Dua

1220 Words
"Kenapa?" tanya Maudy heran melihat Aya yang cemberut menyambut kedatangannya di depan indekos Yoga. "Lagi kesel gue!" Maudy terkekeh. "Ribut sama Yoga lagi?" Maudy mengambil kantong belanjaan yang dikeluarkan Fero dari bagasi mobil, dan memberikannya kepada Aya untuk dibawa ke dalam. Ada banyak belanjaan yang Fero dan Maudy beli. Jadi, dia meminta tolong Aya untuk membantunya. "Iya, heran gue sama dia," ucap Aya menerima satu kantong belanjaan yang tidak terlalu berat. Yang berat-berat, Fero yang membawanya. Sedangkan Yoga, lelaki itu masih berada di halaman belakang kos mempersiapkan tempat untuk dipakai untuk acara mereka. Semacam piknik kecil-kecilan. Mereka juga akan mengadakan barbeque-an. "Setiap ketemu nyari masalah mulu sama gue. Ada-ada aja ulahnya bikin gue emosi." Aya terus saja mengoceh sepanjang jalan ke dalam membuat Maudy geleng-geleng kepala. Punya sahabat beda jenis kelamin seperti Aya dan Yoga memang menyenangkan, hanya saja terkadang tingkah mereka berdua tak jauh berbeda dengan Tom and Jerry. Yang satu suka bikin ulah, yang satu lagi merasa selalu benar. Dan Yoga, sering tak mau kalah jika adu mulut dengan Aya. Tak jarang Aya dibuat menangis olehnya. Namun, ujung-ujungnya dia juga yang membujuk perempuan itu. Pasalnya, kuping Yoga berisik mendengar suara cempreng perempuan itu yang menangis sambil uring-uringan. Bukannya kapok, Yoga masih saja suka meledek sahabatnya tersebut. Padahal dia tahu bahwa dia juga yang bakalan repot nantinya menenangkan perempuan itu. "Gue nggak kebayang, gimana kalau nantinya lo sama Yoga itu jodoh, ya?" ujar Maudy tertawa geli. Matanya menatap Aya yang berada di dekatnya, dan Yoga yang tengah mempersiapkan alat untuk barbeque. "Ogah jodoh sama tuh cowok! Udah tingkahnya petakilan gitu, mana m***m lagi. Dan playboy-nya kalau-kalau lo lupa gimana dia." "Siapa tahu dia bisa berubah nantinya." Aya mengedikkan bahu. "Susah kayaknya. Sifatnya itu udah mendarah daging. Walau dia tinggal satu-satunya cowok yang tersisa di dunia ini, gue mending enggak usah nikah deh!" ucap Aya. Dia dan Maudy sekarang sedang menyiapkan bahan makanan, buah dan juga beberapa cemilan ke dalam tempat yang sudah disediakan oleh Aya tadi. "Hussh, jangan sembarang kalau ngomong!" "Lihat aja nanti." Aya menoleh sekilas pada Yoga, di saat yang bersamaan lelaki juga tengah meliriknya. Aya menjulurkan lidahnya kepada Yoga yang ditanggapi kekehan kecil oleh lelaki itu. Ada kepuasan tersendiri bagi Yoga melihat Aya uring-uringan, kesal padanya. Ekspresi wajah perempuan itu sangat lucu. Hiburan bagi seorang Yoga. *** "Ayamnya enak banget, siapa yang bumbuin ini tadi? Pasti Maudy, 'kan?" tanya Yoga sambil mengunyah potongan ayam bakar berserta sesuap nasi. Kalau yang bakar, dia tahu jika Dikta dan Fero yang melakukannya. Sedangkan dirinya membantu Aya memotong buah dan kue tadi sebelum acara barbeque. Lebih tepatnya merecoki, bukannya benar-benar membantu. Karena lelaki itu lebih banyak mengoceh dan makan potongan kue atau buah yang dipotong oleh Aya. Tentu saja Aya mengomelinya. Namun, Yoga masa bodoh. Dia tetap saja tak beranjak dari sisi Aya. Hingga Aya diam sendiri, mungkin lelah juga meladeninya. Tumben. Yoga semakin menjadi-jadi dibuatnya. Kalau tidak mencari masalah dengan Aya setiap kali berdekatan, tidak afdhol rasanya. "Gue yang bumbuin," sahut Aya yang duduk di seberangnya. Tak sudi rasanya duduk berdekatan dengan Yoga, takut ketularan virus. Virus seorang player, yang suka mainkan perasaan seseorang. Huh, jangan sampe Aya yang cute dan manis ini menjadi seorang playgirl juga. Playgirl? Aya rasanya ingin tertawa membayangkannya. Bagaimana mau jadi seorang playgirl? Pengalaman cintanya saja belum ada. Pernah suka dengan seseorang, namun langsung mundur begitu mengetahui sifat lelaki yang tak lain adalah Yoga. Aya sama sekali tidak ambil pusing masalah cinta-cintaan. Waktu SMA, dia sibuk menjadi seorang fangirl. Pada saat dirinya beranjak kuliah, kesibukan berganti. Selain kuliah, hari-harinya dihabiskan untuk shopping berbagai macam make up untuk dipakainya sendiri. Berniat menjadi beauty vlogger, tapi hingga saat ini belum merealisasikan niatnya tersebut. Masih maju mundur. Selain itu, Aya juga suka menonton lakorn Thailand. Bahkan, dia berhasil membuat Maudy menyukai lakorn juga. Tak jarang mereka berdua nonton marathon di kala weekend di rumahnya atau pun Maudy. Biar lah semuanya berjalan apa adanya. Suatu saat, Aya yakin akan menemukan sosok lelaki sebagai belahan jiwanya. Yang penting, tidak seperti Yoga. Yoga langsung batuk-batuk, tersedak begitu tahu bahwa Aya yang membumbui ayam bakar enak yang dimakannya tersebut. Yoga menyesal telah mengatakan ayam bakar itu enak. Yoga akan tarik kembali ucapannya. "Enak 'kan? Siapa dulu yang bumbuin? Aya!!" seru Aya membanggakan diri, disertai senyuman mengejek yang hanya ditujukannya untuk Yoga seorang, musuh sekaligus sahabatnya. "Siapa bilang enak? Gue salah sebut aja barusan." Yoga menunjukkan sosis yang tengah dipegangnya. "Maksud gue, sosis ini yang enak. Bukan ayamnya." Aya manyun. Maudy dan Dikta geleng-geleng kepala. "Emang enak kok, ayamnya," celutuk Fero. "Masa, sih? Gue nggak yakin," balas Yoga. Padahal dia jelas-jelas sudah mencobanya barusan. Hanya saja, dia berkilah. Yoga mengambil suwiran ayam yang di piringnya dan memasukkannya ke dalam mulut. "Ah, biasa aja. Nggak ada enak-enaknya. Malah agak keasinan menurut gue." Aya mendelik. "Mana ada keasinan? Lo doang yang bilang gitu." "Emang asin. Lo kebanyakan kasih garam ini." "Nggak asin kok, Ga." Kali ini Maudy yang berkata. Aya tersenyum puas. *** Sebelum maghrib, acara mereka semua sudah bubar. Maudy pulang bersama Fero, sedangkan Dikta membawa motor sendiri. Aya ingin menumpang juga dengan mobil Fero, soalnya kalau bersama Dikta, dia khawatir hujan deras di tengah jalan. Sore hingga malam hari, sekarang sering hujan. "Lo minta anter sama Yoga aja deh, Ya," ucap Fero. "Kejauhan kalau gue anterin lo." Rumah Fero dan Maudy itu searah kalau dari kosannya Yoga. Sedangkan rumah Aya ke selatannya lagi dari rumah Maudy. Fero buru-buru ingin pulang dari rumah Maudy, dia ada acara keluarga malam ini. Aya cemberut. "Mau sama gue? Tapi jas hujan gue cuma satu, Ya, semisal hujan nanti di jalan. Kan rumah gue paling jauh di sini. Gue lagi jaga stamina, masa iya hujan-hujanan? Sorry, bukannya nggak mau bareng lo." Aya mengerti. Dia juga tak mau hujan-hujanan. Aya itu gampang sakit juga. Aya lalu melirik Yoga dengan muka memelas. Yoga berlagak sok acuh. "Ga." Aya memanggil lelaki itu. "Paan?" "Anterin gue pulang, mau, ya?" pinta Aya melembutkan suaranya dengan senyum semanis mungkin. Namun, bagi Yoga, suara Aya tetap terdengar cempreng di telinganya. "Ayo!" "Hah?!" Aya berkedip. Tumben sekali Yoga langsung mengiyakan permintaannya tanpa membantah atau mengajukan persyaratan ini itu seperti biasanya. Tadi saja, Yoga mau bareng bersamanya karena titah Fero dan Maudy. "Buruan sebelum gue berubah pikiran," ucap Yoga sambil berjalan menuju mobilnya. Belum lama mobil yang dikendarai Yoga beranjak dari indekosnya, Aya sudah tertidur di dalam mobilnya itu. Sampai tiba di rumahnya pun, Aya tak kunjung bangun. Dia lelah sekali hari ini. Dari sebelum subuh, dia sudah bangun untuk mempelajari kembali materi sidang hari ini. Siangnya, sibuk dengan acara di kosan Yoga. Aya memang tak biasanya kelelahan seperti ini. Yoga beberapa kali menepuk bahu Aya, namun perempuan itu tak kunjung bangun. Sempat melenguh, dia menepis tangan Yoga yang berada di bahunya, kemudian lanjut tidur lagi. Yoga mendengus sebal. Aya ini sering kali menyusahkannya. Cukup lama menunggu Aya yang tidur nyenyak, Yoga memutuskan untuk menggendong saja perempuan itu masuk. Yoga sudah kenal dengan kedua orang tua Aya, karena kadang mereka berlima berkumpul di sana. "Tante, Ayanya tidur nih!" ucap Yoga setelah pintu utama rumah Aya terbuka dari dalam. "Kenapa nggak dibangunin aja, Ga?" Wulan--mamanya Aya menggoyangkan lengan anak perempuannya itu hendak membangunkan, namun Yoga tidak tega. "Nggak usah dibangunin, Tan, kasihan. Saya anter Aya ke kamarnya aja kalau boleh." Walau suka mencari masalah dengan Aya, gitu-gitu Yoga juga perhatian kepada sahabatnya itu.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD