BAB 4 Jessika Dirgantara

2000 Words
Erlangga merasa terusik dengan keributan diluar ruangannya dan dia pun keluar untuk melihat keadaan diluar. "Ada apa ini, Sinta ? Kenapa berisik sekali? Tanya Erlangga melirik ke arah Sinta. I.. ini ada cewek yang ngaku-ngaku menjadi tunangannya bos dan memaksa ingin masuk ke ruangan bos. Jawab Sinta dengan gugup karna ia takut kena omelan bosnya lagi. Erlangga mengalihkan pandangannya ke arah cewek yang dimaksud Sinta. Lo sejak kapan menjadi tunangan gue ? Tanya Erlangga sambil melirik tajam ke arah cewek itu ? karna aku dan kamu sudah dijodohkan sama orang tua kita. Jadi gak salah dong aku ke kantor kamu biar kita makin dekat. Emang kamu belum dikasih tau sama papamu, Ngga? Tanya Cewek itu balik dengan percaya diri. Gak ada namanya perjodohan dalam hidup gue. Mending sekarang lo pulang dan jangan pernah temui kesini lagi. Sarkas Erlangga lalu kembali ke ruangannya dengan membanting keras pintu lalu menguncinya dan menuju mejanya mengambil HP untuk menghubungi Papanya." "Erlangga : Papa apa-apaan main jodohin Erlangga dengan cewek gak jelas? Sadewa : Maksud kamu Cika ? Erlangga : Aku tidak tau siapa namanya, yang jelas dia datang ke kantorku bikin keribuatan dan mengaku sebagai tunanganku. Aku gak suka yah, Pa. Hidup aku yah hidup aku. Aku punya pilihan sendiri. Sadewa : Haa? Cika sampai samperin kamu ke kantor ? Papa memang berencana mengenalkan kamu dengan Cika, anaknya om Yakup, tapi tidak juga memaksa kamu apalagi sampai langsung mau kamu bertunangan dengan dia. Om Yakup datang menemui papa kemarin dan mengatakan kalau Cika tertarik sama kamu sejak dulu dan Dia meminta tolong papa untuk menyampaikan sama kamu rencana perkenalan ini. Papa baru mau bicarakan dulu dengan kamu. Papa belum ada mengatakan iya. Karna papa maunya semua itu kamu yang putuskan bukan papa. Erlangga : Pokoknya Erlangga tidak mau. Entah itu sama Cika atau Cika Cika yang lain. Papa tolak aja bagaimana pun caranya papa berbicara kembali dengan sahabat papa itu. Kalau sampai itu cewek datang membuat keributan di kantor jangan salahkan aku bertindak tegas. Sadewa : Hmmm. Baiklah. Papa akan bicarakan dengan om Yakup. Erlangga : Segera papa." Cih belum selesai satu masalah ada lagi masalah baru. Menyebalkan sekali. Gumam Erlangga setelah selesai menelfon dengan Papanya. Coba telfon Tara deh kapan dia balik yah. "Tara : Hmm. Kenapa Ngga ? Kok lo rajin banget yah telfon gue akhir-akhir ini? Erlangga : Gpp, pengen aja. Lo kapan balik ke jakarta ? Tara : Kayaknya sebentar. Kenapa ? Erlangga : Okey, kabari jamnya yah, biar gue jemput kalian di bandara ? Tara : Iyaa, kalau gak delay kami akan tiba di Jakarta besok jam 23.00an WIB kayaknya karna dari Amrik jam 00.00. Erlangga : Siap. Kabari aja kalau sudah take off biar aku bisa perkirakan ke bandaran. Tara : Hmmm. Ada yang mau aku bicarakan juga dengan lo. Siap-siap aja. Erlangga : Sudah tiga kali lo ucapkan tuh kata-kata. Emang apa sih yang mau lo bicarakan sama gue? Tara : Sabar. kalau sudah ketemu aja kita bicarakan, Bye. Erlangga : Tuuut... Tuuuut.. Tuuuuttt. Dasar gak punya akhlak, untung lo kakaknya Tari kalau kagak gue lib*s aja lo." Hobby Tara kayaknya sekarang buat gue penasaran. Gumam Erlangga. *** *** *** Sementara itu di Amrik Tari dan Wilma sudah melakukan pendaftaran ulang. Kebetulan mereka keterima di prodi yang sama. Dan sekarang mereka berada di apartemen Tara yang akan ditempati Tari selama kuliah di kampus Harvard. Disana juga telah lengkap isi kulkas dan semua yang diperlukan Tari karna telah diisi oleh kedua orang tua Tari dan WIlma beserta kakak mereka. "Kenapa gak tinggal dirumah kami aja sih, Tari? Daripada di apartemen kamu kesepian ? Tanya Wilma Gpp, aku mau belajar mandiri aja, kamu bisa kok datang tiap hari ke sini atau mau menginap juga boleh. Jawab Tari. Gak usah dipaksa Tarinya, dek. Kan bisa kita sering mengunjungi Tari ke sini. Kita hargai aja keputusannya Tari. Ucap Wahyu dengan bijak sambil merangkul bahu adiknya dari samping. Semua sudah siap yah, Tari. Apartemennya sudah bisa kamu tempati tapi kamu bermalam ditempat pamanmu dulu yah. Nanti kalau perkuliahan kamu sudah dimulai baru ke sini untuk menempati Apartemennya. Jelas Ayah Erland. Sebentar malam juga kami rencana akan balik ke Jakarta karna perusahaan tidak bisa ditinggalkan lama. Kamu jaga diri baik-baik yah nak. Kalau ada kesulitan jangan sungkan hubungi paman atau kakak sepupu kamu, yah. Kata Bunda Tiara sambil memeluk anaknya. Iya, Tari jangan sungkan hubungi kakak atau papa yah, Ucap Wahyu menambahkan. Iya, Bunda, Kakak Wahyu. Tari akan ingat." ** ** ** Dan Tari dan Wilma sekeluarga sekarang telah berada dirumah Wilma. Mereka berbincang-bincang santai di taman belakang sambil melihat ikan-ikan yang berenang sangat lihai dalam kolam yang sangat cantik desainnya itu. Paman Erman memang sangat menyukai ikan sampai iya membuatkan kolam yang luas dan cantik dihalaman belakang yang jaraknya agak jauh dari kolam renang. Jadi apa alasan Tari tiba-tiba mau kuliah jauh sampai ke Amrik? Tanya Wahyu. Hmm. Gak ada alasan yang berarti sih. Aku hanya pengen belajar mandiri aja. Karna selama ini kan semua yang aku mau disediakan sama Ayah, Bunda dan Kakak. Jadi sekarang pengen yang ada tantangannya aja. Biar Tari tau bagaimana itu kerja keras. Menginginkan sesuatu Tari ada usaha dulu. Jelas Tari berusaha mencari alasan yang masuk akal. Menurut mereka semua alasan Tari sangat masuk akal tapi tidak dengan Tara yang tau alasan pasti adiknya menjauh dari Jakarta. Oh begitu yah. Kakak kira kamu lagi menghindari seseorang begitu ? Tebak asal Wahyu. Gak lah kak. Sahut Tari cepat berusaha menutupi ketegangannya. Kok bisa kakak Wahyu nebaknya sampai benar begitu. Tambahnya namun hanya berani dalam hatinya saja. Baguslah dek. Apapun itu jangan juga terlalu mandirilah, manfaatkan kami ini yang keluarga kamu jika kamu ada perlu bantuan yah. Nanti kakak rutin mengunjungi kamu ke Apartemen, insya Allah. Kata Wahyu. Iya, kak. Jawab Tari. Makasih yah,Yu. Paman titip Tari sama kalian. Kamu juga yah, Man. Sering-sering ke apartemen untuk melihat kondisi keponakanmu. Ucap Ayah Erland kepada adik dan keponakannya. Iya, paman. iya, Kak. Jawab Wahyu dan papanya bersamaan. Nanti aku juga akan ajak Tari dan Wilma sesekali ngesalon dan belanja kak biar mereka gak suntuk kuliah terus. Kata Widya kepada Ayah Erland dan Bunda Tiara. Makasih banyak yah, Wid. Ucap Erland mewakili istrinya juga. Sama-sama kak, itulah gunanya keluarga untuk selalu saling menjaga dan tolong menolong. Waktu kami di Jakarta dan Erman masih sering bolak/i Jakarta-Amrik, kalian juga yang selalu peduli sama kami. Jelas Widya. Iya, Wid ucap Bunda Tiara. Jadi kalian sudah mau balik ke Jakarta sebentar malam, kak? Tanya Erman. Iya, kasian assisten dan sekretaris Tara mulai kewalahan tangani perusahaan. Segala keperluan Tari di apartemen juga sudah kita siapkan. Nanti kami usahakan sebulan sekali ke sini mengunjungi Tari. Jelas Ayah Erland. Okey kak. Nanti kami antar, kamu mau ikut juga Tari? Tanya Erman. Iya dong, paman. Masih lama lagi bertemu dengan mereka jadi manfaatkan selagi bisa bersama dulu, Jawab Tari. Nah kan makanya jangan bergaya mau jauhan gini, dek. Ayo ikut pulang aja lah. Lanjut kuliah dijakarta aja. Ujar Tara. Ikh kakak gila yah, sudah daftar ulang juga, semua sudah siap masa gak jadi sih. Nanti setiap libur semester aku pulang Jakarta deh. Sahut Tari Yeh.. Cuma dua kali setahun gak seru, dek. Tara masih mencoba mempengaruhi adiknya biar kuliah di Jakarta. Yang penting kan bisa pulang, kak. Yaudahlah. Kuliah yang benar kamu biar cepat kelar dan kembali berkumpul sama kami di Jakarta. Kata Tara sambil mengacak rambut adik kesayangannya itu. Iya kakaku sayang. Tari memeluk kakaknya." Jam pun terus berputar hingga sekarang sudah jam 22.30 dan mereka semua sudah dibandara mengantarkan Ayah Erland, Bunda Tiara dan Tara yang akan melakukan penerbangan jam 00.00. Kami kembali ke Jakarta dulu yah, nak. Ucap Bunda Tiara memeluk anaknya menahan tangis karna ini untuk pertama kalinya dia berjauhan dalam jangka waktu yang lama dengan anak gadisnya. Lalu Ayah Erland dan Tara bergabung memeluk Tari. Jadilah mereka berempat berpelukan. Iya, ma Safe flight buat kalian semua, kabari Tari kalau sudah tiba di Jakarta. Jawab Tari yang nampak mulai berkaca-kaca. Kami berangkat dulu yah semua pamit Ayah Erland mewakili istrinya dan Tara juga kepada Adik dan keluarga kecilnya. Kami titip Tari yah. Mereka pun saling melambaikan tangan. Tari dan keluarga pamannya kembali ke rumah pamannya. Dan kini mereka telah tiba dirumah kembali ke kamar masing-masing untuk istirahat. Kali ini Tari memilih tidur bersama Wilma dikamarnya. *** *** *** Sementara di Jakarta setelah kejadian Cika yang berbuat keributan, Erlangga sudah memberitahukan bahkan memperingatkan dengan tegas kepada security dan resepsionisnya untuk tidak mengizinkan si Cika itu kalau ingin menemuinya lagi. Kalau sampai lolos naik maka mereka akan Erlangga pecat. Dan Erlangga kembali fokus pada pekerjaannya. Erlangga sekarang gila kerja sampai terkadang lupa waktu dan makannya pun tidak teratur. Biasanya sekretaris dan assistennya lah yang mengingatkan untuk makan dan istirahat sejenak. Itupun terkadang masih Erlangga acuhkan. Pada tengah malam Erlangga yang dikabari Tara bahwa mereka sudah take off dan rencananya besok dia hanya akan lembur sampai jam 22.00 WIB saja karna harus ke bandara menjemput Tara dan orang tuanya. Dia telah mengatur dengan baik jadwalnya. Erlangga pun memilih istirahat karna sudah sangat larut malam. Besok lagi lah baru aku lanjutkan. Badanku rasanya mulai merasa lelah dengan kesibukan akhir-akhir ini. Batinnya. ** ** ** Keesokan harinya disebuah restoran ternama nampak dua orang pria paruh baya sedang berbincang serius. Mereka adalah papa dari Erlangga dan sahabatnya, Herianto Dirgantara ayah dari Jessika Dirgantara atau biasa dipanggil Cika. "Sadewa : Maaf sebelumnya, Her kalau Erlangga menolak perjodohan ini dan aku tidak berhak memaksakannya. Dia marah sekali padaku karna CIka kemarin menghampirinya ke kantornya dengan berbuat keributan. Herianto : Apa gak bisa kamu bujuk lagi, Wa? Soal Cika yang menghampiri Erlangga ke kantornya mungkin cuma mau lebih dekat saja hanya saja caranya yang salah. Herianto membela anaknya. Sadewa : Dari awal aku gak pernah menjanjikan apapun. Harusnya Cika bisa sabar dulu, setidaknya setelah kita adakan pertemuan. Tapi ini aku saja belum bicarakan kepada Erlangga dia langsung menemuinya. Kalau Erlangga sudah marah akan susah untuk dibujuk. Jadi aku mencari aman saja. Herianto : Mungkin Erlangga hanya marahnya sebentar, Wa. Bisa kamu bicarakan ulang lagi kalau dia sudah mulai tenang. Sadewa : Kok sekarang kamu yang memaksa sekali yah, Her ? Aku gak bisa memaksakan keinginan anakku. Apalagi Erlangga sudah mengatakan dia sudah punya pilihan sendiri. Herianto : Hmm. Bukan maksudku memaksa. Hanya saja Cika sudah dari lama menginginkan Erlangga menjadi pasangannya. Jadi karna sekarang mereka sudah sama-sama dewasa gak ada salahnya kita jodohkan. Kita juga sudah saling mengenal lama kan, Wa. Takutnya kalau pilihannya Erlangga malah bukan gadis baik-baik atau mereka yang hanya mengincar harta kalian aja, bagaimana ? Sadewa : Aku percaya pada pilihan anakku. Dia gak mungkin gegabah dalam memilih pasangannya. Apalagi selama ini aku tak pernah mendengar dia memiliki kekasih. Jadi mungkin pilihannya ini memang sudah dia pertimbangkan semuanya. Herianto : Bisa saja hanya akal-akalannya Erlangga saja mengatakan sudah ada pilihannya sendiri hanya untuk menghindari perjodohan ini. Herianto terus mencoba mempengaruhi Sadewa karna kalau dia jadi berbesan dengan sahabatnya ini maka perusahaannya juga akan aman terus memiliki menantu kaya dan pintar. Sadewa : Itu terserah dengan Erlangga saja. Mungkin sampai sini saja pembicaraan kita dan Saya tegaskan sekali lagi bahwa tidak ada perjodohan antara Cika dan Erlangga mulai saat ini dan sampai kapanpun. Sambil berdiri meninggalkan restoran menuju mobilnya dan pulang ke rumahnya." *** *** *** Malam harinya Erlangga menuju bandara karna sebentar lagi pesawat yang ditumpangi Tara dan orang tuanya akan meendarat dibandara Soekarno Hatta. Tak berapa lama Erlangga tiba dibandara, Tara pun telah selesai mengambil bagasinya dan menuju pintu kedatangan sambil mencari sosok Erlangga. Erlangga yang melihat Tara langsung berlari menghampiri sahabatnya dan orang tua Tara. Bagaimana penerbangan kalian ? Tanya Erlangga. Alhamdulillah semuanya lancar, Ngga. Makasih sudah mau menjemput kami. Jawab Ayah Erland. Alhamdulillah, santai aja Om. Sekarang kita langsung pulang aja yah biar Om dan Tante bisa istirahat. Pasti sangat melelahkan setelah berpuluhan jam penerbangan kalian. Jelas Erlangga dan mereka pun menuju mobil Erlangga lalu melaju ke arah rumah Tara. Setibanya mereka dirumah Tara kedua orang tuanya langsung menuju kamarnaya untuk beristirahat. Sini lo ikut gue kata Tara dan mereka pun berjalan menuju balkon kamar Tara.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD