bc

TRUE LOVE

book_age18+
14
FOLLOW
1K
READ
possessive
arrogant
drama
comedy
like
intro-logo
Blurb

Bagi seorang Nayanika, pernikahan adalah impiannya diurutan pertama dari yang paling terakhir...artinya, Nayanika tidak berkeinginan menikah di usia muda.

Sedangkan Daniyan, menikah dengan Nayanika adalah sebuah keseharusan...sebelum usianya mencapai angka 30, paling tidak Daniyan harus membuat Nayanika hamil anaknya.

Note: Cover hanya sementara, sewaktu-waktu bisa berubah

chap-preview
Free preview
Bagian Satu
5 Tahun yang lalu Hari kelulusan SMA Di aula sekolah, semua siswa-siswi berkumpul lengkap dengan pakaian terbaik, serta riasan yang cantik. Di antara kerumunan manusia, Nayanika atau kerap dipanggil Naya tengah duduk bersama orang tua, dan kedua kakak kembarnya. Naya memakai kebaya merah muda selutut dipadu dengan rok batik jarik. Wajahnya yang manis, serta netra gemilang yang indah, Naya sederhana cukup menarik perhatian semua yang memandang. Acara demi acara berjalan dengan lancar. Sampai pada acara pengumuman kelulusan siswa-siswi terbaik, dan Nayanika termasuk di dalam kategori. "Juara umum terbaik satu diraih oleh...Nayanika!" Riuh tepuk tangan mengiri langkah Naya menuju panggung, berdiri bersama juara umum terbaik dua dan tiga. Naya tersenyum, menatap orang tuanya yang menatapnya penuh haru. Lalu, netra Naya menangkap sosok lain yang baru saja datang, bergabung bersama keluarganya. Naya mengalihkan pandangan saat matanya bersiborok dengan pemilik netra hitam sekelam malam. Berpura-pura tidak melihat. "Selamat ya, Adek Abang yang paling bontot!" Seru Rendra, kakak pertama Naya. Kemudian, memeluk Naya erat. "Makasih ya, Bang." "Eh, eh, gantian dong meluknya!" Protes Dinda, kakak kedua Naya--merupakan kembaran Rendra. Naya mengangsur pelukan, menatap kakak keduanya, "hehe, sini-sini..." Lalu keduanya berpelukan seperti teletabis. "Dek, nggak mau meluk Abang juga?" Pertanyaan itu sontak membuat Naya sadar, masih ada satu sosok yang belum diperkenalkan. "Apasih, Bang Dani. nggak boleh! Bukan muhrim!" Galak Naya, menatap Dani tajam. Satu keluarga itu tergelak, sedang Dani menggaruk kepala yang tentu tidak gatal. . . "Cantiknya calon istri." Ungkap Dani tanpa kepura-puraan. Jelas sekali, raut wajah memuja juga bangga. Keduanya diperjalanan pulang, hanya berdua. Sebenernya Naya menolak satu mobil dengan Dani tapi, orangtuanya mengatakan akan mampir ke rumah seorang teman. Sedang, kedua kakaknya tentu tidak akan membiarkan kesempatan seperti ini hilang. Katakanlah, keduanya menjadi mak dan pak comlang. "Apasih, Bang!" Naya mendelik tajam. "Hehe, oh iya...selamat lulus ya, Dek. Abang bangga banget mempunyai Kamu." Dani tulus, tentu Naya bisa melihat itu dengan jelas melalui matanya. Sejenak, Naya menjadi gugup lengkap pipi merona. "I-iya, makasih, Bang," Debar di d**a Naya semakin menggila, sama gilanya dengan Dani yang kini tengah senyum-senyum memandang Naya. Naya meremas ujung baju kebaya miliknya, sesekali menunduk lantaran gugup. Hari ini, Dani terlihat berbeda di mata Naya. Jika biasanya Dani selalu berpakaian alakadarnya, maka sekarang lelaki itu menggunakan kemeja formal dan rambut tertata rapi. "Makin cantik kalau malu-malu," Naya sangat yakin, ini pertama kalinya dia merasa berdebar ketika didekat Dani. Tidak terhitung seberapa banyak waktu Naya terganggu karena Dani selama ini, namun, hanya hari ini Naya merasa sangat aneh pada hatinya. Semakin menggila tatkala Dani tanpa ragu memegang tangan Naya dan mengusapnya lembut. "Hari ini, Abang diterima kerja di perusahaan bagus. Jadi, masa depan Adek nggak akan sengsara kalau nikah sama, Abang." Naya tertegun dengan pernyataan Dani. Ada sebuah harapan besar terpatri dikedua netra hitam sekelam malam, harapan yang ditaruh padanya. Naya mengerjap, menyadari tangan Dani masih memegang tanganya yang kini dingin. "T-tapi, Adek masih ingin kuliah. Adek baru lulus," Aku Naya jujur. Ada sedikit ketakutan dibenaknya, perihal masa depannya juga tentang Dani yang kini adalah lelaki dewasa. Siapa yang akan menjamin, baik Naya ataupun Dani bisa setia? "Abang akan tunggu Adek!" Tegas Dani. Berusaha menyakinkan gadisnya, bahwa apapun yang terjadi dimasa depan, perasaanya tidak berubah. Jika hari lalu bisa menunggu, kenapa tidak dengan hari kedepan, bukan? Dani terlalu percaya diri pada hatinya. Lupa, bahwa hati mudah berbolak-balik. "Memangnya siapa yang bisa menjamin hati Abang akan sama? Abang lihat Adek, tidak cantik juga menarik. Abang akan menemukan yang lebih di luar sana nant--" "Adek meragukan Abang?" Potong Dani cepat. Naya menggeleng. Ia hanya mengikuti naluri, bahwa Dani memang tipe setia. "Lalu apa yang, Adek khawatirkan?" Tanya Dani. Apa yang Naya khawatirkan? Naya takut pada dirinya sendiri, takut jika tidak bisa menepati janji. Takut jika suatu saat ialah yang berpaling. Mobil fajero hitam milik Dani berhenti tepat di pekarangan rumah Naya. Saat mesin telah mati, keduanya tetap bungkam, maksudnya hanya Naya yang belum memberi jawaban sedang Dani tengah menunggu alasan. "Adek takut memberi harapan sama Abang, sedangkan Adek enggak tahu hal apa yang akan terjadi kedepannya. Entah Abang yang berpaling, atau Adek yang mencintai pria lain." "Abang yang akan jamin Adek nggak akan bisa berpaling dari pria lain. Abang akan jamin kalau Adek hanya akan menikah sama, Abang." Peryataan Dani sarat akan Keposesifan. Netra hitam sekelam malam itu menatap tajam ke depan. Satu tangan yang masih menggenggam tangan Naya kini semakin erat. Namun, tidak menyakiti justru membuat Naya semakin merasa nyaman. Katakanlah Naya naif, jika sebelumnya menolak kini Naya malah berusaha memperjelas hubungan tak jelas keduanya. . . Naya mempersiapkan berbagai jenis makanan di meja bundar yang terbuat dari kayu. Acara makan malam kali ini bukan diruang makan, tapi di halaman belakang rumah. Sengaja membuat pesta kecil untuk kelulusan Naya, begitu kata Farah--Ibu Naya, tadi siang. "Ini yang paling spesial, opor ayam buatanku!" Seru Naya, membanggakan masakannya sendiri. Tapi memang kenyataan bahwa opor ayam buatan Naya enak adalah benar. Kedua orangtuanya, kakak kembar, juga Dani saksinya. "Wah-wah, enak banget keliatannya!" Dinda tak kalah heboh. Segera ingin menyendok namun di tepis Hendra-sang kepala keluarga, membuat Dinda cemberut. "Tungguin Dani, sebentar lagi dateng." Naya terkikik geli melihat ekspresi kakaknya. Yang langsung dihadiahi plototan tajam. Dani datang tepat ketika semua sudah berkumpul di meja. Duduk di samping Rendra, sebab terpaksa karena inginnya tadi duduk di samping Naya. Namun Rendah segera memberi titah 'bukan muhrim'. Hendra selaku kepala keluarga memimpin doa, "alhamdulillah, ayo silahkan dimakan..." Begitu doa selesai, seperti kebiasaan Naya, dia selalu menghidangkan makanan Sang Ayah. "Ayah, mau lauk apa?" Tanya Naya. Hendra tersenyum lembut, "opor ayam, Nak." "Abang mau lauk apa?" Kali ini Naya bertanya pada Rendra. "Sama dong!" Rendra berucap semangat. Lalu, Naya tersenyum lembut ketika Dinda juga meminta hal yang sama. Ah, kedua kakak kembarnya ini memang begitu manja, dan Naya begitu menyanyangi keduanya. "Abang juga ya, Dek." Naya mengangguk, mengambil opor ayam untuk Dani. Membuat pria itu tersenyum lembut. "Duh, mesranya!" Celetuk Dinda. "Apasih, Mbak. Kami nggak ada hubungan apa-apa kok!" Sanggah Naya. Membenarkan kenyataan yang memang begitu. "Ada apa-apa, juga nggak papa." Naya melotot tajam pada Dani. Sedang Sang Empu, nyengir kuda. "Ekhem!" Deheman Hendra merupakan peringatan untuk tidak berbicara ketika hendak makan. Pada akhirnya mereka yang ada di meja memilih fokus pada apa yang mereka makan. Lalu ketika selesai, yang semula hening kini penuh canda tawa. Mengobrol sehabis makan memang mempererat kedekatan. "Gimana kerjaan Kamu Dani?" Hendra bertanya. "Baik Yah, minggu depan Dani ada proyek ke luar kota, mungkin sebulanan." Hendra mengangguk mengerti. Lalu bertanya tentang kerjaan Rendra yang merupakan seorang dokter bedah. Juga Dinda yang kini baru saja diterima diperusahaan properti sebagai sekretaris C.E.O. . . "Dek," Naya hampir berteriak saking kagetnya. Melihat pada Dani dengan rambut acak-acakan lengkap celana boxer dan kaos kedodoran. Naya lupa kalau Dani sengaja menginap. Melihat jam di dapur pukul 2 dini hari. Sengaja Naya turun untuk mengambil minum, karena tiba-tiba tenggorokan Naya serasa kering. "Abang ngapain?" Tanya Naya setengah berbisik, takut membuat keributan di malam hari. "Tenggorokan Abang sakit, Dek." Ucap Dani memang dengan suara serak. "Mau dibuatin wedang jeruk?" Tanya Naya yang langsung di angguki Dani. Dani duduk di kursi, sembari bertopang tangan di atas meja pantri. Sedang Naya sibuk membuat wedang jeruk. "Ini" Naya menyerahkan segelas wedang jeruk hangat. "Dihabisin, kalau sampai besok belum sembuh bilang, ya? Nanti Adek buatin lagi." Selepas mengucapkan itu Naya hendak pergi. Namun, Dani mencekal tangan Naya. Naya berbalik, menunggu Dani berbicara. "Dek," "Iya?" Netra hitam sekelam malam menatap netra coklat terang milik Naya. Sesuai namanya, Nayanika; mata indah yang memancarkan daya tarik. Dan, Daniyan adalah si pejuang yang rela mengorbankan apapun untuk mendapatkan Naya. "Ayo minggat, Dek." Naya melotot tajam, melepas cekalan tangan Dani secepat kilat. Jelas sekali tatapan horor Naya pada Dani. Apakah pria itu waras? "Abang ngelindur, ya?" Decak Naya kesal. "Dek?" Dani menatap Naya dalam, "Abang mimpi buruk. Abang nggak sanggup nunggu lama, sekalipun Adek nikah sama Abang, Adek tetep bisa kuliah. Adek mau, 'kan?" Naya tertawa, sungguh ia merasa lucu. "Abang nih ngomong apasih? Nggak lucu!" Naya melangkah pergi. Namun, sekali lagi Dani meraih tangannya. "Dek, Abang rasanya mau gila kalau ngebayangin Adek bakalan sama pria lain!" Nada suara Dani naik satu oktaf. Wajahnya benar-benar frustasi, perbedaan umur menjadi pemicu kenapa Naya cenderung tidak menjadikan Dani prioritas saat ini. "Siapa sih, yang mau sama pria lain? Adek lagi pengen fokus karir, Abang tahu sendiri kan, memang begitu impiannya Adek." Naya ikut terpancing emosi. Walau kadar suaranya masih pelan. "Dek, tolong ngertiin perasaan Abang!" Dani memegang kedua bahu Naya. Meminta pemahaman atas perasaanya yang tiba-tiba kalut. "Abang yang nggak ngertiin Adek!" Naya bersidekap, mengalihkan pandangan. Dua manusia yang sama-sama keras kepala. Baik Naya maupun Dani, tetap pada pendiriannya. Masalahnya, pendirian itu tidak sejalan. "Adek cinta sama Abang?" Naya diam, dia tidak tahu apakah hatinya memang mencintai pria di depannya atau tidak. Debar itu sempat ada, tapi bukan untuk tahap hubungan jangka panjang seperti pernikahan. Naya belum yakin sepenuh hatinya. "Baik, diamnya Adek, Abang anggap sebagai jawaban 'iya'," Naya ingin protes tapi Dani lebih dulu menyela dengan perkataan selanjutnya. "Adek pilih, nikah sama Abang dan tetep bisa kuliah. Atau Abang akan pergi selamanya, kita tidak akan pernah bertemu lagi." Tidak ada keraguan dalam kalimat yang diucapkan Dani, membuat Naya tertegun dan...sesak. Entah untuk alasan apa Naya mulai membayangkan hari-harinya jika tanpa Dani. Perih hatinya menjalar sampai pada netra Naya yang mulai berkaca-kaca. Bukahkan, tadi siang Dani bersiap menunggunya? Lalu sekarang kenapa berbeda. Kewarasan mengambil alih, Naya bisa saja mengambil opsi pertama tapi, lihatlah Naya sekarang....ia hanya gadis lugu delapan belas tahun. Kekananan, cerewet dan manja. Naya tidak tahu-menahu soal lelaki dewasa seumuran Dani dan segala kehidupannya. Bisa jadi, setelah mereka menikah, Dani menemukan yang seumuran dengannya, lebih modis, mandiri, tentunya cantik. Dan Naya, akan menjadi janda diusia muda...dan menyedihkan. Menelan getir dan segala asumsi yang ada dipikirannya. Naya melepas kedua tangan Dani di bahunya, menjadikan satu, mengusapnya lembut sebelum melepasnya. "Mungkin memang seharusnya begini, Bang. Maaf," Naya melangkah pelan walau terasa lebih berat. "Dek, katakan kalau Kamu nggak serius!" Dani berucap pelan. Netranya memanas tatkala mendapati gelengan dari Naya. Lalu, netra sekelam malam milik Dani benar-benar menjadi sekelam dasar lautan saat ombak air mata meluncur bebas. Baik Dani maupun Naya sama-sama terluka. Terluka oleh harapan mereka sendiri atas apa yang memang bukan menjadi hak milik.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.5K
bc

TERNODA

read
198.6K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
57.1K
bc

My Secret Little Wife

read
132.0K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook