Membatalkan Perjodohan

1792 Words
Setelah menjelaskan berbagai pekerjaan kepada Christa, David akhirnya menghela napas lega lalu berbaring di ranjangnya. Dia merasa hidupnya kembali tenang, apalagi saat ini sedang tidak ada siapapun di rumah. Ya, Christa dan Darren lagi berbelanja. “Akhirnya, aku bisa menutup mata untuk sementara! Aku bisa beristirahat dengan tenang!” David merenggangkan otot-otot badannya lalu mulai menutup matanya. ‘TOK! TOK! TOK!’ “Pak David! Buka pintunya!” Baru saja menutup mata, David sudah diganggu oleh suara ketukan pintu dari luar. Dengan malas dia bangun lagi dan berjalan dengan kesal untuk membukakan pintu.“Perasaan baru saja mereka berdua pergi. Apa ketinggalan sesuatu?” gumam David kesal sambil membukakan pintu rumahnya. Saat membuka pintu, David dikejutkan dengan sekumpulan emak-emak komplek yang berwajah garang di depan rumahnya. “Ada ya, bu?” tanya David sambil memasang senyuman terbaiknya. Sebenarnya dia sangat takut permisa! ‘Astaga, gantengnya!’ batin para emak-emak itu langsung berbunga-bunga melihat senyuman David yang begitu tampan. “Maaf ya ganteng, eh David! Kamu tadi baru bawa siapa? Kalian baru dua hari sudah bikin satu komplek jadi heboh begini! Jelaskan siapa kamu dan apa latar belakangmu!” suruh Bu Yuni dengan tegas diangguki emak-emak lainnya. “Aduh, ini salah paham ya, bu. Baiklah, perkenalkan nama saya David Alexander Wijaya. Saya ini dokter spesialis penyakit dalam. Dan saya ini lajang, bu.” David memperkenalkan diri pada para emak-emak. Tak lupa dia memancarkan aura charmingnya. ‘Lajang? Pengen gue sabet, tapi teringat sudah punya suami.’ Sesal bu Asri dalam hatinya. ‘Astaga! Rupanya dokter? Kalau begini, aku akan sering sakit deh, biar bisa diobati.’ Pikir Bu Mina sambil kesem-sem sama David. “Dokter ya? Percuma punya kerjaan bagus tapi gak bermoral! Maaf ya, meskipun kamu ganteng, kami gak mau perkomplekan ini kena sial karena ada orang yang gak bermoral. Jadi jelaskan, siapa wanita yang anda bawa tadi?” Bu Yuni masih ingin tahu siapa perempuan itu. ‘Aduh! Emak-emak kalau udah menggosip emang gak bisa di lakban kali mulutnya ya! Sabar Dave!’ kesal David dalam hati sambil berusaha tetap terlihat Charming. ‘Semoga si dokter ganteng ini masih jomblo! Lumayan untuk jadi idola komplek!’ pikir para emak-emak itu sambil memelototi David. “Oh, yang tadi itu ya, bu! Namanya Christa dan dia adalah sepupu saya. Darren itu sebenarnya adik saya, bu. Jadi jangan berpikiran aneh-aneh ya.” Jelas David sambil berusaha sabar. “Si kecil ganteng, imut dan manis itu adik kamu, ya ganteng? Masa iya, sih? Jangan bohong kamu!” tuntut bu Mina merasa gak realistis aja. “Iya bu. Lagipula, ibu-ibu gak usah khawatir, saya ini orang baik-baik, kok.” David berusaha meyakinkan para emak-emak itu. “Syukurlah! Ternyata si ganteng kami belum ada yang punya.” Bisik para emak-emak itu membuat David membelalak mendengarnya walau samar. ‘Serem ih! Mending aku kembali ke mansion kalau begini.’ Pikir David. ‘Tapi dari mansion ke rumah sakit menghabiskan terlalu banyak waktu. Sudahlah, semuanya akan berlalu begitu saja.’ Lanjut David lagi dalam hatinya. “Gitu ya, ganteng? Ya sudah deh, kita bubar dulu. Dahh~” pamit emak-emak itu sambil mengerling genit membuat David ngeri sendiri. Setelah para emak itu bubar, David langsung menutup pintu rumahnya dan mengelus dadanya.“Astaga! Ternyata ini yang dimaksud oleh Mbak Rara! Pantas aja dia gak tahan.” Gumam David sambil kembali ke pembaringannya. Belum lagi berbaring, tiba-tiba HP-nya bordering seenak jidatnya. “Ya, halo! Ada apa, pa?” tanya David pada orang sana yang adalah papanya. “Dave? Jangan lupa kalau hari ini kamu mau dikenalin sama anak rekan kerja papa, ya! Tempat dan waktunya sudah papa kasih tau Minggu lalu, kan? Jangan permalukan papa ya, anak ganteng.” Ujar sang ayah langsung memutuskan sambungan telepon. Soalnya dari London ke Indonesia pulsanya mahal. “Oh iya! Ini perjodohan yang ke berapa, sih? Alasan apalagi coba supaya mereka gak suka sama aku? Aku belum siap berkeluarga.” Gumam David sambil mencak-mencak gak jelas. Pertama kali dia di jodohkan itu setahun yang lalu. Dia membuat cewek menolaknya dengan bilang kalau dia itu impoten, otomatis mereka langsung mundur tak gentar. Setelah tahu kebohongannya, sang papa menjelaskan dahulu soal kesehatannya pada anak koleganya. David kemudian berpikir untuk bergaya culun dan jelek. Lagi-lagi dia berhasil. Tapi kali ini David yakin kalau papanya sudah menyiapkan semuanya dengan baik. “Aku pakai ide gila apalagi ya?” gumam David sambil memikirkan ide. “Kami pulang!” Christa dan Darren sudah sampai dari berbelanja mereka. Tiba-tiba sebuah pemikiran muncul di otak pintarnya. “Darren! Christa! Aku punya tugas untuk kalian berdua!” ujarnya langsung menyamperin keduanya.“Kenapa, bang?” tanya Darren sambil menatap David. “Kalian harus pura-pura jadi ibu dan anak lalu bilang kalau Darren itu anakku! Begini, aku mau dijodohkan dan sebenarnya aku belum mau menikah. Boleh ya? Please! Nanti saya tambahin deh gaji kamu sejuta lagi!” David mengungkapkan idenya sambil tawar-menawar dengan Christa. “Tapi papa bilang, kalau kita gak boleh bohong, bang!” ujar Darren polos. “Enggak bohong kok! Hanya sedikit melebih-lebihkan,” balas David berusaha membujuk Darren. “Gak usah tambah sejuta gak apa, kok. Yang penting uang belanja saya ini gak dipotong gaji.” Ucap Christa menerima tawaran Darren. “Serius kamu? Bagus! Nanti pas aku ketemu sama cewek itu, kamu merusak momennya dengan bilang kalau aku ini lelaki b******k dan tak bertanggung jawab. Pasti itu cewek langsung lari.” Jelas David diangguki oleh Christa. ‘Hihihihi! Dia belum tahu tadi aku belanja berapa banyak.’ Kikik Christa dalam hatinya karena David setuju tidak memotong gajinya. Di sebuah café… “Jadi, kamu Andini Permata? Saya dr. David Alexander Wijaya. Saya ini spesialis penyakit dalam.” David memperkenalkan diri dengan gaya charmingnya kepada wanita yang dijodohkan dengannya. ‘Ya Tuhan! Ganteng banget!’ Andini langsung memekik kesenangan dalam hatinya. “Dibanding di foto, kamu lebih ganteng aslinya. Di tambah lagi, pekerjaan kamu juga bagus. Saya rasa kita ini cocok. By the way, saya ini seorang Influencer.” Andini tanpa ragu menerima David. ‘Influencer? Halah, pasti kerjaannya megang HP doang! Berdandan, dan gak bisa melakukan pekerjaan rumah. Dah lah, malas!’ batin David malas. “Pekerjaan itu sangat cocok denganmu. Apalagi kamu sangat cantik.” Puji David dengan senyuman yang dibuat-buat. Andini yang mendengar itu langsung berbunga-bunga bukan main. ‘Astaga! Dia bilang aku ini cantik! Aku harus sedikit jual mahal!’ batin Andini berusaha terlihat elegan. “Aku tahu, kok! Banyak cowok juga sudah bilang begitu,” jawab Andini dengan nada agak sombong dan bergaya sok elegan. ‘Cantik apanya? Aku bohong kok! Kamu itu cuma setumpuk tepung ditambah pensil warna. Norak!’ pikir David sambil pura-pura tersenyum. “Dave! Disini kamu ternyata?” suara Christa terdengar hingga mengalihkan perhatian Andini. Bukan Andini saja sih, seluruh Café juga. ‘Aduh, Christa! Mending kamu datangnya nanti saja pas diparkiran, biar gak jadi bahan perhatian orang-orang.’ David membatin merasa Christa terlalu gegabah. “Kamu siapa, ya?” tanya Andini sambil ngeliatin Christa dari atas ke bawah. ‘Dia ini siapanya David, sih? Cantik banget, gila!’ batin Andini insecure. “Tega kamu ya, mas! Ini Darren anak kita, lho! Apa kurangnya aku, mas?” Christa memulai aktingnya sambil menggendong Darren. David pengen suruh berhenti karena malu, tapi udah terlanjur. “Daddy! Jangan tinggalin aku dan mama! Hikss!” Darren juga berakting dengan sangat sempurna. Siapa gurunya? Christa dong, siapa lagi coba! “David? Ini beneran anak dan istri kamu? Mereka bohong, kan?” Andini bertanya dengan nada tidak terima. “Maaf, Ndin. Tapi Christa kelihatannya gak berbohong. Ini beneran anak aku? Kenapa kamu gak bilang dari dulu? Kamu pergi tanpa kabar. Maafin aku ya.” David juga tak mau kalah. ‘Wait? Perasaan tadi skenarionya bukan begini, deh? Tadi katanya dia bakal pura-pura jadi fuckboy. Sekarang kenapa kayak cowok yang penuh penyesalan?’ batin Christa karena tiba-tiba David mengubah alur cerita. “Apa? Jadi ini mantan kamu? Sekarang jelasin Dave, kamu milih aku atau dia?” marah Andini gak terima ternyata David udah punya anak sama perempuan lain. Padahal dia dibohongi. “Hubungan kami sudah berakhir, Andini. Tapi ikatan batin saya dan Darren tidak bisa dibiarkan begitu saja.” David masih terus ber-akting sebagai softboy. “Dave, pokoknya kamu harus tanggung jawab!” Christa masih terus melanjutkan aktingnya walau udah keluar jalur. “Eh, cewek matre! Kamu sengaja ya menipu David? David ini hanya cowok polos, tahu? Kalau pun Darren adalah anak kamu, aku gak masalah kok Dave! Aku cinta banget soalnya sama kamu. Ya… sejak melihat foto kamu, sih.” Andini berujar tak masalah soal ini. ‘Mati aku! Harusnya tadi aku tidak perlu mengubah alur demi nama baikku!’ sesal David. “Woi! Mulut dijaga, dong! Yang matre siapa, sih? Aku gak matre, ya!” marah Christa sambil menurunkan Darren dari gendongannya. “Kenapa? Gak senang?” Andini malah menantang. “Oh? Mau bertumbuk kita? Siapa takut?” Christa mengeluarkan aura menakutkan. David malah mulai merinding saat melihat pertengkaran para wanita ini. Diam-diam, dia menari Darren menjauh dan berusaha menenangkan keduanya. “Te-tenang dulu! Maaf Andini, tapi saya memilih Christa! Dia adalah ibu dari anakku. Saya tidak bermaksud memberikan harapan palsu, tapi kenyataan begitu pahit.” Ucap David dengan nada sendu yang dibuat-buat. Tapi syukurlah itu berhasil. Walau ada sedikit ada keributan dan kehebohan. “Bilang aja karena dia lebih cantik! Semua cowok sama aja!” kesal Andini. ‘PLAK!’ tak lupa dia meninggalkan sebuah tamparan di pipi putih mulus David. Tentu saja, pria itu terdiam memegangi pipinya yang baru ditampar. “Woah! Akting kita bagus ya, Dave! Cocoklah dengan bayaranku! Pulang yuk!” Christa senang dengan aktingnya yang tak kalah dengan aktris sinetron. David juga senang sih, tapi dia malu juga karena jadi tontonan di café itu. Malah kena tampar lagi. ‘Ya sudahlah! Yang penting perjodohan kali ini gagal.’ Batin David sambil menghela napas lega. Mereka pun pulang ke rumah bersama-sama. Tak lama, David menerima sebuah pesan dari bank. Dia memberhentikan mobilnya karena terbelalak dengan tagihan kartu kreditnya. “Christa?!” panggil David dengan nada kesal. ‘Mati aku!’ perasaan Christa sudah mulai gak enak. “Berapa tadi belanjanya?” tanya David membuat gadis itu meneguk ludahnya. “Se-sepuluh juta, pak.” Jawab Christa dengan agak gugup. “Pintar juga kamu, ya? Pantas saja kamu tidak mau ditambahkan sejuta. Okay! Lain kali saya akan lebih teliti sama kamu! Baru sehari kamu sudah menguras isi dompetku! Tapi ingat ya, saya gak bakal lepasin kamu gitu aja, lho!” Kata David dengan nada menakutkan menurut Christa. “Ampun, pak!” mohon Christa sambil memberi tatapan memelas pada David. Akhirnya, pria itu menghela napas dalam-dalam lagi untuk meredam kekesalannya. David kemudian kembali melajukan mobilnya dan pulang ke rumah. Christa sudah lega karena David tidak marah lagi padanya. Tapi ini baru permulaan dari drama kehidupan mereka.
Free reading for new users
Scan code to download app
Facebookexpand_more
  • author-avatar
    Writer
  • chap_listContents
  • likeADD