BAB 2 Melanjutkan S2 Di Harvard

2000 Words
Pov Erlangga Namaku Erlangga Wijaya. Aku mempunyai seorang adik perempuan yang bernama Anjani Wijaya, Dia seumuran dengan seorang cewek yang selama ini aku taksir secara diam-diam. Dan sampai sekarang aku belum berani untuk mengungkapkan secara langsung kepada cewek itu. Sangat berbeda dengan aku yang berani mengambil tindakan kalau masalah kerjaan di perusahaan maupun kerjasama dengan berbagai perusahan besar lainnya.. Aku adalah seorang CEO diperusahaan Wijaya Grop. Perusahaan Terbesar kedua setelah Widodo grop yaitu perusahaan sahabatku, Utara Pratama Widodo atau biasa aku memanggilnya dengan sapaan Tara. Dulu yang memimpin perusahaan Wijaya adalah papaku. Namun setahun belakangan ini papa mempercayakan sepenuhnya perusahaan ini kepadaku setelah melihat kinerjaku beberapa tahun ini. Aku sangat giat dalam bekerja supaya kelak kalau bisa bersama Cewek yang aku taksir diam-diam ini, aku bisa memberikannya kehidupan yang layak dari jerih payahku sendiri. Papa hanya sesekali akan mengunjungi perusahaan untuk memantaunya saja. selebihnya perusahaan dibawah kendaliku. Namun sesekali aku masih meminta saran dari papa jika ada hal yang aku belum meyakininya supaya gak salah langkah dan membuat perusahaan wijaya grop dalam masalah besar. Kalau masalah karir aku tidak pernah meragukan diriku sendiri karna sudah di latih dari dulu oleh papaku untuk memimpin perusahaan dan terbukti dengan sering kali aku berhasil mendapatkan tender besar. Papa juga mengajarkanku untuk selalu bersikap disiplin, jujur, giat belajar dan dasar-dasar kepemimpinan. Namun entah mengapa masalah percintaan aku tak seberuntung karirku. Aku kayaknya harus belajar kepada ahlinya deh, tapi siapa yah ? Sama Tara kan gak mungkin, dia aja belum pernah dekat dengan cewek manapun kalau sepenglihatanku. Hmm. Entahlah. Mungkin memang harus dari diri kita yang memberanikan untuk bersikap atau istilah orang gentle. Yang jelas aku mencintai adik sahabatku secara diam-diam sejak aku duduk di bangku SMA dan saat itu dia masih SMP hihi . Perasaan ini muncul karna seringnya pertemuan itu terjadi. Kami dari kecil sudah saling mengenal bahkan sering bermain bersama. Aku pernah mengatakan kepada sahabatku, Tara bahwa aku mempunyai cewek idaman namun tidak mengatakan dengan jelas siapa sosok itu. Karna dia adalah adiknya Tara. Namanya adalah Utari Wulandari Widodo atau biasa dipanggil Tari, adik kesayangannya sahabatku, Tara. Namun sekarang Tariku sudah mulai berubah kalau menurut penglihatan aku dan yang aku rasakan juga demikian. Karna sekarang sepertinya dia sedang menjauhiku. Dia seakan tidak ingin lagi berdekatan dengan aku. Diantara kami seakan ada jarak yang sangat jauh. Disaat aku ingin mengikis jarak itu Tari selalu saja berhasil membuat kikisan itu kembali berjarak lagi. Seperti kemarin aku berkunjung ke rumahnya lalu dia baru saja pulang dari kampus, biasanya dia akan menghampiriku dan bertanya banyak banget tentang kegiatan apa saja yang aku lakukan hari ini. Namun nyatanya hari ini dia hanya berbasa-basi sebentar lalu mengurung dirinya di kamar dan tidak keluar lagi sampai aku pulang ke rumahku. Kami hanya bertemu dan berbicara sepatah dua kata saat makan malam yang kebetulan aku ikut makan di rumahnya karna Bunda mereka tidak akan mengizinkanku pulang sebelum perutku kenyang katanya. Aku dengan Tara dan keluarganya sudah sangat dekat, karna kami berteman dari kecil dan kebetulan papaku dan papa Tara memang sudah lama bersahabat dari mereka kuliah kalau kata papa kami dan sampai sekarang persahabatan mereka masih awet, Entah bagaimana bisa merawat persahabatan itu hingga puluhan tahun lamanya. Alhamdulillah. Terkadang aku juga menginap di rumahnya Tara ataupun sebaliknya. Tak jarang juga Tara yang datang bermain ke rumahku, entah itu datang sendiri atau pun bersama dengan Tari. Ada apa dengan Tariku? Kenapa dia berubah seakan tidak ingin lagi mengetahui tentang diriku. Apakah karna sekarang dia sudah memiliki kekasih yah? Sehingga dia membatasi kontak fisiknya dengan lawan jenis selain ayah dan kakaknya? Mungkin ingin menghargai perasaan kekasihnya. Arrrrgg pikiran-pikiran negatif ini berhasil menghantuiku. Apa yang harus aku lakukan sekarang ? Apakah aku harus jujur dan menyatakan perasaanku kepada Tari ? Tapi bagaimana jika Tari tidak memiliki rasa yang sama denganku? Aku belum siap untuk itu karna Tari adalah cinta pertamaku dan sangat takut ini akan berdampak pada persahabatanku dengan kakaknya. Dan silahturahmiku dengan Tari dan kedua orang tuanya juga akan berakhir begitu saja. Meskipun gak mungkin karna papa kami sahabatan. Tak mungkin hanya masalah perasaanku hubungan itu retak kan. Paling aku akan dapat beberapa nasihat-nasihat saja. Tapi sungguh sekarang aku bingung dengan keadaan ini. Sangat bingung. Aku tidak tau harus mengatakan kepada siapa lagi. Aku hanya mempunyai Tara sebagai sahabat sekaligus tempatku selalu berbagi cerita. Meskipun kadang Tara hanya menjadi pendengar yang baik saja. Karna kalau sama asistenku pasti hanya bisa mengejekku saja. Bukan solusi yang aku dapatkan. Mungkinkah aku harus memendam saja semua ini untuk sekarang? Sambil aku melihat atau menanyakan sama Tara apakah ada cowok yang dekat dengan adiknya itu yah. Haaaaaaaa. Sungguh sangat menyiksa. Biarlah dulu seperti ini saja sampai nanti waktunya tiba aku akan mengatakannya kepada Tari langsung. Sekarang biar aku menyimpannya sendiri dulu aja rapat-rapat. Aku berharap kelak semesta memberikan kita jalan untuk bersatu, Tari. Itulah harapan terbesarku saat ini dan nanti. Pov End ** ** ** Hari berganti hari begitpun dengan minggu yang berganti minggu bahkan bulan pun kita telah berganti. Tibalah hari dimana yang dinantikan Tari yaitu hari wisudanya. Sekarang Tari sudah berada di Hotel tempat berlangsungnya acara wisuda kampusnya. Dia datang bersama kedua orang tua dan kakaknya. Acara wisuda pun dimulai dan sekarang adalah waktunya wisudawan/wisudawati naik ke panggung sesuai nama masing-masing yang disebutkan dan saat ini adalah prodinya Tari. Tara tidak lupa mengabadikan setiap moment penting adiknya ini. Seperti sekarang dia lagi mengambil video saat adiknya naik ke panggung sebagai salah satu wisudawati berprestasi dengan nilai cumlaude 4,00. Terlihat Ayah, bunda dan kakaknya sangat bangga dengan pencapaian Tari. Dan Tara pun memposting di media sosialnya salah satu video singkat yang diambilnya tadi. Kami selalu bangga atas setiap pencapaianmu, dek. Tulis caption Tara di postingannya. Tak lama setelah itu ada notif masuk di HP nya dan di lihatnya nampak Erlangga menyukai dan berkomentar di postingan itu. "Erlangga : Wah hebat banget. IPK yang sangat sempurna. Selamat dek cantik sambil mentag akun Tari." "Tara : Makasih, Ngga." "Erlangga : Kok lo sih yang balas, Tar?" "Tara : Terus lo berharapnya siapa yang membalas komenmu?" "Erlangga : Tari lah siapa lagi." "Tara : Lo gak lihat kalau postingan ini tuh dari akun gue? Fokus Ngga." "Erlangga : Hmmm." Hampir ketahuan, batinnya. "Tari : Makasih kak Erlangga." "Tara : Wah dibalas dong sama adikku, Sudah puas belum Ngga? "Erlangga : Sama-sama Tari. Biasa aja Tara." Tara kembali fokus ke acara wisuda adiknya yang sudah selesai dan sekarang mulai nampak keluar semua orang-orang yang ada di dalam. Dan mereka pun kini menunggu di depan stand foto untuk mengabadikan moment wisuda Tari setelah mengambil nomor antrian. Halo semua sapa Erlangga menyapa Tari, ayah, bunda dan kakaknya. Tari nampak kaget namun secepat kilat dia menetralkan kembali ekspresi wajahnya sebelum terlihat oleh mereka. Loh kakak kok ada disini juga ? Tanya Tari. Emang kakak gak boleh yah datang di wisuda kamu ? Tanya balik Erlangga. Hmm gak gitu kak. Aku hanya bertanya. Ucap Tari. Aku bisa kan tante, om ikut berfoto sama kalian ? Pengen foto berdua juga sama yang diwisuda deh. Kata Erlangga kepada kedua orang tua Tari. Bisa dong, Ngga. Kamu kan sudah kayak keluarga juga sama kita, santai aja. Jawab Bunda Tiara. Tari hanya menampakkan senyum terpaksanya. Niat hati ingin menjauh malah selalu saja ada caranya semesta ini mempertemukan kami lagi. Apa ini tandanya aku di larang buat membuang perasaanku yah ? Mungkin kah aku di minta untuk berjuang dulu? Batin Tari tiba-tiba entah dari mana mempunyai pikiran demikian. Nama Tari pun di panggil untuk melakukan sesi foto, pertama sendiri, bersama orang tuanya, lalu kakaknya dan foto bersama plus dengan adanya Erlangga dan terakhir foto berdua Erlangga aja. Tari dan Erlangga nampak sama-sama tegang karna sebenarnya mereka sama-sama memiliki perasaan yang sama hanya saja belum ada keberanian mereka untuk mengutarakannya. Mereka memilih untuk diam dan menyimpannya rapat-rapat. Alhamdulillah kelar juga, kata Tari. Sekarang kita langsung menuju Restoran M aja, kemarin ayah sudah reservasi untuk hari ini. Erlangga mau ikut juga ? tanya Ayah Erland. Boleh om, kebetulan kerjaan dikantor aku sudah minta tolong assitenku untuk handel dulu sampai siang. Nanti jam 2 siang baru aku kembali ke kantor, jelas Erlangga. Nimbrung terus aja lo bro, ucap Tara melirik ke arah Erlangga. Ini namanya rejeki anak sholeh, bro. Jawab Erlangga. Hmm. Terserah lo deh. Kata Tara malas. Sementara Tari hanya diam saja sambil membatin. Ya Allah apalagi ini, niat hati ingin menjauh malah didekatkan terus. Kapan bisa hilang ini rasa kalau dia selalu saja berada di dekatku. Yasudah ayo, kamu naik mobil sendiri Ngga atau mau ikut sama kita semua ? Tanya Bunda Tiara. Aku pake mobil sendiri aja, Tan biar nanti habis dari Restoran langsung ke kantor. Jawab Erlangga. Baiklah kita ketemu di Restoran M aja yah. Ayo berangkat sekarang aja biar gak telat kamu dan Tara kembali ke kantor nanti, Ucap Ayah Erland. *** *** *** Sekarang mereka sudah berada di ruang VVIP Restoran M. Mereka baru saja memasuki ruangan itu dan tidak lama itu masuk juga pelayan untuk mencatat pesanan pelanggannya. Setelah itu pelayan nampak keluar untuk menyiapkan pesanan Tari sekeluarga dan Erlangga. Jadi setelah ini kegiatan kamu apa Tari ? Tanya Erlangga menghentikan kesunyian yang terjadi dalam ruangan VVIP ini. Mau melanjutkan S2 aja kak. Jawab Tari. Wow langsung lanjut S2? Gak mau istirahat sejenak dulu ? Tanya Erlangga lagi. Gak kak, mumpung otak masih fresh dan umur belum tua jadi masih mampu untuk belajar makanya aku pikir lanjut aja dulu biar nanti sekalian selesai baru istirahatnya dan memikirkan untuk bekerja. Jelas Tari. Iya juga sih, biar capeknya sekalian yah. Jadi rencanya mau lanjut dimana? Tanya Erlangga. Dikampus nya abang kuliah S2 dan S3, kak. Jawab Tari santai. M.. maksudnya di Harvard Amrik? Erlangga nampak terkejut. Iya, kak. Aku sudah daftar dari beberapa bulan yang lalu dan sudah keterima. Tinggal daftar ulang aja. Ucap Tari. Emang kamu yakin Tar ? Jauh loh Jakarta-Amrik kan? Sudah dipikirkan baik-baik? Tanya Erlangga beruntun. Hmmm. Sudah kak. Aku sekalian belajar mandiri, gak mungkin selamanya mau terima beres aja. Di sana juga kan ada adiknya Ayah. Apartemen kakak juga belum dijual jadi aku bisa tempati disana. Aman lah kak. Jelas Tari panjang lebar. Kami juga awalnya berat, Ngga. Cuma Tari tetap kekeh mau lanjut disana, bahkan kami taunya pas dia sudah keterima di Harvard. Mungkin memang Tari sudah siap untuk mandiri. Jadi kami hanya bisa mendukungnya saja. Nanti sesekali kami bisa jalan-jalan ke sana untuk mengunjunginya. Jelas Bunda Tiara Hufffttt. Nampak Erlangga membuang nafasnya dan Tara dari tadi hanya memperhatikan gerak-gerik Erlangga. Apa cewek idaman yang pernah Erlangga cerita itu Tari yah? Kok dia kayak terkejut dan keberatan Tari memilih melanjutkan kuliahnya di Amrik. Kayaknya aku butuh mengintrogasi Erlangga untuk memastikan kecurigaanku ini. Batin Tara. Kalau memang itu sudah keputusan finalmu begitu yah udah Tar. Semoga semuanya berjalan dengan lancar yah, pintar-pintar jaga diri karna pergaulan di luar negeri itu kan sangat bebas banget. Pintar-pintar juga memilih teman jangan ikut saja apa kata mereka yah. Kalau perlu bantuan kamu bisa menghubungi kakak langsung yah. Ucap Erlangga dengan berat hati. Iya kak. Makasih banget saran-sarannya. Tari akan mengingatnya. Kakak juga semangat kerjanya biar cepat nikah. Masa Tari ke Amrik dan pulang lagi ke Jakarta nanti masih aja sendiri sih. Kalau sudah ada idamannya baiknya diutarakan sebelum di ambil orang, kak. Tapi semoga saja gak diambil orang yah kak kalau beneran sudah memiliki cewek idaman. Celutuk Tari asal. Glek.. Erlangga nampak susah payah untuk menelan ludahnya. Hmm Do'akan aja deh semoga cewek yang kakak taksir juga memiliki perasaan yang sama denganku. Dan cewek itu kamu Tari, jadi aku aamiinkan saja. Jawab Erlangga dengan sedikit kikuk dan kata terakhir itu hanya dijawabnya dalam hati. Tapi tunggu dulu, bisa-bisanya Tari mengetahui aku memiliki cewek idaman yah. Rasanya aku hanya mengatakan itu sama Tara deh. Apa iya Tara pernah memberitahukannya pada Tari yah ? Kalau iya aku sangat menyesal tidak mengatakan pada Tara kalau cewek itu adalah Tari. Erlangga membatin lagi. Ah. Sudahlah sekarang juga Tari sudah memilih untuk melanjutkan kuliahnya dulu ke luar negeri. Nanti saja aku pikirkan bagaimana caranya untuk bicara kepada Tari. Aku harus bicarakan ini dulu sama Tara. Aku pulang dulu lah.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD