Prolog
Setiap hari aku selalu menunggu di depan rumah, tepatnya duduk di bale bambu. Walau pun Mama mengomel, aku tidak peduli. Duduk manis menunggu pujaan hati. Hati ini bagaikan taman bunga yang bermekaran indah diselingi hembusan semilir angin sejuk.
Dari jauh aku sudah tahu bahwa itu dirinya. Jangan heran, itu hasil dari duduk setiap pagi di depan rumah. Memasang wajah cantik dan senyum manis andalanku. Aku menunggunya dengan jantung berdebar kencang. Aku tidak percaya ini, lagi-lagi dia lewat begitu saja tanpa menolehku sama sekali. Aku terus memandangi punggungnya penuh harap dia berbalik melihatku.
Oh!! My Cat!! Dia tidak melirikku sama sekali? Mulutku sudah komat-kamit membacakan matra menenangkan diri.
Plakk
Tiba-tiba kepalaku di pukul Mama, "mau sampai kapan kamu duduk di situ terus apa nggak panas itu p****t? Sana mandi terus nyari kerja!" aku mendengus. Mamaku memang begitu orangnya suka menghancurkan kebahagiaan anaknya sendiri. Omelan itulah yang menjadi sarapanku sehari-hari, sungguh malang kan. "Nyari kerja sana! temen kamu udah pada nikah semua, lha kamu. Kerja nggak, nikah belom!" aku buru-buru ngeloyor ke dalam rumah sambil menutup telinga.
"Mama nggak tahu apa kalau hatiku hancur lebur. Dia nggak ngelirikku sama sekali. “Apa nggak ada kecantikanku yang nyantol di matamu sedikit pun kakak.. Mas.. Abang.. Akang!!" jeritku dalam hati. Aku tidak tahu namanya siapa.
Sorry typo & absurd
Thankyuu ^^