Hari ini Tari sedang mempersiapkan segala keperluannya yang akan dibawanya ke Amrik. Ayah, bunda dan kakaknya tetap kekeh akan mengantarkannya sampai Amrik padahal Tari sudah mengatakan bahwa dia bisa sendiri. Jadi Tari memilih mengalah dan membiarkan keluarganya juga ikut sampai Amrik.
Sedangkan Erlangga yang mengetahui kalau besok keberangkatan Tari dan keluarganya ke Amrik rencananya akan ikut ke bandara mengantarkan mereka.
Dan setelah dirasa barang yang diperlukannya disana cukup untuk dibawanya Tari pun berbaring di kasurnya untuk mengistirahatkan tubuhnya. Capek juga yah padahal hanya duduk saja packing masuk koper dan dus. Batin Tari.
Tari hanya membawa barang-barang yang di kiranya sangat di butuhkannya saja karna di sana nanti dia bisa membeli lagi kalau hanya pakaian dan peralatan mandinya.
Haaaa. Kok rasanya berat yah buat ninggalin jakarta yang sudah memberikan aku banyak warna kehidupan selama kurang lebih 20 tahunan ini. Terlalu banyak suka dan dukanya dan pastinya sukanya paling banyak.
Terutama untuk tidak melihat Erlangga lagi, padahal sebelumnya sudah sangat mantap untuk melanjutkan kuliah ke Amrik kok sekarang ada perasaan aneh lagi yang hadir yah.
Mungkin karena akhir-akhir ini sering bertemu cukup lama dengan Erlangga, lebih tepatnya pertemuan yang sangat tak aku inginkan lagi.
Begitulah pikiran Tari sekarang. Dia bergumam sendiri menertawakan hidupnya ini.
Hidupku sungguh sangat lucu yah, kehidupan sungguh sangat berkecukupan, malah lebih banget. Alhamdulillah papa punya segalanya namun untuk kisah cintaku sungguh sangat miris. Tak seindah kehidupanku bersama keluargaku. Penuh dengan cinta yang saling kami rasakan.
Kadang aku merasa iri melihat orang yang kehidupannya sangat sederhana tapi percintaannya juga sangat beruntung.
Memiliki orang yang sangat menyayangi mereka atau bisa dikatakan mereka saling mencintai, kalau yang nampak dimataku melihat beberapa teman-teman kuliahku. Memiliki pasangan dan tak jarang mereka diantar jemput oleh pasangan mereka itu.
Huuftttt... Semangat Tari jangan bandingkan hidupmu dengan orang lain. Harus bersyukur mungkin nanti akan Allah hadirkan seseorang itu juga untukmu jika waktunya sudah tepat. Berprasangka baik saja sama Allah. Batin Tari lalu mencoba memejamkan matanya untuk beristirahat karna besok mereka akan ke Amrik dengan penerbangan pagi hari.
**
**
**
Sementara itu dirumahnya Erlangga lebih tepatnya di dalam kamarnya ia nampak melamun. Pikirannya sedang berkecambuk memikirkan Tari yang memilih melanjutkan kuliahnya ke Amrik daripada di Jakarta saja.
Padahal kampus diJakarta juga gak kalah bagusnya kok meskipun aku sendiri memilih kuliah di luar negeri sih tapi kan aku cowok yah jadi wajar aja.
Apa benar yah Tari lagi menghindariku ? Sampai rela hidup berjauhan dari keluarganya padahal aku tau banget dia paling gak bisa berjauhan lama dengan keluarganya apalagi bundanya pasti berat banget. Mungkinkah dia mengetahui perasaanku padanya ? Batin Erlangga.
Kayaknya pulang dari Amrik, aku perlu bicara sama Tara. Pasti dia mengetahui sesuatu tentang keputusan Tari yang baginya tiba-tiba banget langsung mau melanjutkan kuliahnya ke Amrik.
Haaaaaa.. Kenapa rasanya sesak banget sih, Tari. Bisakah aku menahan rinduku ini sementara jarak kita sudah tidak dekat lagi.
Semoga saja ada jadwal kerjaanku ke Amrik biar ada alasanku untuk mengunjungi Tari.
Kalaupun tidak ada aku akan tetap berangkat ke sana. Masalah alasannya nanti saja dipikirkan.
Sepertinya begitu saja untuk sementara pikir Erlangga.
Mending sekarang mengistirahatkan pikiran dan tubuhku dulu, rasanya sangat lelah akhir-akhir ini.
Biar besok gak kesiangan bangun untuk mengantarkan Tari tanpa dia tau pastinya.
**
**
**
Keesokan harinya Erlangga sudah tiba dirumah Tari pagi-pagi sekali. Dia sangat bersemangat untuk mengantarkan Tari ke bandara meskipun dia tidak meminta izin dulu kepada mereka.
Bunda juga menganggapku sebagai anaknya jadi anggap aja seorang anak mengantarkan keluargnya ke bandara. Gumam Erlangga pelan.
"Assalamualaikum kata Erlangga dengan suara lantang memasuki rumah Tara dan Tari.
Waalaikumsalam jawab Bunda Tiara yang kebetulan sudah turun ke bawah. Pagi-pagi banget ke sini, Ngaa. Ada perlu yah sama Tara? Tanya Bunda Tiara.
Aku mau mengantar kalian semua ke bandara, Tante. Boleh kan ? Tanya balik Erlangga.
Boleh kok nanti tinggal Tante kasih tau ulang supir kalau dia gak jadi mengantarkan kami biar kamu saja.
Alhamdulillah, makasih yah tante sudah izinin aku. Kalau balik nanti dari Amrik hubungi aku aja lagi yah tante biar Aku menjemput kalian bertiga dibandara. Kata Erlangga.
Hmmm.. Kalau gak merepotkan kamu boleh juga tuh, Ngga. Jawab Bunda Tiara.
Gak sama sekali kok tante, aku sekalian nanti ada yang mau diomongin sama Tara. Ucap Erlangga.
Baiklah. Ayo ikut sarapan dulu, Ngga mereka semua sudah menunggu diruang makan. Ajak Bunda Tiara kepada Erlangga dan mereka pun berjalan menuju ruang makan."
"Halo semuanya sapa Erlangga ketika memasuki ruang makan.
Ngapain lo pagi-pagi sudah dirumah gue aja sih, Ngga? Mau numpang makan lagi? Tanya Tara dengan sinis.
Emang gak boleh yah, Tar ? Tanya balik Erlangga.
Gpp kok, Ngga. jangan didengarkan Tara. Dia hanya masih merasa berat aja jauh dari adiknya jadi agak sensi. Ayah Erland yang menjawab.
Makasih yah, Om. Maaf aku ikut sarapan diajak sama tante tadi. Hehe. Kata Erlangga dengan senyumannya dan itu dilihat sama Tari.
Yaa Allah senyumannya manis sekali lagi, kalau begini kan jadi kayak tambah berat deh mau meninggalkan jakarta. Batin Tari lalu kembali fokus ke makanannya tanpa menyapa Erlangga.
Erlangga meminta izin untuk duduk disamping Tari dan Tari hanya mengangguk saja.
Kok Tari jadi pendiam begini yah, apa dia gak suka aku datang ke rumahnya pagi-pagi begini yah ? Ah Sudahlah pura-pura gak tau ajalah. Kadang kita perlu sesekali tak terlalu menanggapi dengan serius perlakuan orang. batin Erlangga.
Oh iya kita gak jadi pakai supir ke bandaranya, Yah. Kata Bunda Tiara.
Pasti Erlangga yang berinisiatif mengantarkan kami ke bandara batin Tara dan Tari kebetulan banget sama pemikiran mereka yah. Hehe..
Aku makin yakin kalau cewek idaman Erlangga adalah Tari. Kenapa lo bodoh banget sih Ngga, kalau cinta yah ungkapin ke orangnya. Biar Tari gak harus jauh dari gue. Sebenarnya Tara sangat berat untuk berjauhan dengan adiknya bertahun-tahun pula. Ahh. Terserah lo aja lah Ngga, semoga lo gak nyesal nanti kalau Tari membawa pulang cowok bule kelak. haha. Batin Tara.
Kenapa gak jadi, Bun ? Tanya Ayah Erland.
Katanya Erlangga yang akan mengantarkan kita ke bandara, yah. Jawab Bunda Tiara.
Tuh kan benar dugaanku batin Tara dan Tari lagi.
Oh, benar begitu, Ngga? Emang kamu gak sibuk yah? Tanya Ayah Erland.
Iya, Om. Gak sibuk kok, Om. Hari ini aku ke kantornya siang aja. Jawab Erlangga.
Okey. Makasih lo Ngga sudah repot-repot mau mengantarkan kami. Kata Ayah Erland.
Gak repot kok, om. Santai aja. Ucap Erlangga.
Ada udang dibalik batu kayaknya yah, Ngga ? Tanya Tara ambigu.
Ayah Erland, Bunda Tiara dan Erlangga hanya diam saja tak menanggapi perkataan Tara namun Tari melirik tajam ke arah kakaknya. Dan yang dilirik malah pura-pura gak melihat aja."
Setelah sarapan mereka pun berangkat ke bandara karna waktu sudah menunjukkan pukul 07.00 WIB sementara penerbangan mereka pukul 09.00 WIB.
Sesampainya dibandara mereka sempat berbincang sebentar sebelum akhirnya mereka berpisah karna Ayah, Bunda, Tara dan Tari memasuki ruang checkin dan Erlangga langsung pulang.
Tapi sebelum Erlangga berbalik pulang Tara menghentikannya dan berbisik mengatakan "Lo punya hutang penjelasan sama gue, Ngga" lalu kembali memasuki bandara untuk check in bersama keluarganya.
Erlangga menaikkan alisnya sebelah, emang gue punya hutang penjelasan apa sama lo? Gumamnya namun sayangnya Tara tak mendengarkannya karna setelah berbisik tadi dia langsung meninggalkan Erlangga.
Dan Erlangga nampak bingung tapi tidak terlalu memikirkannya lalu melanjutkan langkahnya ke arah parkiran mobiilnya.
Sementara Tara dan keluarganya sekarang berada di ruang tunggu duduk. Ayah dan bunda mereka sibuk dengan HP masing-masing sedangkan Tara dan Tari lagi berbincang ringan sambil menunggu panggilan untuk take off.
"Tara : Dek, kamu yakin akan melanjutkan kuliah di Harvard ?
Tari : Astaga kak masa sudah dibandara begini masih bertanya begitu. Keputusanku gak akan goyah kak.
Tara : Bagaimana kalau misalkan Erlangga memiliki rasa yang sama dengan kamu, dek ?
Tari : Gak mungkinlah kak. Aku sudah gak mau berharap lagi.
Tara : Gak ada yang gak mungkin dek. Pikirkan ulang deh.
Tari : kalau memang pun ada yah biarkan kak Erlangga berjuang dan sabar menungguku aja. Ucap Tari asal.
Tara : Benar juga yah. Semoga beneran kamu cewek idaman Erlangga, dek. Kata terakhirnya hanya mampu Tara ucapkan dalam hatinya."
Tara, Tari ayo itu sudah panggilan take off kata Bunda Tiara kepada kedua anak kesayangannya.
Iyaa, bunda jawab Tara dan Tari kompak. Mereka pun menuju pesawat yang sudah siap terbang ke Negeri Paman Sam itu.
***
***
***
Sementara Erlangga yang ditinggal kuliah ke luar negeri pujaan hatinya menyibukkan dirinya dengan bekerja. Dia makin gila kerja semenjak mengantarkan Tari sekeluarga ke bandara.
Bahkan asisten dan sekretarisnya tak jarang kena semprot karna hal sepeleh seperti saat ini erlangga menelfon sekretarisnya untuk membawakan berkas salah satu proyek besarnya namun sekretarisnya karna kebelet mau buang air kecil menyempatkan ke WC terlebih dahulu lalu memasuki ruangan bosnya.
Saat sang sekretaris yang bernama Sinta sudah berada dalam ruangan bosnya, belum sempat berbicara Erlangga langsung nyolot marah-marah.
Kamu kalau sudah tidak mau kerja disini serahkan surat resign ke HRD aja antar berkas doang lama banget Kata Erlangga dengan melirik tajam ke sekretarisnya.
M..Maaf pak tadi saya ke WC sebentar karna sudah tidak bisa menahan untuk Buang air kecil lagi. Kata sang sekretaris jujur dengan suara bergetar.
Alasan saja kamu, letaklkan berkas itu dimeja saya dan kamu bisa keluar sekarang. Sarkas Erlangga.
I..iyaa pak. Sekali lagi maaf. kata Sinta asmbil berlalu keluar dari ruangan bosnya.
Alhamdulillah gak lama-lama kena amukan bos. Kenapa bos berubah begitu yah. Baru datang ee sudah marah-marah kayak cewek lagi PMS saja, sensitif sekali. Gumam Sinta pelan lalu kembali ke mejanya melanjutkan kerjaannya sebelum bosnya ngamuk lagi.
***
***
***
Tari dan keluarganya telah tiba di Negeri Paman Sam setelah kurang lebih 22 jaman melakukan penerbangan udara.
Mereka dijemput oleh adiknya Ayah Fajar. Sang paman menghampiri kakak, ipar dan ponakan-ponakannya.
Bagaimana penerbangan kalian ? Tanya Erman sambil menyalami mereka semua.
Alhamdulillah aman semua, Paman. Jawab Tara.
Alhamdulillah, yaudah kita ke rumah aku dulu kan ? Makan dirumah dulu, istri aku sudah siapkan makanan. Istirahat dirumah aja selama kalian disini. Nanti sehari sebelum kepulangan kalian ke Indonesia baru Tari ke Apartemen Tara. Jelas Erman.
Iya, Paman. Jawab Tari.
Mereka pun menuju mobil paman Erman lalu pulang ke kediaman pamannya.
Sampai dirumah pamannya mereka disambut dengan ramah oleh istri dan anak-anak Erman.
Wilma Widodo anak Erman langsung memeluk Tari, kangen banget deh ucapnya pelan.
Iya, Wil. Sekarang bakalan sering ketemu sampai kita sama-sama lulus nanti yah. Kan kita satu kampus, hehe. Ucap Tari sambil membalas senyuman sepupunya itu.
Tara pun melakukan hal yang sama dengan memeluk sepupunya yang tak lain Wahyu widodo anak sulung pamannya yang seumuran dengannya.
Anak Erland dan Erman keduanya memang seumuran. Dan mereka sangat dekat meskipun jarang bertemu karna semenjak SMA mereka semua pindah ke Negeri Paman Sam karna pamannya tak sanggup lagi bolak/balik Indonesia- Amrik.
Widya Adimaja selaku istri Erman pun memeluk istri dari kakak suaminya. Hubungan mereka pun cukup dekat dan saling menyayangi layaknya saudara.
Setelah acara pelukan dan melepas rindu sejenak mereka pun makan bersama kemudian istirahat dikamar yang telah disiapkan oleh Erman dan istrinya.
***
***
***
Sementara dikantor Erlangga ingin menghubungi Tara karna menurutnya sahabatnya itu pasti sudah sampai ke rumah pamannya di Negeri Paman Sam itu.
Gpp deh telfon aja, paling Tara ngamuk sebentar karna kemungkinan sekarang lagi istirahat dia. Erlangga menelfon Tara dan Tara langsung mengangkat telfonnya dengan kesal.
"Tara : Lo bisa gak sih kasih waktu gue istrirahat dulu. Ganggu aja.
Erlangga : Maaf, bentaran aja kok. Kalian sudah sampai kan ?
Tara : Menurut lo?
Erlangga : Ditanya itu jawab bukannya bertanya balik, Tar.
Tara : Suka-suak gue lah.
Erlangga : Bagaimana perjalanan kalian?
Tara : Kepo banget deh. Pokoknya tunggu gue di Indonesia ada yang mau gue bahas sama lo. Gue tutup, bye.
Erlangga : Dasar sahabat kampr*t.
Setelah puas mengumpat Erlangga duduk terdiam di kursi kebesarannya.
Kira-kira Apa yang akan dibahas Tara yah ? Sebelum keberangkatannya kemarin juga dia bilang aku punya hutang penjelasan sama dia. Apa beneran Tara mengetahui perasaannya terhadap Tari ? Tanya Erlangga dalam hatinya.
Sudahlah. Kalau pun Tara sudah tau baguslah semoga menjadi awal yang bagus untuk hubungan aku sama Tari kedepannya.
Ahhh.. Nanti saja di bahas kalau Tara sudah pulang ke Jakarta.
Sementara diluar ruangan bosnya Sinta kewalahan mengatasi seorang cewek yang nekad mau masuk ke ruang bosnya.