!" suara benturan pedang dan rantai. Sebenarnya ujung rantai milik kesatria lawan sangat runcing dan berbentuk layaknya kunai, bahkan terlihat kemilauan karena tajam. Selanjutnya, kesatria lawan melesat maju dan menyerang Ricko berkali-kali dengan mengayunkan rantai miliknya sekuat mungkin. Ricko berusaha selalu menghindar dan menangkis serangan rantai. Ricko selalu mampu menghindar dengan baik, dan hal itu membuat kesatria lawan kesal dan berhenti sebentar. "Awas kau!" kesal lawan. Sesaat kemudian, sang kesatria berantai meningkatkan kekuatan energi miliknya, bahkan hingga maksimal. Kesatria lawan menyerang lagi dan kali ini gerakannya lebih cepat hingga membuat Ricko terkejut dan semakin waspada. Untung Ricko masih bisa menghindar berkat kemampuan kekuatan energi dan kedua matanya. Ricko berhasil, meski sedikit kesulitan. Ketika Ricko berhasil menangkis rantai lawan, musuh tersenyum. "Hah, kenapa dia tersenyum? Sepertinya ini buruk!" batin Ricko dan tiba-tiba ... "Jrass!" Dua buah rantai menggores lengan kanan dan kiri Ricko, tepatnya bagian lengan atas. "Ughh! Apa ini?" kaget Ricko sambil mengeluh sakit, karena kedua lengan atasnya memang mengeluarkan darah. Ternyata kesatria lawan menggunakan kekuatan uniknya, dia mampu membuat senjata rantai miliknya bercabang, alias mengeluarkan rantai lainnya, cukup menarik. Ricko segera melompat mundur untuk menghindar agar tidak terkena serangan rantai lagi. "Sial, itu mengejutkan," gumam Ricko sambil menatap kesatria lawan yang sedang tersenyum dan mendekat. "Aku harus menyerang balik!" batin Ricko dan mengayunkan pedang legendaris, dia juga menggunakan mata hijau yang menyala, ditambah pedang sisi warna hijau. Sebuah tebasan angin jarak jauh menyerang kesatria berantai, dia sempat terkejut namun segera menghindar dengan bergerak cepat ke samping. Ricko mencoba menyerang lagi, namun lawan masih bisa menghindar, itu karena dia menggunakan kekuatan energi maksimal, sehingga bisa bergerak cepat, sementara Ricko belum menggunakan kekuatan energi secara maksimal. Tiba-tiba sang kesatria lawan melesat dan sudah berada di dekat Ricko. "Ini bahaya, aku gak boleh meremehkan dia," batin Ricko dan segera meningkatkan kekuatan energi miliknya secara maksimal juga. Banyak rantai bercabang muncul di sekitar Ricko, dia berusaha menghindar sebaik mungkin, namun musuh terus menyerangnya bertubi-tubi, dari rantai muncul rantai lagi. Dengan kekuatan energi dan mata, Ricko sangat hati-hati, terkadang menunduk, terkadang menahan rantai dengan pedang legendaris hingga tampak percikan api karena gesekan. Beberapa saat kemudian, serangan kesatria lawan berhenti. Tampak banyak ranti bercabang di sekitar ruangan ini, namun segera kembali menyatu dengan rantai utama. Kesatria lawan terlihat lelah karena menggunakan banyak energi miliknya, begitu juga dengan Ricko yang dari tadi berusaha menghindar. "Cihh, gak mau menyerah dia, sungguh menyebalkan," kesal kesatria lawan. "Lumayan juga kekuatan kesatria itu," gumam Ricko. Setelah itu, Ricko berusaha menyerang lawan, dia menggunakan mata dan pedang warna kuning. Tebasan petir melesat, namun musuh masih sanggup menghindar, dia juga menyerang dengan rantai miliknya. Sehingga mereka saling serang dan menghindar, terkadang Ricko juga menggunakan kekuatan udara. Suara-suara benturan rantai dan kekuatan pedang legendaris mengenai dinding labirin, terkadang terasa getaran di ruangan tersebut. Sekian menit kemudian, mereka berhenti saling menyerang karena semua merasa lelah. "Hah, hah, hah! Pria itu cukup kuat juga fisiknya, ini repot sekali. Sebaiknya aku akhiri segera, lalu istirahat," ucap Ricko dalam hati. "Hah, hah, hah! Dia sungguh keras kepala," ucap kesatria lawan merasa kesal. Sesaat kemudian, Ricko tersenyum dan terlihat energi miliknya berkobar, itu menunjukkan bahwa Ricko tidak ingin berlama-lama, dia akan menggunakan kekuatan penuhnya. Kesatria lawan terkejut dan merasa kecil hati, tapi dia tidak mau menyerah. "Hoaaa!" teriak Ricko sambil melesat cepat. "Clenk! Clenk! Clenk!" Suara pedang suci legendaris milik Ricko menyerang lawan, sedangkan lawan hanya bisa menahan dengan rantai miliknya, terlihat lawan merasa kesulitan. Saat kesatria lawan menahan pedang Ricko dengan rantai, Ricko menendang pinggang lawan hingga terpental dan jatuh. Kemudian Ricko ingin menyerang lagi, namun kesatria lawan berusaha menyerang dengan rantai lagi. Ricko mengahalau dengan kekuatan udara sehingga rantai terhempas. Selanjutnya, Ricko ingin segera mengakhirinya, mata dan pedang sisi hijau bersinar terang. "Pedang Udara, Teknik Putaran Beliung!" Sang kesatria lawan tidak bisa kabur dan berada di dalam putaran beliung yang berputar cepat. Ricko menambah lagi serangannya agar lebih maksimal. Mata dan pedang warna kuning bersinar ... "Pedang Petir, Teknik Sambaran Petir!" Sebuah sambaran petir dari atas kepala lawan muncul dan menyambarnya. "Aaaakkk!" teriaknya terkena sambaran petir, ditambah putaran beliung mengecil dan membuat pakaian lawan tersobek-sobek dan kulit tergores. Serangan udara dan petir, menyerang bersamaan kesatria lawan hingga pingsan tak sadarkan diri. Terlihat juga sang kesatria lawan terluka parah, namun masih bisa sembuh, dan tidak akan mati semudah itu, dia hanya pingsan. Ricko merasa kelelahan, dia terpaksa menyerang dengan kekuatan ganda, karena lawan pasti keras kepala dan tidak mau menyerah. Menurut Ricko, hal itu agar kesatria berantai tersebut tidur dengan nyenyak dulu agar pikirannya tenang, meski yang Ricko maksud adalah pingsan. "Maaf kawan, aku terlalu keras, aku cuma gak ingin membuang-buang waktu. Kamu istirahat saja dulu, biar otakmu dingin. Maaf aku yang menang, hehe. Selamat tinggal!" ucap Ricko dengan tersenyum. Dengan badan lelah, Ricko berjalan menuju pintu labirin berikutnya. Dia merasa semangat lagi saat ingat hadiah fantastis itu, namun dia harus istirahat sejenak agar kekuatannya pulih sebelum memasuki rintangan tahap keempat. "Huft, akhirnya menang juga. Sebaiknya nanti aku istirahat sebentar." Di ruangan lain, ada kesatria lain yang tentu saja sedang bertarung dengan sesama kesatria, alias peserta turnamen. Terlihat si Mello juga berhasil menang, kesatria lawannya tampak tergeletak lemas, namun tidak pingsan. Mello tersenyum sambil melanjutkan langkah menuju pintu tahap keempat turnamen, dia sedikit tergores di bagian pipi dan bajunya sobek sedikit. Mungkin dia juga berjuang melawan kesatria yang cukup menyulitkan dirinya, dan tentu saja Mello lebih unggul, apalagi memiliki senjata legendaris. Ada juga peserta lain yang bertarung sampai mati, tampak salah satu lawan berhasil melayangkan kapan di bagian perut kesatria lain, bahkan hingga tewas, namun yang membawa kapak itu juga terluka parah di bagian paha, dia berusaha menahan sakitnya dengan membalut kan kain di luka, hal itu untuk menekan agar darah berhenti keluar. Sepertinya kesatria itu memiliki senjata legendaris juga, yaitu kapak legendaris, karena tadi sempat terlihat kekuatannya, yaitu kapak peledak. Saat ini ada 8 peserta yang lolos ke tahap selanjutnya, mereka sedang istirahat di lorong labirin, ada juga yang masih berjalan menelusuri lorong tersebut. Seperti apakah rintangan tahap keempat turnamen, kemungkinan besar jauh lebih sulit dan berbahaya. Mampukan ketiga murid kakek Hamzo, alias Stev, Chely, dan Ricko menang di tahap keempat turnamen? Apakah mereka akan bertemu juga di tahap itu? Sepertinya akan semakin menarik, karena posisi mereka jadi semakin mendekat. TO BE CONTINUED
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD