bc

Kiss In The Midst Of Bitterness

book_age18+
17
FOLLOW
1K
READ
billionaire
possessive
manipulative
brave
CEO
drama
bxg
campus
enimies to lovers
illness
like
intro-logo
Blurb

Namaku Bae Irene, aku gadis cantik yang lugu, tetapi juga tegas dan pemberani. Aku merupakan anak tunggal dan tinggal disebuah desa terpencil bernama Orhill dengan rumah petak dan tua peninggalan kakek tetapi tentu saja kondisinya masih baik dan layak untuk dihuni berdua bersama dengan ibuku.

Setelah lulus SMA aku berniat ingin memasuki perguruan tinggi terbaik impianku bernama Universitas Leeds yang terletak di kota besar wilayah Westmount Utara, sesungguhnya aku sangat berat hati dan tidak tega meninggalkan ibuku seorang diri didesa dengan penyakit jantung yang dideritanya, tetapi ibu meyakinkanku agar untuk melanjutkan mimpi-mimpiku dikota.Setelah memasuki universitas dan tinggal dikota nanti aku memiliki rencana kuliah sambil bekerja paruh waktu, tentu saja aku lakukan demi untuk memenuhi semua kebutuhanku dan ibuku agar ia tidak bekerja lagi karena tubuhnya yang sudah terlihat lemah.

Namun pada kenyataannya rencanaku tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan, semuanya menjadi kacau setelah aku mengenal seorang laki-laki bernama Lee Jeno, pria kaya raya yang dingin, brutal, tidak memiliki empati, dan implusif, dalam ilmu psikologi kondisi ini merujuk pada gangguan perilaku sosiopat.

chap-preview
Free preview
Orhill
Namaku Bae Irene. Aku gadis cantik yang lugu, tetapi juga tegas dan pemberani. Aku merupakan anak tunggal dan tinggal disebuah desa terpencil bernama Orhill dengan rumah petak dan tua peninggalan kakek tetapi tentu saja kondisinya masih baik dan layak untuk dihuni berdua bersama dengan ibuku. Ayahku meninggalkanku dan ibu karena terlibat sebuah kecelakaan, mobil yang dikemudikan ayahku terjun bebas ke dasar jurang sungai yang terletak di bagian selatan Orhill, pada saat itu usiaku masih 7 tahun dan saksi mata yang menyaksikan kejadian menyatakan bahwa ayahku mengemudi dalam keadaan mabuk. Setelah lulus SMA aku berniat ingin memasuki perguruan tinggi terbaik impianku bernama Universitas Leeds yang terletak di kota besar wilayah Westmount Utara, sesungguhnya aku sangat berat hati dan tidak tega meninggalkan ibuku seorang diri didesa dengan penyakit jantung yang dideritanya, tetapi ibu meyakinkanku agar untuk melanjutkan mimpi-mimpiku dikota. Setelah memasuki universitas dan tinggal dikota nanti aku memiliki rencana kuliah sambil bekerja paruh waktu, tentu saja aku lakukan demi untuk memenuhi semua kebutuhanku dan ibuku agar ia tidak bekerja lagi karena tubuhnya yang sudah terlihat lemah. Aku tidak merasa terbebani jika aku harus menjadi tulang punggung untuk ibuku dalam mencari nafkah menggantikan ayahku, dan karena tidak mungkin ada seorang anak yang tega kepada ibunya yang hanya seorang single parent dan bekerja sebagai petani membiayai kuliah dan kehidupan ku saat dikota. Namun pada kenyataannya rencanaku tidak sesuai dengan apa yang aku harapkan, semuanya menjadi kacau setelah aku mengenal seorang laki-laki bernama Lee Jeno, pria kaya raya yang dingin, brutal, tidak memiliki empati, dan implusif, dalam ilmu psikologi kondisi ini merujuk pada gangguan perilaku sosiopat. ***** H-5 menuju kelulusan SMA Cartagena akan segera dimulai, semua murid Siswa/i SMA Kelas 3 sibuk mempersiapkan acara perpisahan. Mereka menampilkan seni dan pertunjukan sesuai ide dan bakat mereka masing-masing, termasuk aku karena aku bagian dari pantia sebagai wakil ketua acara sekaligus wakil ketua osis di sekolah ini, dengan diketuai oleh mantan pacarku jungwoo yang ditunjuk sebagai ketua osis serta pelaksana utama jalannya acara, ya dan tentu saja mau tidak mau aku harus banyak interaksi berdua dengannya. Ahhh sungguh memuakan aku ingin acara ini segera berakhir. Dilorong sekolah jungwoo memanggilku. "Ren? gimana Red Velvet fix kan jadi tampil? kalo nggak kita ke plan B, Oke? Eh iya lo jgn lupa follow up sponsor dari Subway pokoknya kita harus dapet dana dari dia." Ya jungwoo memang terkenal dengan sifat perfeksionist dan ambisusnya kalau dia mengerjakan sesuatu semuanya harus sempurna dan gak boleh ada kecatatan sedikitpun, ya kalo gak dia bakalan frustasi layaknya orang yang tidak waras. "Iya iya." Sahutku. "Kok iya doang jawabnya? Gak ada kata lain gitu?" Padahal sedari tadi aku sedang menahan sakit karena datang bulan yang menyiksaku ini, ditambah harus bekerjasama dengan seorang jungwoo mantanku sendiri, terlebih aku sangat mengenali sifatnya yang beberapa kali sering membuat kepalaku rasanya ingin meledak, meskipun aku tidak mempunyai perasaan apapun lagi tapi tetap saja masih ada rasa sedikit kecanggungan diantara kami berdua. "Iya jungwoo Red velvet fix dia dateng and untuk sponsorship dari subway dia masih tentative, besok gue hubungi lanjutannya gimana sama pak lee somaanya." "Loh kok tentative sih bukannya kemaren dia bilang fix?" "Ya mau gimana emang gue yang punya subwaynya?" Aku menjeda nafasku sambil terus melihat jungwoo yang tengah panik jika sesuatu yang diinginkannya gagal. "Kan gue udah bilang sama lo kalo kontraprestasi kita sama mereka tuh beda, mungkin mereka lagi ngukur acara kita ini berpotensi besar atau nggak untuk produk mereka." "loh kita ngundang group girl terbaik di korea masa iya mereka gak mau, padahal potensi kita buat datengin banyak penonton di acara ini tuh besar!" Astaga...aku udah mulai gak tahan mendengar ocehan jungwoo dia selalu keras kepala, ambisius tetapi mudah bosan mengenai tujuan yang dia mau. "Ya udah kalau mau besok lo follow up sendiri deh ke pak lee-nya pusing gue lagipula juga udah banyak kok sponsor yang mau danain event kita." "Loh kok lo gitu si ren? Ini kan tanggung jawab lo!" Dengan nada tinggi jungwoo mulai terlihat pusing, menyeka bulir keringatnya yang berjatuhan dari jidat sampai pipi, berjalan kesana kemari seperti sebuah setrikaan. Aku mengertakan gigi ku karena sangat gemas dan kesal mendengar semua ocehan yang dari tadi tidak berhenti. "Loh kan gua gak bisa ikut campur keputusan mereka dan gue gak bisa maksa mereka, lo kira gue yang punya perusahaan?" "Lo kira gua istrinya Lee Somaan yang bisa bujuk dia?" Perdebatan kami berdua pun terhenti saat pacar jungwoo datang. Adik tingkat kami bernama yeji, Ya... jungwoo dulu selingkuh dariku dengan yeji, dia berselingkuh dari ku dengan alasan yang tidak aku ketahui setelah kami berpacaran 8 bulan, tetapi aku sudah memafkannya meski ada rasa sedikit rasa sakit hati atas perbuatannya kepadaku. Hal biasa bagi pria jika ada sesuatu yang baru yang menarik perhatiannya dan bosan dengan yang lama maka akan berganti-ganti pasangan sesuai kriteria yang sempurna menurut versinya, terlebih jungwoo dengan sifatnya yang mudah bosan, perfeksionis dan menuntut kesempuranaan dalam hal apapun kemungkinan juga mengenai percintaannya. Huuh finally akhirnya yeji datang memotong perdebatan yang sedang berlangsung antara aku dan jungwoo, tanpa berkata apapun aku langsung pergi meninggalkan mereka berdua. Aku sebaiknya menelfon dan menanyakan keberadaan haechan, karena dia satu-satunya penghiburku untuk saat ini. Kita berdua sudah bersahabat sejak kecil sehingga sering dikira kembar. Dari persahabatanku dengan Lee Haechan, kita berdua bersepakat dan berjanji selalu menjaga satu sama lain, mungkin karena sama-sama anak tunggal yang membutuhkan sosok kakak ataupun adik untuk bisa saling melindungi dan berbagi cerita. "Lee dimana lo?" "Heh bisa gak sih gak panggil marga gue doang? panggil haechan kek kan gua terlihat lebih kiyowo dengan nama itu tau!" "Iya iya dimanakah kamu haechan ku sayang yang manis nan kiyowo? Pulang sekolah mau gua teraktir Tteokbokki gak?" Sambil merapihkan dan memasukan beberapa buku di loker dengan handphone yang masih menempel dikupingku sambil mendengar semua kelucuan yang haechan buat, mood ku akan meningkat jika ada haechan dan Tteobokki terlebih jika buatan Ibu. ***** Hari yang ditunggu-ditunggu akhirnya pun datang, waktu menujukan pukul 18.30 perpisahan Siswa/i Kelas 3 akan segera dimulai. Semua sesuai rencana dan pada akhirnya acara berjalan dengan baik dan lancar, tetapi entah apakah rencana ini termasuk sempurna bagi jungwoo, aku tidak memikirkanya masa bodo pikirku dan di dalam hati. Sehingga pada penghujung akhir acara semua siswa/i kompak bernyanyi bersama, ini menunjukan tanda bahwa akhir dari rangkaian acara akan segera berakhir. Sampai pada saat acara selesai dan pembubaran panitia pun selesai, kami kembali ke rumah masing-masing dengan perasaan puas dan senang karena acara akhirnya berakhir dengan sukses, tetapi tidak denganku yang sedari tadi masih memikirkan apakah aku harus benar-benar meninggalkan desa Orhill, Ibu dan kenangan masa kecil ini? Ya meskipun jika aku mau aku bisa datang kapan saja untuk mengunjungi desa ini. Keputusan ada ditanganku dan aku pun sudah merancang semuanya seminggu yang lalu setelah ujian sekolah selesai. Aku sudah memikirkannya dengan matang mulai dari kampus yang ku pilih, tempat tinggal yang terbilang murah di korea sampai urusan pekerjaan partime khusus mahasiswa/i. Setibanya dirumah aku langsung mandi dan memakan hotteok yang dibuat oleh ibu, ini adalah makanan kedua favoritku setelah Tteobokki. Kuintip pintu kamar ibu ia sudah tertidur dan memang jam sudah menunjukan pukul 21.00 dan sudah larut malam. Aku terbaring sambil melihat Mind map yang sudah kubuat, karena 2 hari lagi aku harus pergi ke kota, tapi tiba-tiba pesan line dari handphone ku masuk menunjukan nama Jungwoo disana. "Ren makasih ya semuanya lancar dan ya gak semuanya sempurna sih kalo menurut gue." "Iya" Jawabku singkat, aku masih tidak habis pikir dan tentu saja kesal dengan perkataan jungwoo, karena kupikir mau sebagus apapun event kita adain gak ada yang berjalan mulus dan sempurna. "Dan berkat lo idol favorite gue dateng hehe." "Iya sama-sama ini berkat lo juga yang jadi ketuannya dan semua panitia yang terlibat acara ini tentunya." "Iya lo juga wakil terbaik menurut gue" Aku tidak membalas pesannya lagi karena sudah mengantuk, karena besok aku harus mempersiapkan baju dan kebutuhannku untuk kubawa ke kota. Ibu dan aku sedang mempersiapkan dan menata setiap makanan yang ia buat di meja untuk sarapan kami. "Ren kamu mandi dulu sana nanti kita makan bareng." "Aku nanti aja deh bu, ibu duluan aja." "Ibu sudah mandi dari sebelum kamu bangun." "Tumben." "Iya kan ibu harus menyiapkan hidangan spesial untuk anak ibu yang besok mau pergi ke kota." Sambil tersenyum dan mengelus surai rambutku yang panjangnya sepinggang. "Bu?" Aku memeluk ibu dengan erat sambil sedikit mengelurakan air mata, masih tidak rela jika meninggalkan ibu sendirian, karena hari ini adalah hari penentuan apakah aku harus berangkat atau tidak sekali lagi semua keputusan ada ditanganku dan ibu hanya mendukung semua keinginanku. Aku pun bergegas untuk mandi, dan berpakaian dan segera menghampiri ibu untuk makan bersama terakhir kalinya. Aku pasti akan sangat rindu dengan masakan ibu, tangan lembut ibu, pelukan hangatnya dan rumah sederhana yang kutempati ini dengan wangi semerbak aroma bunga gardenia dibelakang rumah yang sejak dulu yang kutanam bersama ayah. Aku dan ibu akhirnya menyelesaikan sarapan kami hingga tidak tersisa dipiring, lalu aku membersihkan semua dan mencucinya sembari ibu membuatkan teh camomile favorite keluargaku. Kami berdua duduk ditaman belakang sambil ku urut bahu ibu yang sudah tidak terlihat tegak lagi. "Bu?" "Ya Nak?" Mengelus punggung tangaku yang mungil "Apa ibu benar-benar tidak apa jika harus tinggal sendirian disini? aku masih ingin merawat ibu." sambil memeluk pinggang ibuku yang kurus. "Ibu yakin nak, bagaimanapun kamu tidak boleh seperti ibu yang hanya seorang petani teh." Ibuku adalah seorang petani di kebun teh camomile milik pak Siwon. Setiap ibu selesai bekerja pak siwon berbaik hati memberikan beberapa kantung teh camomile kepada setiap 5 pekerja termasuk ibu. Ini yang menjadi favorit kami sekeluarga, karena teh ini dapat meredakan stress bagi setiap siapa saja yang meminumnya. "kamu harus meraih pendidikan setinggi mungkin nak, sebelum kamu lahir di dunia ini ibu dan ayah berprinsip bahwa anak ibu harus bisa lebih dari ibu dan memiliki pendidikan yang tinggi melebihi ibu." "Biarlah ibu dan bapak nasibnya seperti ini tetapi jangan dengan anak-anak ibu dan ayah." "Kejarlah mimpi kamu setinggi mungkin mumpung selagi muda." Ibu mencium dan mengelus halus tanganku. "Iya bu aku mengerti, tapi bagaimanapun aku tidak tega meninggalkan ibu disini sendiri andai ayah masih ada aku tidak akan berat hati meninggalkan ibu sendiri disini." Sambil menyeka mataku ibu berbalik menghadap dan memelukku. "Nak dengarkan ibu, ibu sangat yakin dengan ucapan ibu sendiri." "Ibu mohon kamu jangan ragu-ragu, mimpi kamu sudah terlihat di depan mata dan kampus impian yang kamu harapkan selama ini sudah menyatakan kamu lolos, apakah kamu yakin kalau tidak jadi melanjutkannya?"Sahut ibu "Dan kamu tidak perlu menghawatirkan ibu karena disini ada pamanmu Om Changbin yang bisa menggantikan ayah dan kamu untuk menjaga dan merawat ibu." Lalu ibu mengelus rambut dan menyeka air mataku. "Baiklah bu dan aku berjanji setelah kuliah selesai dan mendapat pekerjaan yang bagus, aku akan segera membawa ibu ke kota." Sambil menciumi tangan lembut dan hangat ibuku yang selalu mejadi bagian kesukaanku jika aku sedang becerita apapun dan saat meminta restu darinya. "Ya udah janji ya nak sama ibu, kalau anak ibu gak boleh sedih dan berberat hati lagi ya, kan nanti kegiatan anak ibu disana jadi tergangu." "Iya bu." Ibu langsung memeluku lagi sebelum akhirnya pergi bekerja sambil menyeruput tehnya yang tersisa sedikit dan segera bergegas pergi ke kebun teh, karena ini adalah kegiatan rutinnya sehari-hari demi mendapatkan uang, ibu melarangku untuk bekerja atau turut ikut serta dalam membantunya karena ibu fikir selama ia masih mampu dan ibu mau aku fokus pada pendidikan ku saja. "Kamu jadi ke rumah haechan? salam buat pak johnny dan bu wendy ya." Tanya ibu ku sembari memasukan beberapa bekal buatannya untuk dibawa ke kebun sebagai makan siang. "Iya bu nanti aku sampaikan." Sambil memetik 1 tangkai bunga gardenia yang akan aku bawa dan ku simpan didalam tas kecilku, jika saat aku berada di kota nanti dan merindukan rumah aku bisa menciumi aroma bunga ini seolah-olah memang aku sedang berada di Orhill. "Untung haechan satu kampus ya sama kamu, jadi ada yang bisa jagain kamu disana sayang." "Iya sih bu tapi kadang dia suka gak ada gunanya dan ceroboh ya mending deh daripada aku harus ketemu jungwoo lagi." Sinisku. "Ya gak apa-apa seengaknya dia kan laki-laki dan jago karate jadi bisa lindungin kamu dari orang jahat." Aku tersenyum tipis, sembari memutar bola mataku keatas. Memang aku akui haecahan jago dalam hal bela diri karena dia pemegang sabuk hitam dan ada sederet piala di rumahnya yang pernah ia menangkan dalam setiap kompetisi. "Oke ibu berangkat dulu ya sayang." Mencium keningku, ibu langsung berangkat dan meninggalkan rumah. Aku kembali ke kamar untuk mengirim pesan melalui line ke haechan apakah hari ini jadi bertemu. "Chan? Dimana lo? Jadi gak kita ketemuan?" Jarak rumahku dan haechan dekat dan hanya berjarak beberapa meter. "Jadi ren tapi gua ke rumah sakura dulu ya, gua mau pamit untuk terakhir kalinya." Sakura adalah gadis cantik asal jepang yang memilih menetap di korea, meski ayahnya orang kaya tetapi kehidupan keluarganya begitu sederhana dan bersahaja, dia juga merupakan sahabatku sejak masih smp bersama dengan haechan, tetapi pada saat SMA kami berbeda sekolah, hanya aku dan haechan yang masih setia bersama semenjak bangku TK sampai dengan Kuliah, aku pun yang menjodohkan sakura dengan haechan. "IH LEBAY, DASAR BUCIN." "Yey sirik, makanya balik lagi sana sama jungwoo daripada gak laku." "Enak aja lo gua kembang desa disini tau gak."Aku memang terkenal dengan kecantikanku di desa Orhill, warga disini sering menyebutku sebagai Ulzzang, wajah mungil kemerahan seperti buah persik dan badanku yang tidak terlalu kurus, berhidung mancung dan memiliki mata kecokelatan dan memiliki kulit seputih s**u, aku sering disandingkan dengan jungwoo mantanku sebelum kami putus, ia juga terkenal karena ketampanannya, tinggi badan yang ideal dan otaknya yang cerdas. Warga dikampung mengatakan kami adalah pasangan ideal di wilayah Orhill. "Kembang desa apa kembang pasir?" ledeknya. "Ih bodo gue sebel sama lo." "Iya iya nanti jam 4 sore gua jemput lo." "Oke." Sembari menunggu sore aku mendengarkan musik dari penyanyi favoritku Callum Scoot berjudul Youre The Reason. aku bermimpi untuk bisa bertemu idola ku ini suatu hari nanti. Aku pun terbangun dan tidak menyadari bahwa sekarang jam sudah menunjukan pukul 5 sore, aku pun kaget dan langsung terberanjak dari atas kasurku untuk mencari handphone dan segera menelfon haechan yang sudah pasti dia akan marah kepadaku. "Haechan sayangku? gue tau pasti lo marah." aku pun berteriak. "Duh, Kuping gue sakit tau nggak" "Maafiin gue maaf sekali lagi maaf, lo dimana?" "udah selesai ketemu sakuranya?" "Ya udahlah, ini gue nungguin di depan rumah lo udah 1 jam tau nggak" dengan nada kesalnya haechan pun membuka pintu rumah pagarku. Aku pun langsung berlari menghampirinya karena merasa tidak enak hati karena betapa ceroboh dan pelupanya aku untuk menyalakan reminder. Aku selalu menggunaan reminder yang kutulis melalu handphone sebagai alat bantu agar memudahkan ku jika aku lupa akan sesuatu yang penting dan aku mensettingnya dengan nada alarm. Aku tau sifat buruk ku ini sangatlah menganggu bagi ibu, haechan, sakura dan juga jungwoo, mereka pun memakluminya tetapi tidak dengan ku yang terkadang merasa sebal kepada diriku sendiri, aku merasa bahwa sifatku ini dapat merugikan diriku sendiri dan orang lain. "Maafin aku ya sayang." Sambil memasang wajah yang memelas berharap haechan tidak ngambek lagi Aku terbiasa memanggil haechan dengan sebutan sayang saat kami sedang bercanda satu sama lain atau sedang membujuk agar tidak marah lagi, sakura tidak mempermasalahkan hal ini karena dia mengetahui betul siapa aku dan haechan sejak saat kami kecil. Aku pernah bercerita kepada sakura mengenai haechan bahwa kami memang tidak memiliki perasaan satu sama lain, kami benar-benar sudah seperti saudara kandung. Ayah dan Ibu Haechan sudah menganggapku seperti anaknya sendiri, begitu pula sebaliknya ibuku sudah menganggap haechan sebagai anaknya. "Ah kebiasaan banget lo pelupanya gak bisa hilang dari dulu." Haechan tergontai lemas sambil berjalan dengan menyeret sepatunya. Raut mukanya terlihat cemberut, bagaimana tidak betapa bodohnya aku membiarkan haechan menungguku di depan rumah selama 1 jam. "Iya iya gua mandi jangan ngambek lagi ya sayangku lee haechan yang manis, lo kalo mau minum langsung ambil aja ya dikulkas." "Jangan lama-lama nanti lo mandi kembang lagi." Aku pun cuek dengan apa yang dikatakan haechan dan langsung berlari masuk kedalam rumah, tapi aku berfikir untuk tidak mandi dulu mungkin setelah pulang bertemu dengan haechan baru aku akan mandi. "Ren gua bagi coca-cola sama chipsnya ya, laper gue." "Iya, ambil aja apa yang lo mau." Teriakku dari kamar sambil memasang liptint dibibirku dan setelahnya menyemprotkan parfume Marc Jacobs aroma Gardenia favoritku disetiap titik nadiku, haechan pun tidak mengetahui bawaasannya aku belum mandi dan hanya berganti pakaian saja, kalau dia mengetahui aku belum mandi pasti dia akan meledekku habis-habisan. Setelah selesai aku langsung menghampiri haechan, karena aku kasian jika harus berlama-lama berdandan sedangkan haechan yang sedari tadi menungguku nampak kelelahan sedikit menahan kantuk. "Yuk." Ajakku menarik tangan haechan dan mengunci pintu rumah, aku dan haechan berencana mengunjungi sungai Orhill bagian selatan tempat terakhir ayahku meninggal. Kami ingin mengunjungi tempat ini untuk terakhir kalinya sebelum lusa kami berangkat ke kota. Sungai Orhill terkenal dengan dengan pemandangan indahnya, warga disini biasa mengunjungi sungai orhill sebagai obat penghilang penat. Setelah menempuh 30 menit perjalanan dari rumah kami menuju sungai orhill, haechan memarkirkan mobil box milik ayahnya. Kami langsung menuruni beberapa anak tangga untuk menuju ke sungai, sebenarnya sedari tadi selama perjalan menuju ke sungai orhill, aku berusaha menahan air mata agar tidak jatuh ke pipiku ini, Asal kalian tahu bahwa aku tidak pernah menangis selain dihadapan Ayah ataupun Ibu. "huuh." dengan haechan berjalan menyusul dibelakangku. Aku menarik nafas dalam-dalam untuk menghirup udara bersih dari orhill yang bersih ini. Pemandangan sungai orhill adalah yang terbaik meski sebentar lagi langit gelap tetapi pemandangan sungai orhill tetaplah cantik. Aku langsung duduk pada bangku kayu ditepi sungai yang sudah reyot tetapi masih kokoh dan masih bisa untuk di duduki, disusul haechan duduk disampingku. "Kangen Ayah." "Baru gua mau ngomong, lo yakin kita kesini?" Tanya haechan yang menggulung celana panjangnya agar tidak basah. "Yakin. Gue mau minta restu dia disini sebelum berangkat ke kota, gua yakin dia pasti liat gue diatas sana." kutunjuk langit-langit yang sebentar lagi gelap. haechan menghela nafas sambil menepuk-nepuk punggungku dengan halus. "Sampe sekarang gue masih gak percaya kalau ayah berkendara dalam keadaan mabuk." sahutku lagi "Gue juga sebenernya gak yakin ren, kaya ada yang janggal aja gitu. Seandainya gua punya duit banyak waktu itu bakal kita otopsi ayah lo apa bener mabok atau nggak selama dia berkendara." "Ya bagaimana chan namanya juga udah takdir, gua juga waktu itu masih kecil dan gak bisa berbuat apa-apa." "Ya udah ya udah kita bahas yang lain aja ya, gak usah sedih terus." haechan langsung menyiramkan sedikit air menggunakan tangannya yang dia ambil dari sungai ke wajahku. "Haechan!" Gerutuku. "Gue tau lo dari tadi sebenernya mau nangis kan semenjak kita di dalam mobil?" Haechan memang sepeka itu mengetahui kondisi orang terdekatnya. "Dih nggak, ngapain gue nangis." "Duh sayangku irene, gue tuh tau lo dari kita sama-sama masih kecil, gue tau banget gerak gerik dan bahasa tubuh lo itu!" Sahutnya, sial dalam hatiku memang aku dan haechan sudah berteman lama bagaimana mungkin dia bisa tidak mengetahui kebiasaan-kebiasanku, aku membalas menyemprotkan air ke wajahnya. hari sudah larut malam sebelum pulang, aku memetik setangkai bunga blue cornflower yang tumbuh dipinggir sungai dan ku lemparkan ketengah-tengah sungai, berharap sambil berdoa semoga kehidupanku dikota baik-baik saja sesuai dengan apa yang aku harapkan.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Single Man vs Single Mom

read
102.2K
bc

My Secret Little Wife

read
97.9K
bc

Tentang Cinta Kita

read
190.2K
bc

Siap, Mas Bos!

read
13.3K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
205.8K
bc

Iblis penjajah Wanita

read
3.6K
bc

Suami Cacatku Ternyata Sultan

read
15.4K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook