Bagian 16. Kembali menginginkan Nata.

1784 Words
Nata masih terbaring di sofa, Rangki sudah mencoba mebangunkan gadis itu namun tidak ada tanda-tanda akan bangun. Rangki terlihat cemas, sedari tadi menatap layar ponsel, berharap cemas, menunggu dr. Alando. Apa yang terjadi dengan gadis ini, berulang kali pingsan, bahkan kali ini aku tida menganggunya,, Rangki mencoba berpikir keras, tidak menemukan jawaban, membuat nya berpikir dan berpikir namun tidak menemukan hal yang membuat Nata pingsan menurtutnya. Pasti ada yang salah dengan gadis ini… Rangki tidak menyadari perbuatanya membuat Nata tertekan, kondisi sikis Nata goyang, batinya tidak cukup kuat untuk menerima tindakan Rangki. Tentu kondisi ini tidak cukup baik untuk Nata. Rangki menatap wajah Nata yang sendu, terlihat pucat, menggenggam tangannya, berharap segera bangun, namun Nata tidak meberikan tanda-tanda bangun. Satu jam kemudian dr. Alando sudah di gerbang depan, suara mobilnya terdengar sampai kelantai dua, Rangki melihat dari jendela ruang kerja, dr. Alando segera memarkirkan mobil. Rangki segera turun kelantai 1 berjalan lebih cepat, pintu rumah terbuka Rangki mempersilahkanya masuk segera dan menuntunnya ke ruang kerja. “kesini? Tanya dr. Alando penuh curiga, yang memang tau ini ruang kerja, jadi tidak mungkin Rangki aneh-aneh di ruang ini. “ia, dia disini, jelas Rangki, aku tidak burbuat yang iya-iya kali ini. Cuma sekedar obrolan biasa Rangki mencoba menjelaskan kecurigaan tadi. Segera dr. Alando memeriksa Nata, semuanya stabil, mungkin dia kecapean dan banyak pikiran jelas Alando. “jangan-jangan kamu dalam beberapa hari ini terus menganggunya? Selidik dr. Alando. Lalu Rangki tidak berucap cuma menggaruk kepalnya yang tak gatal, gelagat ini cukup membuktika pertanyaan tadi ada benarnya. “kenapa ter obsesi sama gadis ini,? aku cukup tau kamu tidak tertarik pada satu gadis, apakah ini gaya baru mu? Rangki tidak menjawab pertanyaan itu. Dr. Alando terus membanjiri pertanyaan nya, sudah kau temui dr yang aku rekomendasi terakhir kali? “Belum aku tidak sempat, karena terus ingin membuntuti gadis ini. “sekarang Kau menyandra nya disini? Tanya dr. Alando lagi?? Hahaha tidak lah, memangnya aku seorang kriminal menyandra manusia jelas Rangki tertawa setelahnya,, ha..ha.. ha.. dr. Alando kehabisan kata untuk bertanya, merasa kasihan pada gadis yang ditatapnya sedang pingsan. Walau tidak memiliki hubungan dengan gadis ini, bahkan tidak mengenalnya, namun perasaan kasian muncul karena dia cukup tau apa yang sudah dihadapi gadis ini bersama temanya. Ini kali keduanya ketemu gadis ini, perasaan merasa iba, menurutnya gadis ini tidak harus menerima semua hal yang membuat nya harus ada disini bersama lelaki ini. ditatapnya Nata dan ditatapnya Rangki, berulang kali hal itu di lakukan. lalu kembali melontarkan pertanyaan, ingin menyelidiki apa yang dilakukan temanya sehingga gadis ini bisa tak berdaya seperti ini. “terakhir kali apa yang kau bicarakan ucap dr.Alando ? Rangki dengan cepat menunjukan berkas yang dibaca Nata tadi, lalu segera dibuka oleh Alando. Isi amplop itu cukup mengenjutkan nya. . . . “kau, dari mana ide gila ini? mendaftarkan pernikahan begini tanpa sepengetahuan keluargamu, apakah ini mungki? Sidik dr. Alando lagi. “nanti aku bisa mengurus semua itu” ucap Rangki tanpa kawatir. “kau tau apa yang akan terjadi padanya, jika tindakan mu ketauan keluarga besarmu, dan ini pasti makin sulit untuknya. “aku akan mengurunya” Rangki mencoba bertanggung jawab apa yang sudah di putuskanya. “aku tidak bisa melepaskanyanya begitu saja, dia tidak seperti gadis yang aku temukan diluarsana. Awalnya aku salah tentangnya, aku pikir dia sengaja mengodaku, ternyata aku salah dia bukan seperti itu dan dia adalah gadis perawan yang telah ku tiduri, bagaimana bisa aku melepaskanya begitu saja. “jika ini tidak aku lakukan aku tidak bisa konsentrasi terhadap apapun, terakhir kali dia melarikan diri, jelas Rangki pada teman dr.nya. “aku rasa kamu jatuh cinta padanya kawan,” pertanyaan ini dilontarkan begitu saja oleh dr. Alando atau kau merasa harus bertanggung jawab padanya karena sudah salah dari awal. ? “ntah aku tidak tau soal itu. Saat ini yang aku mau dia ada disampingku. “apakah ada yang serius dengannya? Tanya Rangki memastikan ketika Nata belum juga kunjung bangun. “untuk saat ini tidak ada, namun kamu bisa mencoba membawanya kerumah sakit sehingga kamu bisa tau lebih akurat, jika hal ini terjadi berulang kali. “kalau dia tidak kenapa-napa sekarang kenapa belum bangun? Tanya Rangki. “biarkan dia beristirahat, sebentar lagi juga sadar, kita tunggu aja dalam beberapa saat lagi. Kedua lelaki ini berbincang-bincang sembari mengontrol kondisi Nata. Sayup-sayup suara kini terdengar oleh Nata. Menyadari disekelilingnya ada orang, mebuat Nata spontan bangun dan duduk. Detik berikutnya dia menyadari tanganya dipasang infus. Saat Nata terbangun Rangki dan dr. Alando menyadari hal itu dan mereka berdua segera menghampiri Nata. dr.Alando segera memeriksa kembali kondisi Nata, kondisinya kini kembali normal. “apakah kamu merasakan pusing? Atau ada yang dirasa ? tanya dr. Alando. Tidak aku tidak apa-apa. Ucap Nata lalu menjawab, dok tolong lepaskan ini, aku rasa aku tidak perlu mengunakan ini. “aku dr mu bukan kamu” aku yang memutuskan itu dipasang dan tidak ucap dr. Alando tegas. Sebagai dokter dia sangat memprioritas kesehatan pasien. “selesaikan ini untuk beberapa saat lagi hingga infusnya habis lanjut dr. Alando. Rangki memperhatikan interaksi kedua orang itu, perasaanya kembali risau, rasanya melihat Nata berbicara bersama lelaki lain membuat nya tidak tenang. “jika sudah selesai aku antar kamu pulang, ucap Rangki, yang memang ingin membatasi intraksi keduanya. dr. Alando sempat kaget mendengar kalimat itu dari temanya, rasanya dia di usir. “wah kawan, aku sakit hati kali ini, kau mengusirku begitu cepat. Aku belum selesai melakukan perawatan pada pasienku. Ucapnya sambil tersenyum dan wajahnya menatap Nata dengan lekat. “siapa Namu tanya dr. Alando yang memang cukup penasaran dengan gadis ini, aku sudah dua kali merawat mu tambahnya lagi. Nata yang baru tau langsung kaget, lalu terbayang terakhir kali dia ingat ada infus ditanganya saat pertama kali pertemuanya dengan Rangki. Lalu di tatapnya wajah Rangki, ingatan buruk kembali menyerangnya, lalu tatapan penuh kebencian mengarah pada Rangki. dr. Alando memperhatikan itu, dia seperti tau telah memancing api ditumpukan jerami. Namun sesaat kemudian Nata menjawab “ aku Permata Nata” , terima kasih dr. telah merawat ku, mungkin aku sudah mati jika tidak ada kamu, tatapan kebencian dan kata penuh tekanan di ucapkan Nata dengan menatap Rangki. Rangki yang menyaksikan itu membuatnya tidak nyaman, “hayuk aku antar sampai bawah ucap Rangki sembari menyeret dr. alando. Dengan segera dr.alando menyerahkan kartunamanya, ini kartu nama aku, jika terjadi apa-apa sama kamu segera hubungi aku, aku akan membantumu melepaskan diri dari manusia ini, ucapnya sambil tersenyum bahagia dan selanjutnya melirik Rangki. “jangan mengambil kesempatan apapun, kau juga bukan lelaki baik, terlepas dari aku sama aja bertemu kamu masuk kekandang singa” ucap Rangki menjelaskan kepada kedua orang itu. Saat mendengarkan itu, Nata cukup kaget, kartunama tadi yang sempat dipeganya terlepas segera dari tanganya, serasa ketakutan kembali menyertainya. Lalu kedua lelaki itu tersenyum dan diseret keluar oleh Rangki. Nata yang ditingal diruang kerja dengan tangan di infus tidak berkata-kata hanya melihat keduanya berjalan beriringan meninggalkan nya, tatapan Nata terus menatap punggung mereka sampai tidak terlihat lagi. Dibawah Rangki tidak lupa berterima kasih kepada temanya itu, “thank bro,. “jangan hubungi aku lagi, ucap dr. Alando sambil tersenyum meninju bahu temanya pelan. Ha..ha..ha.. Rangki tertawa, gemanya terdengar sampai kelantai 2, saat mendengar itu, Nata merinding. Lalu keduanya berpelukan khas lelaki ketika berpamitan bersama sahabat nya, sambil menepuk bahu Rangki, dr. Alando menitip pesan “bertaubatlah kawan” atau paling tidak berobat. Lalu keduanya tertawa … Ha..Ha.. Ha.. Gemanya terdengar jelas kelantai dua. Nata tidak tau yang mereka rencanakan namun mendengar suara tawa itu membuatnya merinding. Rangki mengantar temanya sampai ke gerbang utama, lalu kembali bergegas masuk kerumahnya dan bergegas masuk ke ruang kerja. Ditatapnya Nata sedang duduk. Lalu dia kembali mendekat pada Nata, duduk disampingnya. Kita bicara lainkali setelah kamu cukup baik, ucap Rangki. Sekarang kamu istirahat dulu, apa mau aku bantu pindahkan ke kamar? Tanya nya lagi. “tidak perlu, aku bisa berjalan sendiri, Nata dengan segera mengambil infus ditangan kirinya dan melangkah keluar. Saat sampai di pintu Rangki berucap. “jangan pernah berusaha kabur lagi dari sini, semua ruangan ini di pantau cctv dan ada banyak penjaga dibawah sana, tegas Rangki. Lalu Nata melangkah keluar tanpa menghiraukan ucapan Rangki. *** Hari sudah gelap saat Rangki tersadar dari kesibukan nya dimeja kerja. Diliriknya, jam menunjukan pukul 7 malam, perutnya mulai terasa kosong, “aku lapar, Permata Nata juga pastinya. Lalu bergegas kekamar berniat mengajaknya makan di luar. Sesaat kemudian Rangki membuka pintu kamar, melihat Nata tertidur posisinya miring membelakangi Rangki, terlihat tangan nya sudah tidak ada infus. Sekilas Rangki memperhatikan botol yang tergantung disana sudah kosong. Niat Rangki membangunkan Nata namun saat mendekatinya semakin dekat, dan ketika dia menunduk ingin meraih bahu Nata namun yang terlihat payud*r Nata terlihat jelas terjepit diantara lenganya, terlihat jelas dengan dua atasan kancing kemejanya terbuka. Seketika insting lelakinya bangkit, ahhh tidak sekarang,, ucapnya menyadari dirinya mulai tergoda oleh Nata. Satuhal yang lelaki tidak bisa kontrol adalah bagian bawah tubunya, akan bereaksi dengan cepat begitu yang dilihat, didengar dan disentuh bisa membuatnya tergoda. Kondisi begitu pada umumnya, namun berbeda dengan Rangki dia diatas rata-rata lelaki pada umumnya, jika bagian bawahnya sudah menengang tentu semua hal tidak bisa dikendalikan, nafsunya memuncak, akal sehatnya menghilang. Melihat dad* Nata serasa ingin keluar, Rangki sudah tergoda, bukannya membangunkan Nata namun menyusup dalam selimut Nata, memeluknya, tangganya mula menyusup dalam kemeja Nata, menyusuri perlahan-lahan dari bagian perut hingga masuk kedalam bra yang di gunakan Nata. Nata mulai tersadar dari tidurnya, merasa ada yang menyusup, dia sudah tau itu siapa, lalu menghentikan tangan yang sedang merayap ditubuhnya. “aku lapar, Nata beralasan” karena tidak ingin Rangki menyentuhnya lagi, dia juga tidak bisa menolak kasar sekarang. Rangki tersenyum, merasa tidak ditolak, karena alasan lapar terdengar seperti fakta di dirinya. “mau makan apa? Aku minta dibelikan. Ucap Rangki bersemangat. Nata yang mengira ini sudah selsai, berbalik lalu berucap , apa saja asal makanan. Lalu keduanya berhadapan, dan Rangki meraih ponselnya di saku celana mengetik beberapa pesan lalu ponselnya diletakan di Nakas. “kita makan sebentar lagi ketika makanannya tiba, ucap Rangki seraya bergerak membalikan tubuh Nata kini posisi Rangki tepat di atas Nata. Sekarang aku mau ini dulu ucap Rangki genit, sembari mencium-cium gemas Nata. Nata menahan kedua d**a bidang Rangki, masih tetap mencoba penawaran, “aku tidak kuat, aku lapar, kamu tau aku sakit” rayunya pelan. Nata sudah merasakan bagian bawah perut Rangki sudah sangat mengeras. “jangan menolak Sayang, aku menginginkan mu lebih dari siapapun,, “aku janji setelah ini kita makan. Ucap Rangki terlihat memohon, padahal dia cukup tau tidak perlu melakukan pemohonan, dia bisa aja membuat langsung meniduri Nata, namun kali ini dia mencoba pelan tidak ingin Nata sakit lagi karenanya, Namun hasratnya harus tuntas. Rangki mulai membuka baju casual yang dipakainya, dilempar sembarang dan mulai menyiumi Nata, mencumbunya dan terus meraba-raba tubuh Nata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD