Saffier Warewolf

1617 Words
Menghadapi seekor warewolf merupakan penghinaan tersendiri bagi Blair. Dia merasa jika bangsa itu kotor dan tidak memiliki peradapan sama sekali seperti anjing jalanan. Sekarang karena ia menemukan seekor warewolf yang berani mengusik gadisnya maka jangan salahkan dirinya jika bertindak. Padahal ia sama sekali tidak pernah ingin mencampuri urusan vampire maupun warewolf. Dia ingin menikmati hidup abadi sebagai seseorang yang tak pernah tua dan hidup mewah. Baginya hanya orang bodoh yang mau mengurusi sekumpulan monster dan peperangan yang tiada henti. Mereja hanya menyia - nyiakan waktubdan tenaga, bahkan nyawa. Padahal menjadi vampire bukan hal yang mudah dilakukan seperti di televisi. Seorang vampire akan memutuskan secara hati - hati siapa yang akan ia jadikan bangsa vampire karena kerahasiaan mereka harus terjaga. Terurama di era modern. Kini setelah terusik dengan hal yang tidak perlu, Blair memutuskan untuk turun tangan membereskannya. "Bergabunglah dengan mereka Bella. Jangan keluar sebelum aku datang ke ruangan..." bisik Blair. Bella menatap Blair yang memiliki mata keemasan dan misterius. Baginya warna mata itu agak spesial karena sangat jarang ia temukan orang yang memiliki warna mata seperti Blair. Sebuah perintah aneh tapi tak mungkin ia diabaikan oleh Bella, dia dengan patuh kembali ke meja jamuan makan. "Baiklah." Blair mengawasi sejenak Bella yang masuk lalu ia menghilang dengan cepat dari tempatnya berdiri. Gerakannya secepat angin. Blair tidak berteleportasi tapi dia bergerak dengan cepat. Vampire hanya bisa berubah wujud menjadi binatang tapi mereka tidak bisa berteleportasi. Jika mereka ingin berpindah tempat ada dua cara yaitu bergerak cepat atau menyerupai binatang terbang seperti yang dilakukan oleh Cresent. Saffier yang melihat Blair langsung tersenyum senang. Dia bersiap untuk menangkap pria itu, apalagi dia memisahkan diri dari manusia yang lain. "Bagus, dia sekarang memisahkan diri, dengan begini aku bisa menangkapnya dan menghabisinya," guman saffier. Dia mengikuti B;air yang berjalan menuju ke top roof. Sebuah tempat yang seharusnya ditakuti oleh bangsa vampire karena tempatnya terbuka dan terkena sinar matahari secara langsung. Hebatnya lagi, pria vampire itu sama sekali tidak terbakar dan berubah menjadi abu. Hal itu menimbulkan pertanyaan sendiri bagi Saffier. Akan tetapi ia enggan untuk memikirkan kecurigaannya itu. Ynag ada dalam benaknya hanyalah ingin menghabisi Blair dan membuktikan pada pack nya jika ia pantas untuk menjadi salah satu vampire hunter. Mereka selama ini meremehkannya karena ia baru mampu berteleportasi setelah menginjak usia tida puluh tahun. Sebuah usia yang sangat terlambat bagi seorang warewolf. "Akhirnya aku bisa menemukanmu, vampire?" ucap Saaffier yang menyeringai kejam. Dia merasa seperti pemburu padahal yang terjadi adalah sebaliknya. Dengan penuh percaya diri ia merubah dirinya menjadi warewolf. Mulutnya yang tadinya adalah bibir yang sangat kissable, menjadi maju dan memanjang hingga membentuk moncong serigala. Kulitnya berasap dan dalam sekejap ia berubah menjadi serigala. "Grrr..." erang Saffier. Dia siap mencabik - cabik Blair dengan tangannya. "Jadi kau yang berani menyentuh gadisku?" tanya Blair. "Kau mengganggu manusia, jadi kau harus dibasni." "Tahu apa kau? Jangan seenaknya bertindak di areaku." Blair menatap malas pada warewolf amatir yang baru saja berubah wujud menjadi serigala. Matanya pun memerah dan dengan cepat ia memegang kening dari warewolf itu. Satu kalimat dari Blair membuat warewolf yang mengerang terdiam dengan mata kosong, mulut yang sedikit terbuka. Dia terhipnotis dan tidak bisa melakukan apapun. Jiwanya kosong menunggu sebuah perintah. "Pergilah ke pack- mu dan jangan berhenti membunuh mereka sampai kau mati," perintah Blair dingin. Inilah yang mengerikan dari Blair. Pria ini tanpa ampun dan sangat kejam jika sudah marah. Yang pada akhirnya perintah itu dijalankan oleh Saffier dengan senang hati karena otaknya sudah tercuci oleh kemampuan Blair. Dia melompati gedung tinggi dari satu gedung ke gedung lainnya tanpa kesulitan. Yang pada akhirnya ia sampai di pack- nya. Sebuah tempat yang terbuat dari kayu gelondongan yang berjajar rapi dengan sebuah koloni. Dalam pandangan Saffier yang ia lihat justru bukan koloninya akibat delusi Blair. Di matanya para warewolf yang satu pack dengannya adalah sekumpulan vampire. Dia pun mulai menyerang rekan warewolfnya sendiri karena pengaruh dari Blair. "Grrr..." "Saffier apa kau sudah gila!" teriak dari rekan- rekannya yang mencoba membela diri dari Saffier. Mereka terkejut melihat Saffier yang tiba - tiba menyerang mereka tanpa ampun. Sayangnya di mata Saffier, dia melihat vampire yang berbicara dengannya, bukan rekannya. Yang mana membuat pemimpin pack segera mengambil tindakan dengan melumpuhkan Saffier. Sebagai alpha yang menguasai pack ini, Galeon berkewajiban menangani masalah ini. "Dia terhipnotis, kalian mundurlah." Lainnya ikut mundur karena tidak ingin ada yang terluka akibat serangan dari rekan sendiri. Dengan gerakan cepat dia menghadang langkah Saffier dan memukul kepalanya hingga pingsan. Tidak ada lagi kehebohan yang diperbuat oleh Saffier. Semuanya kembali tenang. "Cepat ikat dia, aku mencium aroma vampire padanya. Kemungkinan besar dia dikendalikan oleh vampire." "Baik." Mereka segera mematuhi perintah dari Alpha mereka. Dalam hati mereka juga jengkel dengan Saffier yang bisa begitu ceroboh sehingga dikendalikan oleh vampire. Dia bahkan melukai rekannya yang tidak siap saat ia serang. "Dasar pecundang, kenapa ia bisa dikendalikan oleh monster itu?" "Namanya juga warewolf yang tidak berguna, bahkan disuruh menemui vampire hunter saja ia tidak bisa." Dua warewolf segera menjebloskan Saffier ke penjara yang terbuat dari gelondongan kayu yang besar. Kakinya dirantai dan ia digeletakkan begitu saja di tanah. Lalu meninggalkannya begitu saja. Inilah yang membuat Saffier merasa terasingkan dan nekad menghabisi Blair demi pengakuan dari pack nya. Dia selama ini hanya dianggap warewolf tak berguna dan payah. *** Setelah membereskan masalah yang baginya merepotkan, Blair kembali menemui Bella yang juga ikut bergabung makan siang dengan para rekan kerjanya yang seorang manusia. Namun ia kembali dalam keadaan tidak senang. "Ikut denganku Bella, sekarang kau harus melakukan sesuatu," perintah Blair. Dia mengatakannya dengan cara yang seksi sehingga tidak ada yang mengira jika ia sedang marah. Semua orang bahkan mengira jika Blair sedang menyuruh Bella dengan hangat. Blair dengan tenang juga melihat ke arah tamunya dan meminta mereka menikmati jamuan dan selamat tinggal pada mereka. "Baiklah, aku harap kalian menikmati jamuannya. Untuk hal lain kalian bisa meminta Alex untuk memberikan proposal kalian. Aku dan Bella ada urusan lain dan sudah terlambat." Semua yang ada di sana seolah tersihir dengan ucapan Blair dan tanpa sadar mengangguk patuh. Bella sadar jika ekspresi mereka sama persis dengan Jennifer ketika meninggalkan pintu ruangan Blair di gedung BANT Corp. Ini membuatnya semakin bingung dan mulai mencurigai Blair. Bagaimana ada orang yang bisa membuat orang mematuhinya hanya dengan satu ucapan. ' Aku merasa ada yang aneh dengan Blair,' batin Bella. "Ayo Bella, kita sudah sangat terlambat." Dia pun terkejut ketika Blair menarik tangannya untuk pergi dari ruang jamuan, sikapnya yang posesif kali ini nampak di luar logika. Tangannya bahkan sedikit sakit akan tarikan Blair. "Stop, ini menyakitkan," ucap Bella. Akan tetapi Blair tidak menghiraukannya. Dia tetap membawa dengan sedikit menyeret Bella menuju mobil yang sudah dihubungi oleh Blair sebelumnya. Dia memerintahkan sopirnya yang masih belum ia ketahui menuju ke apartemen. "Blair, kita akan ke mana?" tanya Bella. Akan tetapi pria itu masih diam. Dia enggan bereaksi karena enggan pada Bella yang beraroma warewolf. Ketidakperdulian Blair membuat Bella merasa sakit hati. Dia kini merasa jika tidak lagi memiliki kebebasan dan tertekan. Dan bukan ini yang dia inginkan di hubungan percintaan yang baru. Dia tidak ingin menjalani percintaan toxic kedua kalinya. Lagi pula hubungannya dengan Blair sangat aneh, hanya karena ia berjanji tidak menjadi dingin dan memiliki beberapa ciuman panjang dengannya, mendadak ia menjadi kekasih Blair. Begitu sampai di lobi apartemen, Blair kambali menarik Bella dengan tergesa - gesa. Dia bahkan tidak menjawab sapaan dari penjaga pintu. Dan membawanya ke lift yang langsung menuju ke penthouse. "Sudah cukup, apa masalahmu Blair?!" pekik Bella. Jelas jika pria di depannya ini bukan pria impiannya. Pria impiannya tidak akan kasar dan seenaknya seperti ini. Dia tidak menyukai Blair yang seperti ini. Dia tidak menyukai hubungannya dan keanehan yang terjadi di kantor maupun pada para rekan kerja Blair. Semua ini membuatnya merasa berada di alam lain. Blair menatapnya tajam, yang hampir membuat jantung Bella rontok. Tubuhnya bergetar hebat karena rasa takut. Jelas jika dia bukan gadis yang sedang jatuh cinta. Dia dalam kendali seorang pria yang tidak pernah ia rencanakan sebelumnya. "Kau harus mandi," perintah Blair yang sangat tidak masuk akal. "Aku hanya akan mandi jika aku ada di rumahku, bukan di apartementmu," bantah Bella. Saat ini dia bukan lagi bosnya melainkan pria ditaktor yang menyebalkan. "Kita tidak sedang berdebat, Bella." "Bearti kau tahu jika aku juga tidak sedang berdebat, kau tidak bisa menyuruhku seolah aku ini anjingmu Blair," ucap Bella tajam. "Aku tidak ada waktu untuk berdebat dengamu Bella," tukas Blair. Dan membuat Bella semakin yakin jika ia bersama dengan pria yang salah. "Bagus karena aku juga ingin segera pergi dari sini dan dari semua kegilaanmu." Bella akhirnya membalas Blair dengan perkataan yang menyakitkan. Blair tanpa ingin berdebat lagi segera menarik Bella, melepas semua pakaiannya dan membawanya ke kamar mandi. Dia dengan paksa memandikan Bella agar tidak lagi mencium aroma warewolf yang membuatnya muak. "Apa kau gila!" pekik Bella. Belum pernah ia menerima kekerasan saat mandi dan ia baru saja mendapatkannya dengan cara di luar nalar. Sekali lagi Blair tidak menghiraukan ucapan Bella, dia menaruh sabun cair dan semua hal yang dibutuhkan untuk mencuci aroma warewolf. Setelah semua selesai, tak ada yang Blair dapatkan selain tatapan marah dari Bella. Dia merasa sudah dilecehkan oleh pria ini. "Aku akan mengantarkanmu pulang," kata Blair datar. Dia mencoba untuk mencium Bella tapi mendapatkan penolakan dari gadis itu. Blair pun membuat Bella mematuhinya dengan mengeluarkan kemampuan vampirenya. Hanya saja Bella sama sekali tidak terpengaruh, ini membuat Blair menjadi bingung. Bagaimana bisa Bella tiba - tiba kebal dengan kekuatannya yang bahkan tidak bisa ditangkal oleh tetua vampire. "Kau-- " hampir saja Blair keceplosan dan bertanya bagaimana bisa Bella menjadi kebal dengannya. Bella tidak mengrubis Blair dan memakai pakaiannya meski tanpa pakaian dalam karena basah. Dia membuka pintu apartemen untuk sgera pergi meninggalkan Blair. Dia sedang merencanakan pergi dari hidup Blair yang tidak masuk akal. Tbc.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD