bc

Panggil Saja Aku Mommy

book_age16+
4
FOLLOW
1K
READ
arrogant
dominant
goodgirl
twisted
bxg
rejected
self discover
affair
surrender
substitute
like
intro-logo
Blurb

"Asil, tunggu!"

"Jangan sentuh saya lagi, Mas! Sudah berapa kali saya mendengar janjimu untuk menjauhi dia, berulangkali juga saya melihat kalian berdua seperti ini!"

"Asil, tunggu! Dengerin saya dulu kali ini. Kami berdua cuma bertemu untuk yang terakhir kali!"

chap-preview
Free preview
Terlepaskan Cintamu
"Maaf Tesla, mulai sekarang jangan pernah menemui saya lagi. Saya benar-benar menyerah. Gak mungkin saya nunggu terus," ucapku kala itu. Membuatmu hanya berdiri diam membisu. Saat keheningan sedang menyelimuti kita, tiba-tiba ada suara memanggil namamu. Kita menoleh bersamaan, di sana berdiri seorang wanita cantik yang setahun sudah menemanimu. "Tesla!" Kulihat ke arah matamu dan matanya. Berbeda denganmu yang tampak terkejut dan gugup. Di wajah wanita itu, tergambar kesedihan yang sangat dalam. Air menggenang di matanya, bibirnya bergetar dan ia menggeleng dengan halus. Tesla, kamu pasti berpendapat sama denganku, bukan? Bahwa hatinya sudah hancur berkeping-keping! Kamu berjalan menghampirinya, aku hanya menunduk dan tak mampu berkata apa-apa lagi. Dia—Asilia, istri sah-mu itu tampak hendak pergi, tetapi langsung kamu cegah. "Asil, tunggu!" "Jangan sentuh saya lagi, Mas! Sudah berapa kali saya mendengar janjimu untuk menjauhi dia, berulangkali juga saya melihat kalian berdua seperti ini!" "Asil, tunggu! Dengerin saya dulu kali ini. Kami berdua cuma bertemu untuk yang terakhir kali!" Degh! Entah mengapa hatiku seakan tersambar kilatan petir, rasanya teramat sakit. Aku memang memintamu untuk menjauh dan melupakan, tetapi mendengar pengakuanmu itu benar-benar menyayat hati. Setengah hati masih tidak rela melepasmu. Tidak, maksudku ... apakah semudah itu cintamu hilang? Setahun sebelumnya, kamu mengabarkan bahwa perjodohan yang dipaksakan orang tua, membuatmu pasrah dan harus membuatku rela. Jika kamu menolaknya, ayahmu tidak akan mati dengan tenang. "Asilia adalah anak dari sahabat dekat ayah," ucapmu, "ayah saya dan ayahnya udah janji waktu masih membangun usaha mereka dulu, kalo nanti punya anak, mereka bakal ngejodohin." "Terus gimana dengan hubungan kita, Tesla? Apa kamu mau nyuruh saya buat lupain kamu?" "Tenang, Silvi. Kita harus tetap kuat hadapi cobaan ini. Tunggulah saya. Setelah jiwa ayah tenang, saya bakal nyadarin Asilia, bahwa cinta adalah sesuatu yang gak bisa dipaksakan." Yah, kata-katamu saat itu benar-benar manis sekali, mampu membuatku tegar dan merasa dicintai. Dua tahun menunggu, yang kita lakukan hanyalah bersembunyi dari banyaknya pertanyaan; bersembunyi untuk bisa bertemu di jalanan. Semakin lama 'ku menunggu, kamu malah semakin takut pada istrimu. "Kita sudah setahun di jalanan, Tesla! Sampai kapan mau saya nunggu terus?" "Saya masih belum bisa, Silvi. Perusahaan ibu ... masih punya hutang yang teramat besar pada orang tua Asilia." Awalnya, kukira kamu adalah pria yang selama hidup kucari. Kita sudah saling mengenal sejak duduk di bangku SMA dulu. Kedekatan kita dan sifat penyayangmu, membuatku jatuh hati. Kamu pun memiliki sifat lelaki yang begitu diidolakan banyak wanita. Selain tajir, wajahmu tampan dan ya ... setahuku kamu memang setia padaku—wanita yang menurutmu paling cantik di antara para wanita kala itu. ***** Asilia pergi dan berlari. Kamu terlihat bingung dan tampak ragu mengejarnya. Namun pada akhirnya, akulah yang ditinggalkan sendiri di taman itu. Sepuluh tahun setelah perpisahan, aku masih tetap sendiri. Entah mengapa, rasanya sulit membuka hati pada pria lain. Setampan apa pun yang mendekat, walau lebih tajir darimu, aku tetap takbisa menerima. Seperti terjebak antara harapan dan kenyataan. Diriku sibuk membangkitkan jiwa dan kualitas diri. Dengan kerja keras dan tekad yang kuat, aku bisa menjadi wanita yang cantik dan mapan. Meski sudah berusia 30 tahun, kata orang wajahku masih tetap terlihat muda. Yah, uang memang bisa membuat kilauan seseorang tetap bersinar. Usahaku telah berkembang menjadi tujuh hotel bintang lima, serta tujuh tempat rekreasi. Satu kantor pusat berada di satu kota. Selain itu, banyak aset lain yang tersebar di beberapa provinsi. Sedangkan vila pertama dari hasil kesuksesanku, masih berdiri kokoh di sebuah hutan. Aku yang sebelumnya sangatlah berbeda. Setelah berpisah denganmu, kuusahakan diri untuk lebih fokus dan berkembang. Kusimpan cinta dalam kotak impian, menguburnya dalam-dalam di hati paling dasar. Niatku, agar kelak bisa membuatmu menyesal karena telah melepasku. Tunggu, bukankah aku yang menyuruhmu untuk melupakan? Ah, bodoh sekali, ya, otakku ini? "Nyonya Silvi, hari ini ada meeting sama Amerta Group, kan?" ucap Abizar—sekretaris pribadiku, dia duduk di samping pintu masuk ruangan. Pria berumur 24 tahun itu memiliki tinggi badan 180 cm, bertubuh atletis, berambut hitam, dan tampak selalu gagah dan segar. "Suruh Dialin aja, saya malas," jawabku dengan santai, lalu melenggang masuk kedalam ruangan. Selain pemalas dan selalu menyuruh orang lain, aku dikenal sebagai bos yang galak dan cuek. Beberapa menit setelahnya, Dialin datang dengan membawa berkas, mungkin untuk di tanda-tangani. Yah, Dialinlah yang selalu membantuku di kala malas. Dia selalu bisa meng-handle semua pekerjaan. Dialin adalah wanita berumur sekitar tiga puluh, kabarnya akan menikah bulan depan. Dia hanya menggeleng saat melihatku duduk dengan santai; menikmati minuman di kursi kebesaran. Di mejaku, ada papan nama bertuliskan 'OWNER'. "Gak biasanya, Nyonya. Akhir-akhir ini, kok kayak gak semangat gitu? Nyonya juga jarang minta macam-macam lagi," ucap Dialin. "Gak tau," jawabku dengan singkat. Aku sendiri bingung kenapa. Padahal, bertahun-tahun selalu bersemangat menjalankan usaha. Namun, lama-lama semangat itu seperti hilang ditiup angin. "Apa harus saya antarkan ke vila pertama Nyonya itu?" tanya Dialin. "Gak usah, nanti saya pulang sendiri aja ke sana. Kamu urus perusahaan." "Yaudah, kalo begitu." Kupakai kembali jas, lalu keluar dari ruangan. Dialin mengikuti di belakang. Aku memang sangat acuh pada sekitar. Banyak pegawai pria yang memamerkan ketampanan, tetapi aku tidak mudah tergiur—jika itu niat mereka. Dialin membuka pintu khusus penumpang, lalu aku pun masuk. Kutinggalkan Dialin di perusahaan, lalu pergi bersama dua wanita— bawahanku yang lain. Satu menjadi sopir, satu lagi asisten di kursi depan. ***** Mobil yang kami tumpangi membelah jalanan, melewati pohon-pohon yang melindungi kami dari cahaya matahari. Area menuju hutan itu masih terasa dingin di jam sepuluh pagi. Hanya ada beberapa rumah disana— perumahan kalangan atas yang dibangun tak jauh dari hutan. Awalnya, aku berniat ingin membeli perumahan di area tersebut, tetapi urung, karena akan sakit kepala jika hidup bersebelahan dengan tetangga. Sedangkan aku tidak mau mengambil resiko, karena akan sering mengadakan pesta dengan musik yang keras. Kami memang sering merayakan keberhasilan perusahaan, bersama para karyawan yang loyal. Dalam perjalanan menuju vila pribadi di hutan, aku mulai memejamkan mata dan berusaha untuk tidur. Braaak! Suara hantaman terdengar "Wih, suara apa itu?" tanyaku. "Kayaknya kita nabrak orang, Nyonya. Coba kami cek dulu." "Yaudah, cepatlah!" Sopir dan asisten keluar dari mobil. Kedua wanita bawahanku itu mengecek siapa yang tertabrak. Ternyata, kami menabrak seorang pemuda berambut hitam, pakaiannya berwarna putih, terduduk di aspal dan lututnya terluka. "Maafkan saya, Mas. Saya benar-benar gak liat, saya bisa ganti rugi, berapa yang Mas butuhkan buat ke rumah sakit? Tapi saya gak bisa antar." Kudengar suara lembut sopir, seperti memohon pada pemuda itu. Dari kaca jendela, kulihat pemuda itu tiba-tiba membentak sopirku "Lo pikir nyawa bisa di ganti dengan uang? Gak papa, saya bisa jalan sendiri! " ucap pemuda itu, tampak sangat marah. Sopir sendiri tampak bingung harus apa, karena si pemuda malah mengomel. Aku yang merasa menunggu terlalu lama, akhirnya membuka pintu mobil. Pandangan kami pun bertemu. Pemuda itu memiliki mata yang indah dan tajam. Wajahnya tampan, bibir tipis, hidung mancung, dan bulu yang sedikit lebat membingkai wajahnya. Membuat gairah seksual muncul tiba-tiba dan semangatku pun kembali—hanya dengan melihat wajah pemuda itu. "Maaf, Bu. Tolong kasih tau bawahan Anda, jangan pernah menyepelekan nyawa seseorang dengan uang! Terima kasih." Si pemuda beranjak dari duduknya, lalu berjalan dengan kaki pincang melewatiku, sedangkan wajahnya masih terlihat galak.

editor-pick
Dreame-Editor's pick

bc

Hasrat Meresahkan Pria Dewasa

read
30.3K
bc

Sentuhan Semalam Sang Mafia

read
188.6K
bc

TERNODA

read
198.7K
bc

Dinikahi Karena Dendam

read
233.7K
bc

B̶u̶k̶a̶n̶ Pacar Pura-Pura

read
155.8K
bc

Setelah 10 Tahun Berpisah

read
58.0K
bc

My Secret Little Wife

read
132.1K

Scan code to download app

download_iosApp Store
google icon
Google Play
Facebook