Bagia 15 takjub

1424 Words
Setelah puas menggoda Nata Rangki bangkit, bergegas membereskan meja makan. Nata memperhatikan itu, Rangki sangat cekatan untuk pekerjaan rumah tangga tidak seperti lelaki diluar sana yang banyak dicerita orang di medsos. Nata tidak bergerak dari duduknya, dia terus menatap Rangki bergerak kesana kemari, merapikan meja, merapikan makanan yang tidak tersentuh di tutup kembali, lalu yang kotor segera dibawa ke pantri untuk di cuci. “Tidak ingin membantu ku? tawar Rangki mengagetkan lamunan Nata. Namun dengan santai Nata berucap “ tidak, aku tidak tertarik apapun yang ada disini. “nona membereskan meja setelah makan bukan soal tertarik atau tidak, ini soal etika dasar setelah makan” ucap Rangki lalu tersenyum. Rangki terus mengubah-ngubah pangilanya untuk Nata. “kamu ingin melakukanya lakukan lah ucap Nata lagi, kalau tidak senang pulangkan aku ke kosan ku kembali, lanjutnya lagi, Aku tidak meminta untuk tinggal disini, memberiku makan juga hikma agar kamu tidak melihatku jadi mayat disini. “baik lah, aku kerjakan sendiri ucap Rangki kembali, duduk manis disitu sudah cukup mewakili memberiku tenaga untuk menyelesaikan ini semua. “macam tenaga kamu kurang saja” ketus Nata. Beberapa saat kemudian selesai merapikan dapur, sudah jadi kebiasaan Rangki merapikan dapur setelah mengunakanya. Nata dalam duduknya hanya melamun, dalam lamunanya memikirkan cara lolos dari ini semua, baginya ini sangat mengerikan. Sekarang dia seperti tawanan. Disini tidak ada asisten rumah tangga tanya Nata memberanikan diri, “ ada” ucap Rangki. Namun datang beberapa kali saja dalam seminggu, aku biasa menyiapkan makan untuk diriku sendiri. Namun kamu tidak perlu kawatir, disini ada security yang mengawasi rumah ini 24 jam. Jadi kamu aman disini ucap Rangki melengkapi kalimatnya. “hah aman? , aku bahakan tidak aman disini karena ada kamu pikir Nata. Saat Rangki mendekatinya tidak disadari Nata sehingga ketika Rangki menyentuh pundaknya membuatnya kaget. “apa yang dilamunin, sudah tidak perlu berpikir, dengan otak udang mu ini tidak akan mampu ucap Rangki sembari tersenyum dan meledek Nata. Nata hanya tersenyum kecut. Rangki menyentuh kedua bahu Nata, membuatnya bankit dari duduknya, lalu merangkulnya mengajaknya menaiki tangga. “ayuk kita bicara di atas, ajak Rangki. Saat menaiki tangga Nata sudah was-was, kawatir di kurung jadi tawanan kembali. “aku tidak ingin ke kamar lagi, Nata membuka suara. “kita keruang kerja, ada dokumen yang harus kamu lihat jelas Rangki. Nata merasa risih dirangkul begitu menaiki tangga, lalu pelan-pela menurunkan tangan Rangki di bahunya, namun yang terjadi Rangki malah menarik pinggan Nata lebih dekat ke pelukanya. “Kamu tidak dapat menolak nya Permata Nata, bisik Rangki dengan genit dikupingnya, Yuk, patuh saja, lalu mengusap kepala Nata dengan Lembut. Rangki sangat pandai mengoda wanita, sangat tau cara merayu, namun sangat sulit mendekati Nata tanpa ancaman atau pemaksaan, membuatnya makin tertantang. Melangkah bersama, rangki merangkul pinggang Nata, jika ada yang melihat ini terlihat begitu mesra, tidak dengan Nata sangat terganggu dengan tidadakan Rangki. Lalu keduanya sampai diruang kerja Rangki, pintu dibuka dan Nata di persilahkan masuk. Ruang kerja ini desain moderen, didominasi warna hitam dan abu-abu, ruang cukup luas, untuk ukuran ruang kerja yang dipakai satu orang, terdapat beberapa baris Rak buku dan ada sofa santai disudut ruang dekat dengan jendela, Nata memperhatikan ruang ini dengan seksama. Hari ini udah tengah hari, cahaya masuk keruangan ini membuat ruang, hangat dan terang, terlihat Rangki berjalan menuju meja kerja yang ditata berseberangan dengan sofa santai. mengambil map coklat yang Nata duga itu adalah dokumen. Nata masih memperhatikan gerak gerik Rangki, setelah dokumen di gapai dan kembali ke Nata yang posisinya masih berdiri mematung di dekat pintu masuk. Menarik lenganya dengan pelan dan mengajaknya duduk di sofa dekat jendela kaca. Nata mengikutinya, dan duduk di sofa ketika dia di minta duduk. Rangki masih bergerak membuka beberapa jendela di dekat mereka, membuat angin segar masuk keruangan, terasa lebih adem. Rangki kini berbalik mengarak ke sofa, lalu memilih duduk di posisi sebelah Nata. “jangan melamun terus, kamu pelan-pelan saja mengamati rumah kita, Rangki menekankan kata Rumah kita. Ini dokumen kita ucap Rangki sambil menyerahkan dokumen mereka. “Apa ini” Nata penuh tanya…? “Buka dulu dan lihat pelan-pelan, tangan Rangki meraih rambut Nata dan menyelipnya ke belakang telinganya. Nata membuka dengan perlahan, tidak bisa menebak isi didalam amplop coklat ini apa. . . . . Namun betapa terkejutnya yang didapat Akte nikah. “hei , apa-apaan ini? aku tidak pernah menyetujuinya. Wajah Nata marah terlihat jelas dari nada suaranya. “wah aku takjub sekali bapak Rangki sangat hebat bisa membuat surat begini secepat kilat. Kamu luar biasa Pak tegas Nata kembali. Batinnya mengamuk tidak bisa terima ini melibatkan dirinya namun semua terasa dia seperti memaksa menjalanani kehidupan orang lain saja. Lalu Rangki tersenyum lembut, menatap Nata, “sudah aku jelaskan kemarin, masa harus di ulang lagi, kamu amnesia? Tanya Rangki, lembut namun sangat jelas itu pertanyaan iblis. “kamu gila ya, kemarin baru dibicarakan, bahkan ini belum seminggu dari kita kenal. Hello disini sepertinya ada yang salah. Nata mulai berbicara memelakan suaranya, karena jika Rangki sudah menjadi iblis dia sangat tau apa yang akan terjadi, sepertinya berdebat dengan nya tidak lah mudah. “gak ada yang salah aku sudah mengurus semuanya” Rangki mencoba menjelaskan. “aku punya impian pernikahan untuk diriku sendiri, ucap Nata merajuk seperti bayi. “katakan seperti apa yang kamu inginkan, nanti tinggal kita resmikan, ucap Rangki dengan semangat. “aku memimpikan pernikahan ku dengan orang yang aku cintai, tentu bukan begini dan tidak juga dengan mu. Ucap Nata menjelaskan penolakan nya dengan lembut. Suasana di dalam ruangan ini menghangat, bahkan mulai terasa panas keduanya, walau pembicaraan mereka terlihat lembut dan santai namun penuh penekanan sana-sini. “secara hukum kamu sudah menjadi Isti aku, Ucap Rangki, Lalu membelai kepala Nata dan mengecup kening Nata dan mengusap kepalanya beberapa Kali, yang segera di tepis oleh Nata. “disini kita dua orang awam yang bahkan tidak saling mengenal, kenapa terikat dalam satu akte ini, Ucap Nata kembali. “bagaimana tidak mengenal, aku bahkan sudah menghafal semua bagian tubuhmu, ucap Rangki sambil mata liarnya menjelajahi tubuh Nata. Nata kehabisan Kata-kata, dia terperangkap dengan orang sakit jiwa pikirnya… “jika kamu ingin mulai lagi saling mengenal kita mulai dari sekarang, ini belum terlambat, ucap Rangki genit, “tentu kamu sudah tau Nama ku cukup Panggil aku Rangki, tidak ada Pak, Tuan, atau kamu bisa memanggil ku Sayang itu lebih baik, aku suka kata itu. Rangki memperkenalkan dirinya, terlihat konyol, Nata tersenyuum sinis. Lalu Rangki mendekat kembali denganya menarinya dalam pelukan, mengusap kepalanya. Mencium pipinya. “aku tidak bisa melepaskanmu” bisiknya sambil memeluk Nata. “kemarin kamu meminta ku untuk menjelasakan hubungan kita, status kita, sekarang semua sudah jelas dan ini lengkap dengan dokumenya. Rangki mengucapkan itu sambil memeluk Nata. Nata menangis tersedu-sedu, kali ini benar-benar hancur, terlibat dalam pelukan piskopat pikir Nata. Cup,, Cup,, Cup ,, Jangan menagis, aku ada disini Ucap Rangki percaya diri sambil menepuk pundak Nata didalam pelukanya. Dalam Tangisnya berucap, aku tidak butuh semua ini, aku tidak mau kamu, kamu lelaki egois yang pernah aku temui, ucap Nata pelan dalam isaktanginsya. Rangki berniat untuk tidak berdebat atau bertengkar dengan Nata namu emosinya tersulut saat Nata terang-terangan menolaknya. Rangki Melepaskan pelukan nya “Lalu kamu mau apa? Mau aku terus mengauli mu tanpa ada kejelasan status kita? Bukanya kamu menginginkan kita memperjelas status kita? Rangki membentak Nata. Nata melihat emosi Rangki tersulut, lalu seketika airmatanya berhenti, ketakutanya kembali menghantui nya. Tidak bicara, tidak menangis setelah mendengar bentakan Rangki begitu keras. “tidak ada kata tidak ucap Rangki Tegas, lalu kembali memeluk Nata, mencoba meredakan emosinya. “yuk kita mulai dari Awal lagi Permata Nata, jangan buat ini jadi sulit untuk ku dan untuk mu. Rangki kembali memeluk Nata, mencari kenyamanan disana, dengan memeluk Nata emosinya perlahan-lahan mereda. Nata tidak menolak, dia sudah di titik tidak tau melangkah kemana. Tidak dapat berpikir, susana ini tidak membuatnya nyaman, dadanya merasa sesak sulit bernafas, pandanganya menjadi tidak fokus, perlahan-lahan mengelap dan Nata lemas, Nata kembali Pinsa untuk kesekian kalinya di hadapan Rangki. Rangki merasakan itu, merasa Nata melemas lalu memangil-mangil,,,, Permata Nata,,, Permata Nata, ,,, Permata Nata,,, kamu bangunlah ,,, menepuk nepuk pipinya perlahan-lahan. Shitt,,, kenapa gadis ini sering sekali pinsan… lalu Rangki memposisikan Nata berbaring di atas Sofa. Lalu meraih ponselnya dan kembali menghubungi dr Alando. …. Pangilanya segera terhubung,,, tanpa mendengar suara disana begitu telponya tersambung, Rangki segera berteriak “Alan kerumah sekarang, gadis itu pinsang lagi. Kau apakan lagi anak orang” tanya dr Alando selaku temanya. Tidak kali ini aku tidak melakukan apa-apa ucap Rangki yang memang tidak merasa melakukan apapun, namun yang dia tidak tau dia banyak melakukan hal yang merusak kondisi psikis Nata.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD