Bab 10 - Segel Kerja Sama

1328 Words
"Itu karena ...." Reagan menatap kedua manik mata cokelat hazel yang mengarah tajam ke arahnya, lalu pria itu pun menyunggingkan senyuman sinisnya. "Bukan hal penting. Saya hanya ingin melakukannya karena suatu saat saya pasti juga akan menikah dan tidak ada salahnya jika saya memilih calon istri saya sendiri. Saya memilihmu karena Anda cocok dengan kriteriaku dan juga jangan lupa untuk bertanggungjawab atas kejadian semalam, " ucapnya asal. "Kriteria, huh? Anda bahkan tidak mengenalku bukan? Dan semalam bahkan Anda tidak kekurangan sesuatu apapun, bukan? Untuk apa saya harus menanggungnya?" cecar Selina membela dirinya dengan suara yang kembali meninggi. Ia merasa jawaban pria itu sangat konyol dan aneh. "Nona Anderson, apakah hal ini penting? Menurut Anda, siapa yang dirugikan di sini?" timpal Reagan. Selina merenung perkataan pria itu. Memang jika dibilang dari sisi keuntungan, dirinya lah yang paling beruntung bisa menikahi pria seperti Reagan yang memiliki ketampanan, kekuasaan dan kemapanan yang akan membuat semua wanita iri padanya. Mungkin banyak wanita yang mengantri untuk naik ke atas ranjang panasnya. Hanya saja di dalam deretan nama tersebut tidak ada nama Selina Anderson. Selina tidak mau menyetujui syarat yang diajukan Reagan begitu saja. Alasannya adalah karena Selina memiliki kekasih saat ini dan ia tidak mungkin meninggalkan kekasihnya itu begitu saja. Selain itu, Selina juga tidak menyukai pria m***m di depannya ini. Itulah alasan yang paling penting. "Tuan Hernandez, apa Anda tidak bisa mengganti syarat Anda dengan yang lain?" pinta Selina dengan tulus. Berharap pria itu akan berbaik hati untuk mengubah keputusannya. Reagan beranjak dari duduknya. "Nona Anderson, saya rasa pembicaraan kita cukup sampai di sini karena saya akan memerintahkan karyawan saya untuk menyegel seluruh aset perusahaan Gesund," ancam Reagan dengan nada mengintimidasi. Selina terhenyak mendengar ancaman yang dilayangkan pria itu. Reagan berjalan menuju pintu ruang kerjanya, tetapi langkahnya terhenti ketika Selina segera mengejarnya dan menghalangi jalannya. "Tu-Tunggu sebentar, Tuan Hernandez!" seru Selina cepat seraya menarik lengan Reagan. Menghentikan gerakan tangan pria itu untuk membuka pintu ruangannya. Selina berdiri di depannya sehingga pria itu tidak dapat keluar dari sana. Reagan menaikkan salah satu alisnya, menatap tajam ke arah Selina. Ia menunggu sebuah jawaban dari bibir Selina. Jawaban yang sangat ditunggunya sejak tadi. Seakan mengerti dengan apa yang diinginkan pria itu, Selina menghela napas pelan dan memejamkan matanya sejenak untuk mengambil keputusan secepatnya. Beberapa detik kemudian, ia pun membuka matanya kembali dan menatap lurus ke arah manik mata kuning keemasan yang sempat membuatnya tergoda itu dengan tajam. "Saya bersedia. Saya menyetujui syaratmu, Tuan Hernandez! Apa Anda puas?" Senyuman tipis mengembang di wajah Reagan. Sesuai perkiraannya, Selina pasti akan memberikan jawaban yang diinginkannya. Ia pun menarik tengkuk Selina tanpa seizin gadis itu dan mengecup bibir merah muda yang kenyal itu sekilas. Refleks, Selina mendorong tubuh Reagan dan menutup bibirnya dengan telapak tangannya. Lengannya pun diayunkan ke atas hendak memberikan sebuah tamparan kepada pria itu, tetapi Reagan dengan sigap menahan pergelangan tangannya. "Dasar pria m3sum! Apa kamu kira aku w************n yang seenaknya bisa kamu sentuh dan permainkan?" teriak Selina kesal. Kedua sudut matanya telah berair. Ia merasa harga dirinya terlihat sangat rendah di mata pria itu ketika ia menyetujui syarat yang diajukannya. Reagan terhenyak melihat kedua manik mata gadis itu yang berkaca-kaca. Ia tak menyangka wanita itu begitu sensitif dengan tindakan kecilnya tadi. Hati Reagan terasa berdesir, tetapi ia segera menepisnya. Reagan pun memasang wajah licik. "Saya hanya memberikan segel atas kerja sama kita," ucapnya tersenyum nakal. Selina menggigit bibir bawahnya dengan kesal dan menatap Reagan dengan tatapan penuh kebencian, lalu mengusap wajahnya dengan kasar untuk menghapus jejak air mata di kedua sudut matanya. "Tuan Hernandez, saya harap Anda menjaga sikapmu! Saya juga ingin Anda tidak mengingkari janjimu dan menarik seluruh perintahmu untuk menyegel aset Gesund hari ini!" "Tentu saja. Saya akan menepati janjiku, tetapi aku mau …." Reagan sengaja menggantung kalimatnya dan menatap gadis itu dengan tatapan penuh selidik. Seakan-akan ia sedang meneliti dan menilai barang di depannya saat ini. Dengusan kesal terdengar dari hidung kecil gadis itu. "Apa lagi maumu, Tuan Hernandez?" tantangnya dengan kedua lengan terlipat di depan dadanya. "Aku hanya takut kalau kamu yang akan mengingkari janjimu," lanjut Reagan. "Kita menikah hari ini, baru aku akan menarik perintahku." "Apa?" Selina melongo mendengar keputusan Reagan itu. ° ° ° ° Selina termenung duduk di dalam mobil Maybach milik Reagan. Ia memandangi pemandangan di luar jendela mobil yang sedang melaju menuju Hotel Grand Luxury, sedangkan Reagan sedang sibuk dengan ponsel di tangannya. Tidak ada kebahagiaan yang terlukis di wajah mereka seperti yang biasa terlihat di wajah pasangan pengantin pada umumnya. Tidak ada resepsi pernikahan. Tidak ada juga cincin yang bertengger di jari manis mereka. Namun, mereka baru saja mendaftarkan pernikahan mereka di kantor catatan sipil setempat sebagai syarat atas bantuan yang akan dilakukan Reagan nanti. Selina mendesah pelan. Ia tak menyangka akan melakukan pernikahannya hanya dalam hitungan menit. Segampang itu. Padahal dulu ia pernah membayangkan akan melakukan resepsi pernikahan sederhana dengan pasangannya, lalu mereka akan saling bersumpah dan mengucapkan janji setia kepada pasangan masing-masing. Semua angan-angannya telah sirna. Selina tidak bìsa membayangkan bagaimana kehidupannya bersama seorang suami yang tidak dicintainya. Pria di sampingnya ini bahkan tidak mempedulikannya sejak mereka keluar dari kantor sipil. Entah apa alasan pria itu menikahinya. Selina sungguh tidak tahu. "Tuan Hernandez," panggil Selina memecahkan keheningan. Reagan pun menoleh ke arah gadis yang telah menjadi istri sahnya beberapa menit yang lalu. "Apa Anda sudah menarik perintahmu?" tanya Selina memastikan. "Kamu bisa memastikannya sendiri," jawab Reagan dengan malas, lalu kembali beralih ke ponselnya. Selina pun mencebikkan bibirnya mendengarkan jawaban arogan dari suaminya itu. Tak bisa ia bayangkan hidup satu atap dengan Reagan, mungkin darahnya akan mendidih setiap saat. Selina pun terpaksa menghubungi Henry, asisten ayahnya. Gadis itu tidak ingin menghubungi ayahnya karena ia tahu ayahnya pasti akan marah besar jika mengetahui Selina menyetujui hal gil4 yang diajukan Reagan itu. "Halo, Tuan Johnsons," sapa Selina di telepon. "Iya, saya hanya ingin bertanya mengenai perusahaan. Bagaimana kondisinya sekarang? Apa pihak bank sudah datang menyegel?" cecar Selina dengan berbagai pertanyaan di kepalanya sejak tadi. "Semua baik-baik saja, Nona Anderson. Seharusnya hari ini mereka datang melakukan penyegelan. Tapi, entah kenapa pihak bank menarik perintah tersebut," jelas Henry merasa janggal. "Ah, begitu ya," Selina melirik sekilas ke arah Reagan, lalu kembali berbicara dengan Henry, "Baiklah, Tuan Johnson. Terima kasih informasinya." "Bagaimana? Apa kamu sudah percaya sekarang?" sindir Reagan. "Terima kasih atas bantuanmu," ucap Selina malas. "Itu saja?" Reagan menaikkan salah satu alisnya. Selina memutar bola matanya dengan malas. "Iya, apalagi yang kamu inginkan, Tuan? Saya juga sudah memenuhi permintaan Anda untuk menikah. Sekarang kita impas," jawabnya. Reagan terkekeh kecil. "Saya rasa Anda tidak amnesia, Nona Anderson. Seharusnya Anda tahu tugas Anda sebagai seorang istri nanti malam," goda Reagan. Kedua bola mata Selina membulat. Semburat merah menghiasi wajah Selina. Ia menggigit bibir bawahnya dengan gugup. Tentu saja ia tidak lupa akan tugas seorang istri, tetapi sebisa mungkin Selina tidak ingin melakukan kontak fisik dengan suami mesumnya itu. Selina pun memalingkan wajahnya kembali ke jendela. 'Dasar pria br3ngsek!' makinya di dalam hati. "Antarkan saya kembali ke apartemenku," pinta Selina tanpa mengalihkan pandangannya dari jendela. "Nona Anderson, apa Anda mau melarikan diri?" Kedua mata Reagan menyalang marah mendengar permintaan Selina. Padahal ia sudah mengorbankan waktunya dan bisnisnya untuk membantu perusahaan Gesund, tetapi gadis itu malah ingin mencampakkannya. Yah, walaupun ia membantunya juga dengan imbalan menikah, tetapi Reagan tidak terima ada seorang wanita yang bersikap seperti Selina saat ini. "Tidak. Saya hanya ingin mengurus sesuatu hal pribadi. Tolong berikan saya waktu. Saya tidak akan melarikan diri kok," jawab Selina kembali menatap Reagan dengan tajam. Reagan dapat melihat sinar mata cokelat hazel itu. Tidak tampak kebohongan di dalam matanya. Ia berpikir sejenak, lalu berucap, "Baiklah, saya akan memberikanmu kebebasan hanya untuk hari ini. Saya harap kamu tidak coba-coba melarikan diri, Istriku." Reagan mendekatkan wajahnya ke arah Selina dan berbisik di telinganya, "Karena itu hanyalah usaha yang sia-sia. Aku bisa menemukanmu di mana pun kamu berada." Selina meneguk salivanya. Ia yakin Reagan dapat melakukannya dengan kekuasaan yang dimilikinya, tetapi Selina belum kepikiran untuk melarikan diri saat ini. To be continue ….
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD